Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

FORMULASI IKAN LELE DAN BAYAM HIJAU TERHADAP NILAI GIZI, MUTU ORGANOLEPTIK, DAYA TERIMA RISOLES ROTI TAWAR SEBAGAI SNACK BALITA Riestamala, Eriske; Fajar, Ibnu; Setyobudi, Sugeng Iwan
Journal of Nutrition College Vol 10, No 3 (2021): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v10i3.30749

Abstract

Latar belakang: Balita merupakan kelompok rentan terhadap masalah gizi kurang atau gizi buruk, seperti stunting. Salah satu penanganan masalah gizi dengan karakteristik masalah gizi kronis yaitu dengan Pemberian Makanan Tambahan tinggi energi dan tinggi protein pada balita yang sesuai kebutuhan gizi berdasarkan AKG 2019 serta memanfaatkan pangan lokal seperti ikan lele dan bayam hijau.Tujuan: Mengetahui karakteristik dan daya terima dari risoles roti tawar ragout ikan lele dan bayam hijau sebagai salah satu alternatif pangan fungsional dalam bentuk PMT Pemulihan balita yang padat gizi.Metode: Penelitian eksperimental dengan desain 2 taraf perlakuan yaitu proposi ikan lele dan bayam hijau masing-masing sebesar 80%:20% dan 75%:25%. Parameter penelitian yang dilakukan terhadap produk yaitu uji organoleptik (hedonik) pada 15 panelis, perlakuan terbaik, menghitung komposisi gizi secara empiris, mutu protein, penentuan takaran saji, dan daya terima pada 12 balita RW 06 kelurahan Merjosari Kota Malang. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan Microsoft Excel 2010.Hasil: Perlakuan terbaik dari penelitian ini adalah P2 (ikan lele 75%:bayam hijau 25%) memiliki kandungan zat gizi per 120 gram yaitu energi 300 Kkal , protein 14 gram, lemak 10 gram, karbohidrat 33 gram, Fe 2 mg, Zinc 1 mg, mutu cerna 97%, NPU 72%, PST 120%, PER 149%. Rata-rata uji organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur) pada tiap perlakuan yaitu 3 (suka) terhadap risoles roti tawar ragout ikan lele dan bayam hijau. Rata-rata daya terima balita terhadap produk yaitu 60,4%.Simpulan: Pemberian formulasi pada P2 sudah memenuhi kebutuhan snack balita (10% dari total kebutuhan energi) dan sudah sesuai dengan Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) 2018.
Pemanfaatan bahan makanan lokal kentang (Solanum tuberosum l), ikan lele (Clarias, sp) dan brokoli (Brassica oleracea l) dalam bentuk snack kroket untuk balita dengan status gizi kronis Niken Yunia Rifqi; Sugeng Iwan; Nurul Hakimah

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/tp.v12i1.2546

Abstract

The percentage of children under five in RW 2 with the characteristics of chronic nutritional status is 8 people or 73%. Chronic indicators describe the nutritional problems of children under five in the long term, due to low BW/U index, short BW/U, normal BW/TB. The purpose of this study was to determine the nutritional quality, protein quality of the formula. knowing the best treatment, organoleptic quality of the formula for the use of local food ingredients: potato (Solanum tuberosum L), catfish (Clarias Sp), and broccoli (Brassica oleracea L). This type of research is experimental with a completely randomized design (CRD). The level of treatment was the ratio of potato: catfish: broccoli, namely P1 (40:30:30), and P2 (30:45:25). The croquette snack formula at treatment levels 1 and 2 had nutritional values, namely energy of 156 Kcal and 125 Kcal. The value of P1 protein is 7.6 grams, P2 is 8.85 grams, P1 fat is 6.36 grams and P2 is 2.76 grams. Nutritional content in P1 is better than P2 seen from the calculation of nutritional value and protein quality. The digestibility quality of P1 was higher at 94.4. The level of treatment P1 (40:30:30) was the best treatment level in terms of the number of Nh, which was 0.53. Organoleptic quality at P1 was preferred by panelists for the attributes of color, taste, texture, and aroma of potato croquettes, which obtained an average value on a scale of 3. This study concluded that the addition of catfish increased the protein and phosphorus content in the croquette formula. The addition of broccoli increases the content of vitamin C and phosphorus. P1 nutritional quality (energy, protein, fat, carbohydrates). The best treatment is treatment 1 with a higher value than treatment 2 and the organoleptic quality of the P1 formula is preferred by the panelists than P2.
Perbedaan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Konsumsi Energi, dan Aktivitas Fisik Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Gizi Seimbang : Diffrrences in knowledge Level, Energi Consumption Level, and Physical Activity Before and After Balanced Nutrition Education Sri Handayani; Sugeng Iwan Setyobudi; Juin Hadisuyitno; Hasan Aroni
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 5 No. 11: NOVEMBER 2022 -Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/mppki.v5i11.2756

Abstract

Latar belakang: Kegemukan menjadi salah satu masalah gizi di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegemukan yaitu tingkat pengetahuan, tingkat konsumsi, dan aktivitas fisik. Berdasarkan studi pendahuluan status gizi yang dilakukan pada siswa kelas V di SDN Kaliwungu 1 Jombang menggunakan penilaian IMT/U ditemukan sebanyak 14.28% gemuk, 25% obesitas, dan 60.7% dengan status gizi normal. Tujuan: Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan, tingkat konsumsi energi, dan aktivitas fisik sebelum dan sesudah penyuluhan gizi seimbang dengan media komik pada siswa yang mengalami kegemukan di SDN Kaliwungu 1 Jombang sebagai tambahan pengetahuan Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pre eksperimen dengan desain one group pretest posttest. Total sampel penelitian sebanyak 21 responden. Pengumpulan data tingkat konsumsi energi responden dengan melakukan recall 2x24 jam, tingkat pengetahuan dengan kuesioner gizi seimbang, dan aktivitas fisik dengan kuesioner Physical Activity Questionnaire for Children (PAQ-C). Analisis data menggunakan uji Paired Sample T Test jika data berdistribusi normal dan uji Wilcoxon Signed Ranked Test. Hasil: Hasil uji Wilcoxon Signed Ranked Test pengetahuan menunjukkan p=0.00 (p<0.05), tingkat konsumsi energi p=0.023 (p<0.05), dan aktivitas fisik p=0.060 (p<0.05) Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan untuk konsumsi energi responden sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan gizi seimbang dan tidak terdapat perbedaan signifikan untuk aktivitas fisik sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan gizi seimbang.
Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Pola Makan Penderita Hiperkolesterolemia dan Non Hiperkolesterolemia : Differences in Knowledge, Attitude, and Diet Hypercholesterolemic and Non-Hypercholesterolemic Patients Miftahul Aisyah; I Nengah Tanu Komalyna; Sugeng Iwan Setyobudi
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 5 No. 11: NOVEMBER 2022 -Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/mppki.v5i11.2764

Abstract

Latar belakang: Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi kadar kolesterol darah di atas 200 mg/dL. Hiperkolesterolemia dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kolesterol, sikap negatif, dan pola makan yang tidak baik. Tujuan: Menganalisis perbedaan pengetahuan, sikap, dan pola makan penderita hiperkolesterolemia dan non hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja Puskesmas Bululawang. Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan desain case control study. Populasi penelitian adalah masyarakat usia 20 – 60 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bululawang yang melakukan pemeriksaan laboratorium dalam 4 bulan terakhir. Pengambilan sampel berdasarkan teknik Purposive Sample. Data diperoleh melalui metode dokumentasi, kuesioner, dan wawancara kemudian dianalisis menggunakan uji Independent Sample T-test. Hasil: Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan pengetahuan (p-value 0,388; OR 4,3; 95% CI 0,708 – 26,531) dan sikap (p-value 0,708; OR 1,714; 95% CI 0,403 – 7,292), namun ada perbedaan pola makan (p-value 0,03; OR 11; 95% CI 1,998 – 60,572) pada penderita hiperkolesterolemia dan non hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja Puskesmas Bululawang. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan pengetahuan dan sikap, namun ada perbedaan pola makan pada penderita hiperkolesterolemia dan non hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja Puskesmas Bululawang Kabupaten Malang.