Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Identifikasi Pola Kepekaan dan Jenis Bakteri pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Prabowo, Fergiawan Indra; Habib, Inayati
Jurnal Mutiara Medika Vol 12, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angka kejadian Infeksi saluran kemih (ISK) di Indonesia masih terbilang tinggi. Resistensi bakteri pada penggunaan antibiotika merupakan salah satu masalah yang berkembang di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri dan pola kepekaannya pada penderita ISK di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Pengukuran dan pengambilan data dilakukan secara cross sectional dan hasilnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan 20 pasien yang menderita ISK, didapatkan 25 bakteri antara lain Escherichia coli (72%), Salmonella parathypi (4%), Enterobacter aerogenes (4%), Staphylococcus aureus (8%), Streptococcus sp (12%). Hasil uji sensitivitas terhadap antibiotik didapatkan Escherichia coli sensitif terhadap antibiotik meropenem (88,89%). Salmonella parathypi sensitif terhadap meropenem (100%). Enterobacter aerogenes sensitif terhadap meropenem (100%). Staphylococcus aureus sensitif terhadap meropenem (100%), ciprofloxacin (100%), trimetophrim-sulfomethoxazole (100%), dan gentamicin (100%). Streptococcus sp sensitif terhadap meropenem (66,67%) dan gentamicin (66,67%). Disimpulkan bahwa jenis bakteri yang menjadi penyebab terbesar ISK adalah Escherichia coli. Antibiotik yang memberikan hasil sensitif terbesar terhadap bakteri penyebab ISK adalah meropenem. In Indonesia the prevalence of urinary tract infections (UTIs) remains high. Bacteria resistance in antibiotic-using is one of the problems that happen in the world. This research aims to know the type of bacteria and its sensitivity pattern in UTIs patient at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital. Type of this research is laboratory experimental research. The measurement and data collection done by cross sectional and its result is analyzed by descriptive analyses. This research shows 20 UTIs patients. From 20  samples of UTIs patients, founded 25 bacterium which are Escherichia coli 18 bacterium (72%), Salmonella parathypi (4%), Enterobacter aerogenes (4%), Staphylococcus aureus (8%), Streptococcus sp (12%). The result from sensitivity test toward antibiotic, founded  Escherichia coli sensitive toward meropenem antibiotic (88,89%). Salmonella parathypi sensitive toward meropenem (100%). Enterobacter aerogenes sensitive toward meropenem (100%). Staphylococcus aureus sensitive toward meropenem (100%), ciprofloxacin (100%), trimetophrim-sulfomethoxazole (100%), and gentamicin (100%). Streptococcus sp sensitive toward meropenem (66,67%) and gentamicin (66,67%). It was concluded that the most bacteria cause of UTIs is Escherichia coli. Antibiotic that gives the most sensitive result toward the bacteria caused UTIs is meropenem.
Prevalensi Infeksi Leptospira pada Kasus Suspect Fever Of Unknown Origin dengan Pemeriksaan Mikrobiologis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Habib, Inayati; Hafid, Wahyuni
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 1 (s) (2009)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fever is most common symptom who makes someone go to physician. Patient who have fever illness approximately 5-20% did not have clearly source infection, even the history of disease by history taking and physical examination well done before. Physician called fever did not have clear sources causes was fever of unknown origin. Most common bacteria caused fever of unknown origin is Leptospira. The research was conducted to identify the prevalence of leptospira infection in case suspect fever of unknown origin with microbiological examination in RS PKU Muhammadiyah. The design of this study was observational. The research subjects were patient at RS PKU Muhammadiyah with fever more than 3 days. The researcher used purposive sampling method primary and secondary data. Primary data by analysis subjects urine. Secondary data by medical record and did interview to the patient also distributed questionnaires. Result of this research was find prevalence of fever of unknown origin at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta was 235 subjects (92,88%) from 253 subjects. Prevalence of Leptospira infection in suspect fever of unknown origin cases observed was 28,57%, 6 of 21 of the patient RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Demam adalah salah satu gejala paling umum yang menyebabkan seseorang dibawa ke dokter. Pasien yang mengalami demam, sekitar 5%-20% tidak mempunyai sumber infeksi yangjelas, bahkan setelah riwayat penyakit diteliti dan pemeriksaan fisik dilakukan. Kalangan medis menyebutkan bahwa demam yang tidak memiliki sumber yang jelas dikenal denganfever of unknown origin/ demam yang tidak diketahui penyebabnya. Umumnya bakteri yang menyebabkan demam tanpa sebab adalah Leptospira. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi infeksi Leptospira pada kasus suspect fever of unknown origin dengan pemeriksaan mikrobiologis di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Desain penelitian ini adalah observasional. Subyek penelitian merupakan pasien RS. PKU Muhammadiyah dengan demam lebih dari 3 hari. Peneliti menggunakan metode pengambilan data primer dan sekunder. Data Primer dengan melakukan penelitian menganalisa urin subyek. Data sekunder diperoleh dari rekam medis pasien dan wawancara serta membagikan kuisioner. Hasil penelitian ditemukan bahwa prevalensi fever of unknown origin di RS. PKU Muhammadiyah adalah 235 subyek (92,88%) dari 253 subyek. Prevalensi infeksi infeksi leptospira pada kasus suspect fever of unknown origin yang telah diobservasi adalah 6 (enam) subyek (28,57 %) dari 21 jumlah pasien di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Pengaruh Lamanya Penyimpanan terhadap Pertumbuhan Bakteri pada Nasi yang dimasak di Rice Cooker dengan Nasi yang Dikukus Habib, Inayati; Aminudin, Muhamad
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 2 (2009)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rice is an essential food for the Indonesian people, therefore its security must being important. Among different kind of cooking rice there are by using Electronic Rice Cooker and by steamed. The temperature influences profoundly against bacterial growth and its physiological activity. The endurance to temperature is different for each bacterial species. It is worth to investigate the different time storing of rice between being steamed and cooked Electronic Rice Cooker against bacterial growth. The aim of this study is to know the storing time between rice cooked by steamed and by Electronic Rice Cooker against bacterial growth which is still proper to be consumed The Research uses time series design method, with 0 hours, 2 hour, 4 hours, 6 hours and 8 hour depository. Rice counted 10 gram which taken from top, middle, and basic, left and right side. Then given 10 cc NaCl and diluted until 10000 times, then included to Petridis which contain jell count. The kind of bacteria made preparation smear colored with gram staining. The counting of bacterial amount after Petridis incubated in temperature ±37° C during 24 hours. The Result of preparation smear got 2 bacteria type that is gram (-) bacillus bacteria and of gram (+) coccids bacteria. Growth of germ number compare diametrical with improvement of time storing. At rice cook with Rice Cooker still competent up to standard consumed during 8 hour, while steamed rice during 6 hour. It can concluded that from growth of germ aspect, rice better cooked with Rice Cooker than steamed.Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kegiatan fisiologi bakteri suatu mikroba atau bakteri. Daya tahan terhadap suhu berbeda bagi tiap spesies mikroba, sehingga perlu diteliti perbedaan lama penyimpanan nasi yang dimasak di Rice Cooker dan yang dikukus terhadap pertumbuhan kuman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lamanya waktu penyimpanan nasi yang dimasak dengan Rice Cooker dan nasi yang dikukus terhadap pertumbuhan bakteri yang masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Metode Penelitian dengan metode time series design dengan waktu 0 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam. Nasi ditimbang sebanyak 10 gram diambil dari bagian atas, tengah, bawah, samping kanan dan bagian samping kiri, kemudian diberi NaCl sebanyak 10 cc dan diencerkan sampai 10000X dan dimasukkan ke piring petri yang berisi count agar. Untuk melihat jenis kuman dibuat preparat apus yang diwarnai dengan cat gram. Penghitungan jumlah angka kuman setelah piring petri diinkubasi pada suhu ±37° C selama 24 jam. Hasil pengamatan preparat apus didapatkan 2 jenis kuman yaitu bakteri batang gram (-) dan kokus gram (+). Pertumbuhan angka kuman berbanding lurus dengan peningkatan lama penyimpanan. Pada nasi yang dimasak dengan Rice Cooker masih memenuhi syarat layak dikonsumsi selama 8 jam, sedangkan nasi yang dikukus selama 6 jam. Dapat disimpulkan bahwa dari segi angka kuman, nasi lebih baikjika dimasak dan disimpan di Rice Cooker daripada nasi yang dikukus.
Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Beluntas Putri, Rengganis Krisna; Habib, Inayati
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 1 (s) (2007)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of herbal medicine candidate which in developing as antifungal is Pluchea indica, L. Its leaves believed can cure the cough, decrease the fever and also body odor, increase the appetite and also facilitate the digestion. The contain of the leaves are flavonoid, essential oil and saponin that are supposed to have antifungal activity towards Malassezia sp. Tinea versicolor is an infection in human caused by Malassezia, sp. The study aims to determine antifungal activity of the ethanol extract of Pluchea indica leaves against Malassezia, sp.and compare with Ketoconazole as a positive control. The research on antifungal activity of the ethanol extract of Pluchea indica leaves against Malassezia, sp. has been conducted. An examination towards minimal inhibitory concentrations (MIC) and minimal fungicidal concentrations (MFC) is done to determine antifungal activity. MIC of ethanol extract of P. indica leaves and Ketoconazole were determined by macro-broth dilution method, while MFC were determined by cell culture on SDA (Sabaroud Dextrose Agar) plate. First concentration of ethanol extract of P. indica leaves was 25 % and Ketoconazole was 50 %. All of the examination were repeated three times. The result shows that both of MIC and MFC of the ethanol extract of P. indica leaves are 3,125 %. The MIC and MFC of Ketoconazole are 6,25 %. In conclusion, the ethanol extract of P. indica leaves has a higher antifungal activity against Malassezia, sp. than Ketoconazole.Obat tradisional yang mungkin dapat dikembangkan sebagai anti jamur adalah beluntas (Pluchea indica, L). Daun beluntas dipercaya berkhasiat sebagai penurun panas, obat batuk, penghilang bau keringat, menambah nafsu makan (stomakik) dan membantu pencernaan. Daunnya mengandung flavonoid, saponin dan minyak atsiri yang diduga memiliki daya antifungi terhadap Malassezia, sp.. Malassezia, sp.. Tinea versikolor adalah infeksi pada manusia yang disebabkan oleh Malassezia, sp. .Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya daya antifungi ekstrak etanol daun beluntas (P. indica, L.) terhadap Malassezia, sp. dan perbandingan daya antifungi ekstrak daun beluntas dan Ketokonazole terhadap Malassezia, sp. Daya antifungal dikaetahui dengan pengujian terhadap kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) ekstrak daun beluntas terhadap jamur. KHM ekstrak daun beluntas diukur dengan menggunakan metode dilusi cair, sedangkan pengukuran KBM dilakukan dengan kultur sel pada media SDA (SabaroudDextrose Agar). Konsentrasi awal ekstrak daun beluntas (P. indica, L.) sebesar 25 % dan Ketokonazole sebesar 50 %. Semua pengujian dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai KHM dan KBM ekstrak daun beluntas (P indica, L.) keduanya sebesar 3,125 %. Ketokonazole mempunyai KHM dan KBM keduanya sebesar 6,25 %. Kesimpulan penelitian adalah ekstrak daun beluntas (P indica, L.) mempunyai daya antifungi terhadapMalassezia, sp. lebih besar dibandingkan dengan Ketokonazole.
Patient safety: antibiotics prescription review in pediatric patient Faizin, Chamim; Kusumawati, Wiwik; Habib, Inayati
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit) Vol 8, No 1 (2019): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta in Clollaboration with ADMMIRASI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jmmr.8186

Abstract

The patient safety incidents is closely related to treatment services. Medication errors in pediatric patients are generally three times higher than adult patients. 40.8% medication errors occur in prescribing drugs such as antibiotics. This study was to analyze the management of antibiotic prescribing in hospitalized pediatric patients at X Hospital for patient safety. This study used mixed methods namely quantitative by observational cross sectional and qualitative case study. It used a purposive sampling method with inclusion and exclusion criteria obtained from 494 medical record data from 2367 total patients in 2017. Analysis of the antibiotic rationality of the Gyssens method and deep interviews of pediatricians, pharmacists and patient safety management. The most antibiotic use is cefotaxime 51,83%. It used rational antibiotics (40.69%). The irrational antibiotics were in category V (22.8%), IVD category (25.10%), IIIA category (8.10%), IIC category (2.63%). Giving antibiotics rationally is not maximized so that it needs better regulation and systems. Patient safety incidents occur in patients' identity errors and LASA drugs (look-alike and sound-alike) do not cause serious incidents. Prescribing rational antibiotics in hospitalized pediatric patients has not been maximized and patient safety incidents are still found. Need support from management in optimizing rational antibiotic use programs as well as patient safety culture.
Perbandingan Kualitas Es Batu di Warung Makan dengan Restoran di DIY dengan Indikator Jumlah Bakteri Coliform dan Escherichia coli Terlarut Rahmaniar, Shabrina Ari; Habib, Inayati
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 3 (2011)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v11i3.956

Abstract

Es merupakan bahan pendingin minuman yang dijual di berbagai tempat warung makan  dan restoran, tetapi es yang dikonsumsi tersebut dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen seperti Coliform dan Escherichia coli yang dapat menimbulkan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan es batu warung makan dan restoran yang dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik. Jenis penelitian ini adalah survey menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling sebanyak 20 sampel, terdiri dari 10  sampel es batu warung makan sekitar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan 10 sampel es batu restoran di Daerah Istimewa Yogyakarta. Setiap sampel diperiksa nilai Most Probable Number ( MPN) melalui penanaman pada media Lactose Broth, BGLB, Mac. Conkay, dan pengamatan mikroskopik. Data dianalisis menggunakan Mann-Whitney Test. Hasil secara deskriptif, es batu di warung makan memiliki jumlah Coliform dan Escherichia coli lebih tinggi dibandingkan di restoran. Total Coliform di warung makan dan restoran sebanyak 32.718 /100ml, jumlah Coliform di warung makan sebanyak 17.775 /100 ml (54,3 %) dan di restoran sebanyak 14.943 /100ml (45,7%). Total Escherichia coli di warung makan dan restoran sebanyak 30.150 /100ml, jumlah Escherichia coli di warung makan sebanyak 16.439 /100 ml (54,5 %) dan di restoran sebanyak 13.711 /100ml (45,5%). Hasil secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan tingkat signifikansi 0,504 (Coliform) dan 0,596 (Escherichia coli).
Efek Antimikotik Minyak Mimba (Azadirachta indica) terhadap Dermatofita Estri, Siti Aminah Tri Susilo; Habib, Inayati; Suswardana, Suswardana; Siswati, Agnes Sri
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 6, No 2 (2006)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v6i2.1889

Abstract

Recently, natural substances have been much developed for antimycotic medicine, such as neem tree that can be found in Indonesia. Oilfrom the neem seed has been proved to have antimycotic effect on non-dermatophytic fungi. The aim of this research was to determine antimycotic effects of neem oil on T. mentagrophytes, E. floccusum and M. gypseum by means of dilution method.This research utilized a simple experimental method. One ml of water and 1 ml of casein yeast glucose were placed into 10 tubes. One ml of pure neem oil was introduced into tube I and the liquids were mixed. Afterwards, 1 ml of solution from tube I was added into tube II. One ml of the solution from tube II was then added into tube III, and so forth up to tube X. Subsequently, 1 ml of dermatophytic suspension (106 cell/ml) was introduced into each tube. The growth of dermatophyte colony was examined on day 5 to 7, after being incubated at room temperature.Results of this research showed that on day 5, T. mentagrophytes began to appear in tube IV (neem oil concentration of 3,12%), while E. floccusum and M. gypseum appeared in tube III (6,25%). On day 7, all colonies began to appear in tube II; therefore, the minimal inhibitory concentration was 12,5%). Neem oil started to have antimycotic effect on T. mentagrophytes, E. floccusum and M. gypseum at a concentration of 6,25%.Akhir-akhir ini banyak dikembangkan bahan alami sebagai antimikotik, antara lain pohon mimba yang banyak terdapat di Indonesia Minyak dari bij i mimba terbukti mempunyai efek antimikotik terhadap berbagai jamur non dermatofita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antimikotik minyak mimba terhadap T. mentagrophytes, E. floccusum dan M. gypseum dengan metode dilusi.Penelitian menggunakan metode eksperimental sederhana. Pada 10 tabung dimasukkan 1 ml aqua dan lml casein yeast glucose. Pada tabung I ditambahkan 1 ml minyak mimba murni dan dicampur. Pada tabung ke II ditambahkan 1 ml larutan dari tabung I, begitu seterusnya sampai tabung ke X. Selanjutnya pada masing-masing tabung ditambahkan 1 ml suspensi dermatofita 106 sel/ml. Pertumbuhan koloni dermatofita dinilai pada hari ke 5-7 setelah diinkubasi pada suhu kamar.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni T. mentagrophytes pada hari ke-5 mulai tampak pada tabung ke-4 (konsentrasi 3,12%), koloni E. floccusum dan M. gypseum pada tabung ke-3 (konsentrasi 6,25%). Pada hari ke-7 semua koloni mulai tampak pada tabung ke-3, sehingga kadar hambat minimal pada konsentrasi 12,5%. Efek antimikotik minyak mimba terhadap T mentagrophytes, E. floccusum dan M. gypseum mulai tampak pada konsentrasi 6,25%.
TINGKAT KEPUASAN PEMASANGAN DAN KENDALA PEMAKAIAN PENGGUNA KB IUD PASCA SALIN Devi Permata Sari; Ivanna Beru Brahmana; Inayati Inayati; Ana Majdwati
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama Vol 9, No 2 (2020): Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama
Publisher : STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31596/jcu.v9i2.592

Abstract

Intra Uterine Device (IUD) merupakan alat kontrasepsi dalam rahim yang waktu pemasangannya bisa dilakukan paska persalinan dan interval. Intra Uterine Device paska persalinan (IUDPP) merupakan metode pemasangan atau insersi IUD segera setelah plasenta lahir, yang biasanya dilakukan 10 menit paska pelepasan plasenta. Tujuan penelitian adalah mengetahui tingkat kepuasan pemasangan dan kendala pemakaian pengguna KB IUD Pasca Salin. Penelitian ini menggunakan design observasional analitik, pendekatan cross sectional study dari data rekam medis pasien di RSIA ‘Aisyiyah Klaten yang mendapat IUDPP. Sampel yang digunakan adalah 82 presponden. Hasil Penelitian menunjukkan. kendala penggunaan KB IUD PP mayoritas adalah pada haid tidak teratur yaitu sejumlah 44 responden (53.6%). Sedangkan untuk kendala seksual dan nyeri kepala, kelamahan merupakan kendala minoritas pada responden pengguna KB IUD PP yaitu sejumlah 5 responden (6.1%). kepuasan pemasangan KB IUD PP mayoritas adalah pada menandatangai inform consent tanpa paksaan yaitu sejumlah 82 responden (100%). Sedangkan mayoritas responden mearasa tdak puas pada aspek aman dan nyaman selama pemasangan responden pengguna KB IUD PP yaitu sejumlah 17 responden (20.8%).
KEBERLANJUTAN PEMERIKSAAN IVA PADA DESA SADAR DETEKSI DINI KANKER SERVIKS Ivanna Beru Brahmana; Inayati Inayati; Ana Majdawati
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 5, No 2 (2021): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (597.964 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v5i2.4030

Abstract

Abstrak: Pemeriksaan IVA dilakukan untuk  skrining kanker serviks. Pada tahun 2019 ditemukan IVA positif 17,39% di Puskesmas Ngawen, Klaten. Pada tahun tersebut kami mengadakan pengabdian masyarakat dengan melatih tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas Ngawen tentang pemeriksaan IVA. Menilai kemampuan nakes Puskesmas Ngawen dalam melakukan pemeriksaan IVA dan mendokumentasikannya. Prestest dan postest, ceramah mengingatkan kembali cara pemeriksaan IVA yang sudah didapat tahun lalu, membuat video dokumentasi pemeriksaan IVA. Upgrade dan update  pengetahuan  tentang kanker serviks dan IVA diikuti 15 nakes, nilai rata-rata pretest 96, rentang nilai 60-100, dan nilai postest semua 100. Upgrade dan refreshing ketrampilan pemeriksaan IVA diikuti 8 nakes, dengan total pemeriksaan IVA 21 peserta.  Setiap nakes mendokumentasikan ketrampilan mereka melalui video salah satu peserta, yang sudah memberikan surat persetujuan pemeriksaan dan pengambilan video pembelajaran. Rentang nilai video 80-280, dari nilai maksimal 400. Pemeriksaan terhadap 21 peserta menunjukkan hasil IVA negatif 100%, 38% ditemukan keputihan. Simpulan adalah pemeriksan IVA sudah rutin dilakukan di Puskesmas Ngawen, Klaten sebagai hasil pengabdian masyarakat PPDM LP3M UMY tahun lalu. Ketrampilan pemeriksaan IVA pada nakes perlu selalu dievaluasi. Abstract: IVA examination was done to screen for cervical cancer. In 2019, a positive IVA was found 17.39% at the Puskesmas Ngawen, Klaten. In that year we held community service by training health workers at the Puskesmas Ngawen on IVA examinations. Assessing the ability of the health center Ngawen in conducting IVA examinations and documenting them. Pretest and post-test, the lecture reminded us of the way the IVA examination was obtained last year, made a video documentation of the IVA examination. Upgrading and updating of knowledge about cervical cancer and IVA were followed by 15 health workers, the average pretest score was 96, the range of values was 60-100, and the post-test score was all 100. Upgrading and refreshing of the IVA examination skills were followed by 8 health workers, with a total IVA examination of 21 participants. Each health worker documented their skills through a video of one of the participants, who had already provided a letter of approval for the examination and taking the learning video. The video values ranged from 80 to 280, with a maximum value of 400. Examination of 21 participants showed 100% negative IVA results, 38% found vaginal discharge. The conclusion is that IVA examinations have been routinely carried out at the Ngawen Puskesmas, Klaten as a result of last year's PPDM LP3M UMY community service. IVA examination skills on health workers need to be evaluated. 
PEMBENTUKAN KELOMPOK CERDAS KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN MENGETAHUI PERAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI BAGI SKRINING PENYAKIT REPRODUKSI Ana Majdawati; Ivanna Beru Brahmana; Inayati Inayati
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 5, No 5 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.616 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v5i5.5282

Abstract

Abstrak: Permasalahan reproduksi wanita banyak dikeluhkan, diantaranya keputihan, masalah menstruasi, nyeri pelvis, benjolan pada organ reproduksi, keluarga berencana, infertilitas, masalahan menopause. Pengetahuan peran radiologi sebagai penunjang diagnostik, alat skrining kasus reproduksi masih terbatas di kalangan ibu-ibu dan remaja putri. Banyak wanita dengan keluhan organ reproduksi yang tidak melanjutkan pemeriksaan radiologi. Hal ini menyebabkan penyakit semakin berat, meningatkan morbiditas dan mortalitas. Tujuan pengabdian masyarakat ini membentuk kelompok kesehatan reproduksi (kespro) ceria dari ibu-ibu dan Remaja Aisyiyah di Wilayah Bareng Lor, Klaten, Jawa Tengah. Upaya peningkatan pengetahuan peran pemeriksaan radiologi untuk skrining dan diagnosis kasus kespro wanita menggunakan metode: sosialisasi masalah terkait organ kespro wanita, ceramah, brain storming, pembentukan kelompok kespro ceria, pelatihan pengisian checklist skrining faktor risiko untuk indikasi pemeriksaan radiologi. Hasil pengabdian masyarakan ini terbentuknya kelompok wanita kespro Ceria yang akan melakukan tindak lanjut skrining wanita yang memiliki faktor risiko gangguan organ reproduksi dengan lembar checklist. Penilaian peserta berasal nilai pretest dan post-test, yaitu minimal nilai post-test 70 dan menunjukkan peningkatan  Abstract: Many women complain about reproductive problems, including vaginal discharge, menstrual problems, pelvic pain, lumps in the reproductive organs, family planning, infertility, menopause problems. Knowledge of the role of radiology as a diagnostic support, reproductive case screening tool is still limited among mothers and young women. Many women with complaints of reproductive organs do not continue radiological examinations. This causes the disease to become more severe, increasing morbidity and mortality. The purpose of this community service is to form a cheerful reproductive health group (Kespro) from Aisyiyah's mothers and Adolescents in the Bareng Lor Region, Klaten, Central Java. Efforts to increase knowledge of the role of radiology examination for screening and diagnosis of women's reproductive health cases use the following methods: socialization of problems related to women's reproductive health organs, lectures, brain storming, formation of cheerful health care groups, training in filling out risk factor screening checklists for radiological indications. The result of this community service is the formation of a group of Ceria health care women who will follow up on screening women who have risk factors for reproductive organ disorders with a checklist sheet. Participant's assessment comes from the pretest and post-test scores, which is a minimum post-test score of 70 and shows an increaseKeywords: