Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

NASKAH LAKON SABAI NAN ALUIH KARYA TULIS SUTAN SATI: FENOMENA ANDROGINIK DALAM MASYARAKAT MATRILINEAL MINANGKABAU Surherni Surherni
Puitika Vol 15, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.15.2.135--154.2019

Abstract

Tulis Sutan Sati Works “ Sabai Nan Aluih”: Androginic Phenomenon in Minangkabau Matrilinial Communuty. The aims of this research are 1) To know the cultural difraction of society in a drama text steming from the legendary story. 2) To know the understanding of matrilini concept in a drama text, 3) To know the way the author approaches women’s position in a story. This research employed gender studies to analyze the androginic phenomena of women figure in the text. The result the study shows that Tulis Sutan Sati does not give place to women as equal to men. Though culturally Minangkabau is matrilineal society, women remain sub ordinate to men as reflected in their literature.Keywords: androginik, matrilinial, drama text.
STRUKTUR TARI LURAH KINCIA DI NAGARI SITUJUAH BATUA DIANA KHAIRLANI; SURHERNI SURHERNI; A A CITRAWATI
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 6, No 1 (2020): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v6i1.829

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas Struktur Tari Lurah Kincia di Situjuah Batua Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota. Jenis penelitian adalah  penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis, yaitu seluruh data yang diperoleh baik data lapangan dihimpun dan dijabarkan kemudian di analisis sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Teori yang digunakan adalah teori struktur dan bentuk yang dikemukakan oleh Y. Sumandyo Hadi dan Soedarsono.  Objek penelitian tari Lurah Kincia yang difokuskan pada tari Lurah Kincia di Situjuah Batua Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tari ini memiliki 7 motif gerak. Hasil dari peneltian ini menunjukkan bahwa tari ini memiliki 7 motif gerak. Gerak yang dimaksud adalah gerak bajalan sairiang, gerak manurun lurah, gerak maambiak padi, gerak manampi padi, gerak bamain basamo, dan gerak baparang.
SINKRETISME: REFLEFKSI BUDAYA KOTA SIBOLGA SENI PERTUNJUKAN TARI ANAK DI SUMATERA UTARA Sri Ayuni Lase; Surherni Surherni; Ernida Kadir
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 7, No 1 (2021): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v7i1.1544

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Sinkretisme: Refleksi Budaya Masyarakat Pesisir Kota Sibolga Tapian Nauli, di Suamtera Utara. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskripstif analisis. Teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori sinkretisme oleh A. Suyono, teori budaya oleh Suwardi Endraswara dan teori koreografi atau komposisi oleh Y.Sumandiyo Hadi. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang terdapat di dalam seni pertunjukan Tari Anak.Tari anak menceritakan tentang perjuangan orang tua yang menginginkan kesembuhan pada anaknya melibatkan dukun. Dukun berperan dalam proses pengobatan anak yang sakit dengan membacarakan mantra-mantra. Tari anak berikan doa-doa, petuah, dan harapan.
INDANG TIGO SANDIANG: TRANSPORMASI DARI SISTEM PENDIDIKAN SURAU KE DALAM BENTUK KEMASAN TARI POPULER DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT Surherni Surherni; Risnawati Risnawati; Syahril Anton
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT No 3 (2018): Seni, Teknologi, dan Masyarakat #3
Publisher : LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT The purpose of this study was to develop a performing art IndangTigoSandiangin a package of entertainment dance. Indang is a type of membranophone musical instrument - tambourine; the people of Pariaman called it rapa’i. Tigosandiang (three sides) refers to the formulation of performances come from three sects of Indang in Pariaman community - they call it guguih (cluster). The Guguih refers to: (1) GuguihKulipah (Khalifah) Husein; (2) GuguihKulipah (Khalifah) MakAmuik; and (3) GuguihKulipah (Khalifah) Tan Karim. The package was carried out through the concept of transformation with a touch of choreography and aesthetic values on the dance composition elements. The transformation of the dance development focuses on the elements of motion, including space, time, energy and music. In the element of space, the development covers the move-ment levels,the direction, focus of view, the volume and the pattern of movement. In the element of time, the development carried out is on the tempo and movement dynamics. While in the energy element, the develop-ment refers to the accentuation and quality of movement; the new nuance of music is cultivated in accordance to the artistic needs of dance development. This study uses two research methods, namely qualitative meth-ods and Research & Development (R & D). Qualitative methods in data collection are executed through observation, in-depth interviews, documentation; interpretative analysis is used to reveal the concept of IndangTigoSandiang in Pariaman community. Research & Deployment (R & D) based on qualitative research is carried out through the following stages: (1) product design; (2) design validation (3) design improvements; (4) product trials; (5) product revisions; (6) production. Through the emic approach, the results of this study indicate that IndangTigoSandiang has the potential to be developed to the package of entertainment dance in Pariaman community, West Sumatra.
RANDAI RATOK MANDEH SEBAGAI MODELPEMBELAJARAN JENDER PADA KELOMPOK KESENIAN KAMPAI TABU KARAMBIA KOTA SOLOK SUMATERA BARAT Surherni; Ninon Syofia
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT No 1 (2016): Seni, Teknologi, dan Masyarakat #1
Publisher : LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan artikel ini adalah menciptakan Randai Ratok Mandeh yang bersumber dari Ilau Sebagai Model Pembelajaran Jender Pada Kelompok Kesenian Kampai Tabu Karambia Kota Madya Solok Sumatera Barat. Ilau merupakan bentuk sastra lisan yang berangkat dari cerita duka ratapan kematian. Selama ini, Ilau hanya ditampilkan dalam bentuk ritual kematian yang disampaikan dalam bentuk nyanyian sastra lisan yang dilakukan oleh sekelompok perempuan lanjut usia. Sastra lisan yang berangkat dari cerita kematian budaya lokal memuat nilai-nilai kearifan jender.Kearifan jender yang berangkat dari cerita Ilau dapat ditranformasikan menjadi Randai Rantok Mandeh yang diimplementasikan pada kelompok kesenian Tabu Karambia Kota Solok Sumatera Barat. Penciptaan model ini sengaja dijadikan sebagai pilihan pendidikan jender bagi generasi muda mengingat miskinnya kesadaran tentang jender. Kesadaran tentang jender dikemas dalam bentuk cerita randai dapat menambah apresisasi masyarakat, khususnya generasi muda. Melalui pendekatan seni yang dikemas secara estetis, cerita duka tentang kematian dapat dikonversi menjadi pertunjukan yang bernilai multidimensi. Penciptaan Randai Ratok Mandeh berbasis riset dengan metode R&D (Research and Development). Riset bermula pada ratapan kematian masyarakatnya menyebut Ilau. Development menjadi dasar diciptakannya Randai Ratok Mandeh sebagai wujud berkreativitas.
PERTUNJUKAN TARI FALUAYA DI BAWÖMATALUO KECAMATAN FANAYAMA KABUPATEN NIAS SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA : DALAM KAJIAN ESTETIKA Serlin Damaiyanti Haria; Surherni Surherni; Erlinda Erlinda
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 8, No 2 (2022): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v8i2.3115

Abstract

Penelitian ini ini bertujuan untuk  mengkaji tari Faluaya di Bawömataluo dalam kajian estetika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yaitu memaparkan dan mendeskripsikan seluruh data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis sesuai dengan permasalahan. Untuk membahas dengan permasalahan estetika digunakan pendekatan yang diketengahkan oleh Deni Junaedi dan analisis nilai estetik akan menggunakan teori yang dikemukakan oleh The Liang Gie didukung dengan konsep ciri-ciri sifat benda estetik oleh Manroe Beardsley. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan studi lapangan (observasi, wawancara dan dokumentasi). Hasil penelitian menunjukan bahwa Tari Faluaya memiliki nilai estetik karena dari sudut pandang yang mampu diserat oleh inderawi yang memiliki nilai bentuk dan di dalamnya menghadirkan nilai-nilai kehidupan pada masyarakat Bawömataluo. This study aims to examine the Faluaya fare in Bawömataluo in an aesthetic study. The method used in this study is a qualitative research method with descriptive analysis, which describes and describes all the data obtained in the field and then analyzed according to the problem. To discuss the usability problems of the approach  proposed by Deni Junaedi and the analysis of the aesthetic value of the theory proposed by The Liang Gie, it is supported by the concepts of aesthetic object properties by Manroe Beardsley. The data collection technique used is literature study and field study (observation, interview and documentation). The resultof the study show that the Faluaya Dance has aestetic value because from the point of view that it is able to be absorbed by the senses which has a from value and in it presents the values of life in the Bawömataluo community.
Tradisi Topeng Labu Menjadi Pertunjukan Tari Topeng Labu Pada Masyarakat Muara Jambi Provinsi Jambi Aulia Ressy Octaviani; Erlinda Erlinda; Surherni Surherni
GESTUS JOURNAL : PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI Vol 2, No 1 (2022): GESTUS JOURNAL : PENGKAJIAN DAN PENCIPTAAN SENI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.435 KB) | DOI: 10.24114/gsts.v2i1.35225

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas tradisi Topeng Labu menjadi pertunjukan tari Topeng Labu pada masyarakat Muara Jambi Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif bersifat deskripsi analisis, yaitu seluruh data yang diperoleh baik data lapangan dijabarkan kemudian dianalisis sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan. Pendapat yang digunakan mengenai perkembangan oleh Rendra dan mengenai bentuk oleh Y Sumandiyo Hadi. Hasil penelitian ini adalah Topeng labu merupakan sebuah legenda yang menceritakan seorang pemuda yang terkena penyakit kusta yang diangkat oleh dua seniman kedalam bentuk tradisi Topeng Labu kemudian menjadi tari kreasi Topeng Labu agar budaya di daerah Muara Jambi tidak hilang. Kata Kunci: Topeng Labu: Bentuk dan perkembangan.
Pelatihan Pengembangan Tari Dan Musik Kreasi Baru pada Sanggar Mustika Minang Duo, Nagari Kampuang Baru, Pariaman Hasnah Sy Hasnah Sy; Adriana Gusti; Surherni Surherni; Adjuoktoza Rovilendes; Syahri Anton
Batoboh: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8, No 1 (2023): BATOBOH : JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bt.v8i2.3731

Abstract

Program Pengabdian Masyarakat Mandiri ini dilakukan dalam bentuk pelatihan tari dan musik pada Sanggar Mustika Minang Duo. Pelatihan diawali dengan pengenalan teknik-teknik dasar dalam melakukan gerak tari maupun teknik memainkan alat musik. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode demonstrasi dan diskusi, diakhiri dengan kolaborasi tari dan musik. Kolaborasi ditujukan untuk mengasah kreativitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Program Pengabdian Masyarakat Mandiri ini juga bertujuan untuk mendorong kerjasama dengan Dinas Pariwisata sebagai wadah apresiasi guna mengenalkan kesenian kepada masyarakat luas. Pengabdian Masyarakat Mandiri ini menghasilkan perbaikan manajemen Sanggar Mustika Minang Duo yang semula masih bersifat tradisional, agar memiliki struktur organisasi formal, guna menjamin keberlanjutan dari pengembangan berbagai nomor tari dan musik kreasi baru di masa yang akan datang.AbstractCommunity Service Program is carried out in the form of dance and music training at the Mustika Minang Duo Studio. The training begins with an introduction to basic techniques in performing dance moves and techniques for playing musical instruments. This activity was carried out using demonstration and discussion methods, ending with dance and music collaboration. Collaboration is aimed at honing creativity without abandoning local wisdom. This Independent Community Service Program also aims to encourage collaboration with the Tourism Office as a forum for appreciation to introduce art to the wider community. Community Service resulted in an improvement in the management of the Mustika Minang Duo Studio, which was originally still traditional in nature, so that it has a formal organizational structure, to ensure the continuity of the development of various dance numbers and new music creations in the future.