Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

LITERASI UNTUK MENUMBUHKAN KESADARAN MEDIA SOSIAL BAGI IBU RUMAH TANGGA Cevi Mochamad Taufik; Suhaeri Suhaeri; Ira Lusiawati; Erna Suminar; Rizqi Ghassani; Gita Eka Sila; Hasim Hasim; Didin Sabarudin; Krisna Aditya; Jentot Tugiyono; Gilang Bintang; Marwoto Marwoto
Jurnal Abdimas Sang Buana Vol 3, No 2 (2022): Jurnal Abdimas Sang Buana - November
Publisher : LPPM Universitas Sangga Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32897/abdimasusb.v3i2.1735

Abstract

Ibu rumah tangga dikategorikan sebagai pengatur lalu lintas informasi keluarga. Peranannya sangat sentral dalam mengontrol lalu lintas media yang bertebaran di gadget para anggota keluarga. Melalui dirinya, serbuan konten hoax atau fake news, hate speech, hingga malinformasi tertangkal. Ibu rumah tangga juga dapat menjadi embrio bagi ketahanan informasi masyarakat. Dari keluarga akan menebar ke lingkungan yang lebih. Tujuan membangun kesadaran bermedia dan meningkatkan ketahanan informasi dapat tercipta dengan banyaknya keluarga yang memiliki kecakapan dalam bermedia. Karena itu, untuk menambah jumlah ibu rumah tangga yang yang melek terhadap media, dilakukan kegiatan literasi. Agar mencerap informasi yang disampaikan, metode yang digunakan adalah face to face meeting dengan penyampaian materi yang dapat dimengerti mengenai penjelasan isi dan media melalui forum terbuka. Sebagai target group ibu-ibu warga Kecamatan Cibiru dapat memahami dan mengetahui mengenai media dengan segala isinya yang baik maupun yang mengandung efek kurang baik. Literasi media menjadi solusi dalam meningkatkan kesadaran bermedia masyarakat. 
PERBEDAAN MANAJEMEN KESAN (IMPRESSION MANAGEMENT) GURU DALAM SEKOLAH FORMAL DAN LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR Gilang Bintang; Satrya Raditiyanto
Jurnal TEDC Vol 17 No 1 (2023): JURNAL TEDC
Publisher : UPPM Politeknik TEDC Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Guru sekolah formal yang memiliki peran ganda sebagai guru lembaga bimbingan belajar dituntut untuk mengelola kesannya dalam menjalani kedua profesi tersebut. Tujuan penelitian ini: untuk mengetahui perbedaan manajemen kesan guru di lembaga pendidikan formal dan informal dari segi latar, penampilan, gaya, dan komunikasinya secara verbal dan nonverbal dalam memenuhi tuntutan profesinya berdasarkan konsep manajemen kesan dari Erving Goffman (1959) dan komunikasi interpersonal verbal dan non-verbal dari Joseph A. De Vito (1986). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan perspektif dramaturgi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengelolaan kesan yang dilakukan oleh guru yang menjalankan perannya di lembaga yang berbeda. Di pendidikan infromal, guru memperlakukan siswa sebagai pelanggan tanpa menghiraukan pembentukan disiplin. Namun, saat di lingkungan sekolah formal cenderung lebih tegas dalam kedisiplinan siswa. Latar yang ditampilkan bimbingan belajar menunjukkan nuansa bisnis jasa terdapat stan pelayanan pelanggan, ruang diskusi untuk siswa berkonsultasi dengan guru, dan warna khas pada bangunannya. Segi penampilan dan gaya, guru di sekolah formal memakai atribut pakaian berbeda dan di lembaga bimbingan belajar guru memiliki aturan berbeda. Di lembaga pendidikan informal, secara verbal guru lebih fleksibel berkomunikasi dengan siswa, lebih banyak dalam berkomunikasi, memberi penjelasan, dan santai dalam menyampaikan teguran. Komunikasi non verbal oleh guru di lembaga bimbingan belajar lebih santai, fleksibel, dan menunjukkan kedekatan jarak. Komunikasi guru di sekolah formal, lebih kaku secara verbal, lebih sedikit mengkomunikasikan penjelasan, dan lebih tegas mengkomunikasikan teguran. Di sekolah formal, secara non verbal guru lebih menjaga wibawa dan jarak dengan siswa. Saat bertindak di luar perannya, guru bersikap santai atau non-formal dengan guru lain atau siswa selayaknya teman. Hasil penelitian tersebut dapat dibuat sebuah model perbedaan manajemen kesan guru di sekolah formal dan lembaga bimbingan belajar. Kata Kunci: manajemen kesan, studipendidikan, dramaturgi Abstract Teachers at formal school having double roles as teachers at informal educational institution are expected to manage their impressions in doing both of professions. The purpose of this research is to know the difference between teachers’ impression management in the formal and the informal education from the aspects of setting, performance, style, and both verbal and non verbal communication in fulfilling the professional demand based on the impression management concept from Erving Goffman (1959) and verbal, non verbal interpersonal communication from Joseph A. DeVito (1986). This research applies the method of the qualitative approach based on dramaturgy perspective. The result of this research shows the differences of impression manajement represented by the teachers in doing the roles at two different educational insitutions. When the teachers are at the informal education, they tend to treat the students as customers without concerning much about discipline establishment. However, when they are at the formal school, they tend to look more strict in shaping students’ discipline. The setting represented by informal education shows the nuance of service business where there is customer service stand, discussion room where students can consult to the teachers freely, and identic color on the building. From the performance and style aspects, teachers at formal school wear certain dress code in different days, and so in the informal education which applies different rule for dress code. In the informal education, teachers communicate verbally more flexible with the students, have more portion in communicating explanation, and look more relax in communicating reprimand. The non verbal communication at informal education is more relax, flexible, and shows closer approach. At the formal school, teachers are more rigid, in communicating verbally, has less portion in communicating explanation, and more strict in communicating reprimand. At school, teachers keep their authority more and keep farther approach with the students. In the backstage when teachers act outside their roles, they show more relax or non formal attitude, and interact with other teachers and students like joking with friends. The result of this research can be made into a model of differences of teachers’ impression management in the formal school and the informal educational institution. Keywords: impression management, educational study, dramaturgy
Semotic Semiotic Analysis of “Super Reader” in “I Wandered Lonely as a Cloud” Poem by William Wordsworth Gilang Bintang; Encep Rustandi; Reza Paramarta
Surakarta English and Literature Journal Vol 6 No 2 (2023): Volume 6 Number 2 August 2023
Publisher : Faculty of Language and Literature, University of Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52429/selju.v6i2.151

Abstract

ABSTRACT This study aims to analyze the figure of speech in the poem “I Wandered Lonely as a Cloud” by William Wordsworth. The study's design is descriptive qualitative with no changes in the variables. It described the result of the semiotic analysis of the poetry “I Wandered Lonely as a Cloud”. The research technique has been done by using the super reader theory of analysis by Michael Riffaterre which focuses on three concepts: displacing, distorting, and creating. The result of the analysis shows that William Wordsworth’s poem represents super reader theory. Displacing the meaning of semiotic Super Reader reveals figurative language such as metaphor, personification, simile, and synecdoche. The figurative language revealed by the displacing and distorted meaning shows how the reflection of solitudes is described and his view on the sound of crowded society in the romantic age. This creates meaning when he feels lonely, angry, and alienated from it. The figurative language of metaphor has more dominance in this poem that relates to distorting meaning that some phrases or clauses have ambiguity, contradiction, and nonsense.