Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMBENTUKAN KARAKTER PENARI MELALUI KESENIAN YANG DIMILIKI SUATU DAERAH Tudhy Putri Apyutea Kandiraras; Fresti Yuliza
Melayu Arts and Performance Journal Vol 5, No 2 (2022): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v5i2.3217

Abstract

Identitas merupakan penanda kehadiran kelompok dalam masyarakat. Identitas budaya termasuk dalam kategori identitas yang memudahkan komunikasi antar budaya disekelilingnya. Penentuan Identitas budaya diukur dari pola perilaku sosial yaitu berupa pola persepsi, berpikir, perasaan, dan struktur sosialnya. Jati diri yang dimiliki seseorang merupakan sebuah identitas yang diperoleh sejak lahir, kemudian melalui proses interaksi dalam kehidupan yang dilakukan setiap hari dan membentuk suatu pola khusus yang mendefinisikan tentang karakter seseorang tersebut. Melalui budaya tebentuk cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Penggabungan istilah identitas budaya memiliki pengertian sebagai pembedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain karena identitas budaya tersebut merupakan suatu karakter khusus yang melekat dalam suatu kebudayaan. Pembentukan karakter budaya yang ada dilandasi oleh kreativitas yang dimiliki oleh setiap manusianya. Kreativitas merupakan jalan keluar seseorang mengeluarkan berbagai ide yang didorong oleh kebutuhan berekspresi. Seseorang dapat berkreasi menciptakan benda seni yang unik dan bernilai tinggi dalam lingkup dunia seni sehingga mampu memiliki identitas kekhasan. Berbagai seni timbul karena kemampuan manusia untuk menggali pandangan yang tajam dari pengalaman hidupnya. Proses kreatif tersebut merupakan suatu tangkapan inderawi, perasaan apa yang dirasakan, eksplorasi pengamatan dan perasaan, hubungan imajinatif dari pengalaman yang tersimpan, yang akhirnya kemudian membentuk suatu produk baru. Produk yang dihasilkan merupakan wujud dari sebuah pendidikan karakter yang dimiliki oleh berbagai daerah.Kata kunci: Identitas; Pendidikan Karakter; Kreatifitas                            AbstractIdentity is a marker of the presence of a group in society. Cultural identity is included in the category of identity that facilitates communication between the surrounding cultures. Cultural identity is determined by patterns of social behavior, namely patterns of perception, thinking, feeling, and social structure. A person's identity is obtained from birth through a process of interaction in life that is carried out every day and forms a unique pattern that defines that person's character. Through culture, a way of life is formed that develops, is owned by a person or group of people, and is passed down from generation to generation. The combination of the term cultural identity has a meaning as a distinction between one culture and another because cultural identity is a unique character inherent in the culture. The formation of existing cultural character is based on the creativity of every human being. Creativity is a way for someone to issue various ideas driven by the need for expression. For example, a person can be creative in creating unique art objects of high value within the scope of the art world so that they can have a distinctive identity. Various arts arise because of the human ability to dig sharp insights from life experience. The creative process is a sensory capture of what feelings are felt, exploration of observations and feelings, and imaginative relationships from stored experiences, which eventually form a new product. The resulting product is a form of character education owned by various regions.Keywords: Identity; Character Education; Creativity
PELATIHAN ANSAMBEL MUSIK KEGIATAN KONSER BERSAMA NASIONAL INDONESIA YOUNG MUSICIAN PERFORMANCE 2023 Putu Sandra Devindriati Kusuma; Ni Made Dian Widiastuti; Tudhy Putri Apyutea Kandiraras; A.A. Trisna Ardanari Adipurwa; Ni Made Haryati
Abdi Widya: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 2 (2023): Abdi Widya: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/awjpm.v2i2.2812

Abstract

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pelatihan yang bersifat komprehensif bagi peserta didik kursus musik. Pelatihan ini mencakup berbagai aspek, termasuk pelatihan ansambel, koreografi, tata busana, seni rias, dan kemampuan berbicara di depan umum. Artikel ini diharapkan akan memberikan dampak positif dalam pengembangan berbagai bidang ilmu terkait, termasuk pendidikan dan musik. Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah kombinasi antara pendekatan ceramah dan partisipatoris. Kegiatan ini berlangsung selama enam minggu berturut-turut, dengan pelatihan yang diselenggarakan sekali dalam seminggu. Kegiatan tersebut terbagi menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam enam minggu pelatihan, peserta didik dipersiapkan untuk tampil dalam Konser Bersama Nasional Indonesia Young Musician Performance 2023. Hasilnya, peserta pelatihan mampu memberikan penampilan yang optimal, yang tercermin dalam kemampuan mereka untuk menjalankan gerakan yang telah dihafalkan serta menampilkan kualitas bermain musik yang menggembirakan. Penting untuk dicatat bahwa ini merupakan pengalaman pertama bagi mereka dalam tampil bersama sebagai ansambel.
KARYA SENI TARI JANGER NUSANTARA MAHARDIKA Ni Made Haryati; Ni Putu Hartini; Tudhy Putri Apyutea Kandiraras
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 2 (2022): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karya seni tari Janger “Nusantara Mahardika” dengan konsep Bhineka Tunggal Ika yang melukiskan keberagaman sebagai sebuah kekuatan maha sakti ini juga menggabungkan keberagaman kesenian dari berbagai daerah yang ada di nusantara. Keberagaman kesenian yang dituangkan dalam wujud seni tari dan seni vokal sebagai wujud keberagaman kebhinekaan yang ada di Indonesia sebagai suatu kekuatan yang dimiliki untuk menjadi satu dan kuat untuk menuju kehidupan Indonesia yang harmonis, tentram dan damai di masa depan. Bhineka Tunggal Ika diambil dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular, untuk mengingat masa kerajaan Majapahit dalam menyatukan sebuah wilayah yang bernama nusantara. Penanaman makna Bhineka Tunggal Ika pada para generasi muda sangat penting dewasa ini, penanaman rasa tolerasi terhadap sesama mampu mendorong para generasi muda untuk lebih menghormati dan dapat hidup secara berdampingan dengan damai. Salah satu upaya penanaman Bhineka Tungggal Ika adalah dengan menuangkan filosofi ini ke dalam sebuah karya seni tari janger.
PELAKSANAAN DAN NILAI BUDAYA YANG TERKANDUNG DALAM TARI SANGHYANG DI DESA LEMBONGAN Ayu Soekma Roseadi; Tudhy Putri Apyutea Kandiraras
PENSI : Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Vol 1 No 1 (2021): PENSI Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni - Juli 2021
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/pensi.v1i1.852

Abstract

Tari Sanghyang merupakan salah satu seni tari sakral di Bali yang memiliki fungsi untuk menolak bala (malapetaka). Tari ini biasanya disajikan dengan melibatkan seorang penari atau lebih dalam keadaan kerawuhan atau tidak sadarkan diri (trance). Melalui artikel yang berjudul “Pelaksanaan dan Nilai Budaya yang Terkandung dalam Tari Sanghyang di Desa Lembongan” ini, diulas mengenai keistimewaan salah satu tari sakral di Bali yaitu tari Sanghyang Grodog di Desa Lembongan. Sanghyang Grodog merupakan tari yang dikeramatkan di Desa Lembongan dengan cara mendorong kesana kemari (grodog) sebuah patung Sanghyang hingga hancur. Keistimewaan Sanghyang ini terdapat dari jumlah Sanghyang yang digunakan, hari yang dipilih, hingga cara pelaksanaan tanpa terjadinya trance. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan nilai budaya apa saja yang terkandung dalam pelaksanaan tari Sanghyang Grodog, serta bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan pelaksanaan tari Sanghyang ini kepada masyarakat agar tidak melupakan warisan leluhur kita. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnokoreologi studi yang berkonsentrasi pada apek-aspek koreografi, atau tipe-tipe tariya, dan juga mencakup persoalan-persoalan ekonomi, politik, sosial, religi, dan adat dalam kehidupan suatu suku bangsa. Hasil yang diperoleh yaitu pelaksanaan tari ini menggunakan 22 jenis Sanghyang selama 11 hari secara berturut-turut. Adapun nilai budaya dalam pelaksanaan tari Sanghyang Grodog yaitu nilai simbolis kesuburan, religius, kekerabatan, simbolis gotong royong, legenda desa, pemanfaatan sumber daya alam laut, keperkasaan atau kekuatan dan simbolis keanekaragaman satwa di Desa Lembongan.
Creative Process Of Janger Dance “Nusantara Mahardika” Ni Made Haryati; Ni Putu Hartini; Tudhy Putri Apyutea Kandiraras
Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/lekesan.v6i1.2202

Abstract

The creation of this Janger Dance refers to the concept of a dance based on the moral message contained in the philosophical meaning of Bhineka Tunggal Ika. One of the efforts to cultivate Bhineka Tunggal Ika is to incorporate this philosophy into a dance piece that will eventually serve as a tool for expressing the values and meaning of unifying the nation.Janger is performed by 16 dancers, 8 of whom are female and 8 of whom are male. As a social dance, Janger is expected to be able to encourage the younger generation to comprehend and implement the philosophy of Bhineka Tunggal Ika by utilizing the creative process in its creation effectively. The creation of the Janger dance "Nusantara Mahardika" implements the method of artistic creation described by Alma M. Hawkins in his book "Creating Through Dance.", which was translated by Y. Sumandiyo Hadi (2003) in Mencipta Lewat Tari. According to Alma M. Hawkins, the stages of art creation consist of exploration, improvisation, and forming."