Syahri Anton
Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Musik Etnik Nusantara

“Two Be One” Terinspirasi dari Kesenian Gandang Tambua dalam Upacara Tabuik di Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat Budi Kurniawan; Syahri Anton; Yurnalis Yurnalis; Syafniati Syafniati
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3089

Abstract

ABSTRAKUpacara tabuik merupakan acara tahunan bagi masyarakat Pariaman yang dilaksanakan sejak awal hingga pertengahan Muharram setiap tahunnya yang bertujuan untuk mengenang wafatnya Al Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan upacara mahoyak tabuik  dan mengusung tabuik, yang diringi oleh permainan gandang tambua yang memainkan lagu sosoh sampai akhirnya  mambuang tabuik ke laut,yang dimulai  pukul 11.00-16.00. Upacara mahoyak tabuik tersebut pengkarya jadikan sebagai ide garapan dalam  komposisi music dengan metode pendekatan “World Music” yaitu menggarap suatu kesenian tradisi ke dalam komposisi musik dengan format populer dengan cara mengkolaborasikan instrumen modern dengan tetap mempertahankan unsur etnis yang tidak terlepas dari kesenian tradisinya. Hasil yang dicapai adalah bahwa garapan yang bersumber dari spirit permainan lagu sosoh. pengkarya membagi posisi pemain menjadi dua kelompok yang sama-sama memainkan instrumen gandang tambua, dengan melakukan penggarapan tempo dan juga permainan poli meter, call and respon. Masing-masing pendukung  menghoyak dan mengusung tabuik, bahkan membawa berlari ke arah tabuik lain untuk menciptakan  suasana menjadi panas, meriah, dan atraktif dengan diringi  permainan gandang tambua.  Karya ini pengkarya beri judul “Two be One”. Judul ini menggambarkan terhadap spirit dari permainan lagu sosoh pada saat  dua  kelompok tabuik bertemu. Dalam garapan karya ini menemukan adanya perubahan tempo yang bersifat situasional yang di pengaruhi oleh suasana pada saat mahoyak tabuik,  semakin panas,  maka tempo dan dinamiknya semakin naik serta pemain gandang tambua akan semakin atraktif.Kata Kunci: Gandang Tambua; oyak tabuik; sosoh.   ABSTRACTThe tabuik ceremony is an annual event for the people of Pariaman which is held from the beginning to the middle of Muharram every year which aims to commemorate the death of Al Husein bin Ali, the grandson of the Prophet Muhammad SAW. The purpose of this writing is to describe the mahoyak tabuik ceremony and carry the tabuik, which is accompanied by a game of gandang tambua that plays the song sosoh until finally throwing the tabuik into the sea, which starts at 11.00-16.00. The mahoyak tabuik ceremony was made as an idea in music composition with the "World Music" approach method, namely working on a traditional art into a musical composition with a popular format by collaborating with modern instruments while maintaining ethnic elements that cannot be separated from the traditional arts. The result achieved is that the work comes from the spirit of playing the sosoh song. The artist divides the position of the players into two groups who both play the gandang tambua instrument, by cultivating the tempo and also playing the game of poly meter, call and response. Each supporter tore and carried the tabuik, and even ran to the other tabuik to create a hot, lively, and attractive atmosphere accompanied by a game of gandang tambua. This work is entitled "Two be One". This title describes the spirit of the sosoh song playing when two tabuik groups meet. In this work, it is found that there are situational changes in tempo which are influenced by the atmosphere at the time of mahoyak tabuik, the hotter the tempo and dynamics, the more attractive the gandang tambua players.  Keywords: Gandang Tambua; oyak tabuik;  figure.  
Lagu Buaian Sarin Inspirasi Penciptaan Komposisi Musik Dua Jiwa Dalam Buaian Azzura Yenli Nazrita; Syahri Anton; Asril Asril; Asep Saepul Haris
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3202

Abstract

-Talempong merupakan salah satu ensambel musik tradisional yang dimiliki oleh beberapa nagari dalam wilayah Minangkabau, Genre talempong yang terdapat di Minangkabau meliputi talempong pacik dan talempong duduak. Salah satu jenis dari talempong duduak adalah ensambel talempong limo yang terdapat di Koto Tinggi Nagari Ampek Koto Palembayan Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam, salah satu ciri khas lagunya adalah lagu buayan sarin. Buayan Sarin ini memiliki unsur musikal dengan pola melodi yang bersifat tanya jawab dan terkesan bolak balik yang bagi masyarakat Nagari Koto Tinggi pola melodi ini disebut juga dengan istilah buai, pola melodi ini menjadi dasar garapan bagi pengkarya untuk dijadikan sebagai sebuah  bentuk karya komposisi musik yang penggarap beri judul dengan “Dua Jiwa dalam Buaian”. Karya komposisi musik ini diwujudkan dengan menggunakan metode pendekatan World Music, dengan cara mengembangkan pola melodi lagu buayan sarin tersebut ke dalam bentuk lain serta menghadirkan beberapa bentuk kebaruan dalam berbagai aspek garap. Melalui garapan karya komposisi musik “Dua Jiwa Dalam Buaian” pengkarya mencoba menghadirkan beberapa bentuk inovasi (kebaruan) dalam berbagai aspek garap sesuai dengan konsep yang ditawarkan, tanpa mengabaikan kaidah–kaidah sebuah seni pertunjukan dengan harapan karya ini bisa memberikan warna baru dan berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penciptaan seni musik.