Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Study of the Use of Seagrass Bait on Bebihe Catches in the waters of the Sea Beg, South Central Tabukan District, Sangihe Islands Regency Jerialdy Larungkondo; Ivor Lembondorong Labaro; Fransisco P.T. Pangalila; Johnny Budiman; Lefrand Manoppo; Fanny Silooy
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 2 (2022): ISSUE JULY-DECEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractBubu fisheries have developed well in all Indonesian waters, especially in coastal areas that have coral reef and seagrass habitats. Generally, the commodities targeted for fishing are types of reef fish and seagrass beds that have a high selling value, such as snapper, grouper, baronang, yellowtail, lobster, octopus, and others. Bubu fishing gear or traps called bebihe local people are one of the fishing gear used to catch demersal fish or reef fish. The success of the bubu fishing operation is greatly influenced by the construction of the bebihe fishing gear itself and the treatment of the bait used. The use of seagrass bait, allegedly can increase the catching ability of the bebihe. However, scientific information on the use of seagrass as a bait for bebihe for fishing is not yet available. Therefore, the purpose of this study is to determine the effectiveness of seagrass baits with the comparison of kitefish in the operation of bebihe; and identify the types of fish caught.This research was carried out in the waters of Beeng Laut island, South Central Tabukan District, Sangihe Islands Regency; is based on experimental methods. Six bebihe units were operated during nine trips to collect data; where three units use seagrass bait of the type Thalassia hemprichii, and the other three units use kite fish bait; and then the catch data is analyzed by a t-test.The catch of bebihe during the study amounted to 363 heads, as many as 345 were caught with seagrass baits, and 18 were caught with kite baits. Analysis of the t-test showed that at t count = 5.480 > t table 0.05;8 = 2.306; where this explains that the use of seagrass bait on bebihe, gives a noticeablely different catch compared to kitefish bait.
Production and productivity of pole and liner catching based at the Fishing Port Ocean in Bitung: Production and productivity of pole and liner catching based at the Fishing Port Ocean in Bitung Yudistira Josua Mamarimbing; Frangky Erens Kaparang; Ivor Lembondorong Labaro
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 11 No. 1 (2023): ISSUE JANUARY-JUNE 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i1.44263

Abstract

Skipjack tuna is classified as an important pelagic fishery resource and is one of the export commodities so that production needs to be continuously increased by maintaining the sustainability of these fish resources. This study aims to determine the development of production and productivity of the pole and liner vessels observed and to determine the length-weight relationship of the catches of the pole and liner vessels observed at the Bitung Ocean Fishing Port (PPS). In general, the production and productivity of pole and liners based at the Samudera Bitung Fishing Port increased from November 2021 to December 2021 and then decreased again in January 2022, so that they were declared unproductive. Pole and liner catches that are landed at the Bitung Ocean Fishing Port in the period November 2021 - January 2022 tend to get the same results with the size caught, namely 29-64 cm, with a positive allometric growth pattern. Keywords : Production and Productivity, Growth Patterns, Pole and Liner Abstrak Ikan cakalang tergolong sumberdaya perikanan pelagis penting dan merupakan salah satu komoditi ekspor sehingga produksinya perlu terus ditingkatkan dengan menjaga kelestarian sumberdaya ikan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan produksi dan produktivitas dari kapal pole and liner yang diamati dan mengetahui hubungan panjang-berat hasil tangkapan kapal pole and liner yang diamati di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung. Secara umum produksi dan produktivitas pole and liner yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung mengalami kenaikan dari bulan November 2021 ke bulan Desember 2021 dan selanjutnya mengalami penurunan kembali pada bulan Januari 2022, sehingga dinyatakan tidak produktif. Hasil tangkapan pole and liner yang didaratakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung pada periode November 2021 – Januari 2022 cenderung mendapatkan hasil yang sama dengan ukuran yang tertangkap yaitu 29-64 cm, dengan pola pertumbuhan bersifat alometrik positif. Kata Kunci : Produksi dan Produktivitas, Pola Pertumbuhan, Pole and Liner
Mapping of Fishing Areas and Fish Catches by Purse Sine KM. Rebert Deviana Tinambunan; Fanny Silooy; Alfret Luasunaung; Ivor Lembondorong Labaro; Mariana E Kayadoe; Effendi Pengihutan Sitanggang; arman Thamin; Heffry V Dien
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.39694

Abstract

The division of Indonesian waters into several fisheries management areas illustrates very different habitat characteristics and has a diversity of biological resources that may vary. WPPNRI 716 is a management area in Indonesian waters which includes the waters of the Sulawesi Sea and the northern part of Halmahera Island. This research was carried out by the purse seiner KM. Rebert carried out fishing operations in the waters of the Sulawesi Sea at WPPNRI 716. Data collection was carried out for 4 months, namely from October 2021 - to January 2022, with the aim of knowing the distribution area of catching and KM. Rebert catches. KM. Rebet catchment area based on the GPS point is located at WPPNRI 716, which is 81.5 miles from the fishing base (Tumumpa Beach Fishery Port). The number of catches in October (trip 1) was 6350 kg, in October (trip 2) was 4807 kg, in November (trip 3) was 10245 kg, in December (tip 4), was 4234 kg, in December (trip 5) as much as 4280 Kg, in January (trip 6) as many as 2645, and in January (trip 7) 4350 Kg. Judging from the type of catch during the research, there was 13265 kg of mackerel scad (Decapterus sp), then 12953 kg of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis L), 4884 kg of yellowfin tuna (Thunnus albacares), and 4100 kg of mackerel tuna (Euthinnus affinis). Selar fish (Selaroides sp) as much as 904 Kg, jackfish (Caranx sp) as much as 500 Kg, rainbow runner fish (Elagatis bipinnulatus) as much as 350 Kg, and the lowest is bullet tuna (Auxis rochei) fish as much as 55 Kg.Keywords: Mapping; KM. Rebert; Purse SeinerAbstrakPembagian wilayah perairan Indonesia ke dalam beberapa kawasan pengelolaan perikanan menggambarkan karakteristik habitat yang sangat berbeda dan memiliki keanekaragaman sumberdaya hayatinya yang dapat saja berbeda. WPPNRI 716 merupakan wilayah pengelolaan di perairan Indonesia yang meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera.Penelitian ini dilaksanakan kapal pukat cincin (purse seiner) KM. Rebert yang melakukan operasi penangkapan ikan di perairan Laut Sulawesi pada WPPNRI 716.  Pengambilan data dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Oktober 2021 - Januari 2022, dengan tujuan untuk mengetahui daerah sebaran penangkapan dan hasil tangkapan KM. Rebert. Daerah penangkapan KM. Rebet berdasarkan titik GPS berada pada WPPNRI 716 yang berjarak dari fishing base (Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa) ± 81,5 mil. Jumlah hasil tangkapan pada bulan bulan Oktober (trip 1) sebanyak 6350 Kg, bulan Oktober (trip 2) sebanyak 4807 Kg, bulan November (trip 3) sebanyak 10245 Kg, bulan Desember (tip 4), sebanyak 4234 Kg, bulan Desember (trip 5) sebanyak 4280 Kg, bulan Januari (trip 6) sebanyak 2645, dan bulan Januari (trip 7) 4350 Kg. Dilihat dari jenis tangkapan selama penelitan adalah ikan layang (Decapterus sp) sebanyak 13265 Kg, kemudian ikan cakalang (Katsuonus pelamis L) sebanyak 12953 Kg, ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) sebanyak 4884 Kg, ikan tongkol (Auxis rochei) sebanyak 4100 Kg ikan selar (Selaroides sp) sebanyak 904 Kg, ikan kuwe (Caranx sp) sebanyak 500 Kg, ikan sunglir (Elagatis bipinnulatus) sebanyak 350 Kg, dan yang paling rendah adalah ikan tongkol (Auxis rochei) sebanyak 55 Kg.Kata Kunci:Pemetaan; KM. Rebert; Pukat Cincin. 
Studi Jangkauan Penetrasi Cahaya Lampu Led Dalam Air Di Perairan Selat Lembeh Christian Risky Pandeirot; Lefrand Manoppo; Ivor Lembondorong Labaro; Meta Sonja Sompie; Frangky Erens Kaparang; Arman Thamin; Revols D. Ch. Pamikiran
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.37455

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang nomor 2 (dua) di dunia dengan panjang 99.093 km(DJPRL, 2018).Indonesia memiliki wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang luas dan bermakna strategis sebagai pilar pembangunan ekonomi nasional. Selain memiliki nilai ekonomis, sumberdaya kelautan juga mempunyai nilai ekologis, di samping itu, kondisi geografis Indonesia terletak antara lautan Pasifik dan lautan Hindia (Hartono, 2013).Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Lembeh Desa Binuang Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung Melalui survey di atas bagan yang didasarkan pada metode deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui jangkauan penetrasi cahaya lampu LED dalam air di lokasi penempatan bagan, dan mendapatkan model matematis hubungan antara jarak dan perobahan kuat penetrasi cahaya untuk masing-masing warna lampu.Pengambilan data dilakukan pada malam hari sekitar jam 20:00 WITA sampai dengan jam 21:00 WITA, dengan cara mengukur intensitas cahaya pada sumber cahaya dengan menggunakan luxmeter pada jarak-jarak jarak 0,5 meter, 1 meter, 1,5 meter, 2 meter, 2,5 meter, 3 meter, 3,5 meter, 4 meter, 4,5 meter, 5 meter, 5,5 meter, dan 6 meter dengan kedalaman 1 meter.Jangkauan terbesar penetrasi cahaya lampu LED dalam air adalah cahaya lampu warna putih, kemudian diikuti oleh warna biru, warna hijau, dan warna merah. Hasil analisis hubungan antara jarak dan perubahan kuat penetrasi cahaya untuk masing-masing warna lampu adalah sebagai berikut : I = 52,46 . e- 1,70 (r)(putih), I = 56,27 .e– 2,08 (r) (biru), I = 57,63 .e- 2,28 (r) (hijau), dan I = 39,80 .e– 2,53 (r)(merah), yang berarti bahwa semakin bertambah jarak (r), maka intensitas cahaya akan semakin berkurang.
Ketertarikan organisme laut terhadap cahaya lampu LED dalam air Eunike Fabiola Mewengkang; Lefrand Manoppo; Ivor Lembondorong Labaro
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.37695

Abstract

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis organsime laut apa saja yang berada di sekitar cahaya lampu LED dan mengetahui komposisi organisme yang tertarik terhadap warna cahaya lampu putih, biru, hijau dan merah.Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2021 pertama mengoperasikan lampu LED dalam air dengan kedalam 2 meter untuk proses pergantian lampu menggunakan remot kontrol. Lalu pada saat pengambilan sampel air menggunakan plankton net dengan cara melemparkan plankton net pada permukaan air sejauh 4 meter secara vertikal dan horizontal, air yang tersaring sebanyak 27 ml dipindahkan kedalam botol sampel yang terisi 3 ml alkohol 70% untuk diawetkan. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboraturium untuk diidentifikasi.Hasil identifikasi terhadap sampel yang di ambil dari perairan Teluk Manado diperoleh Zooplankton sebanyak 14 spesies yaitu Copepoda sp, Epilabidocera longipedate, Harpaticoida, Cyclops sp, Fish larvae, Naupilus sp, Juvenile krill, Paramecium, Vorticella sp, Trichocerca, Chaetonotidae, Euglena sp, Meroplankton, Mantis shrimp larvae, Fitoplankton sebanyak 5 spesies yaitu Muller larvae, Gonatozygon, Ceratium sp, Synedra sp, Praboscia alata. Organisme laut lebih tertarik pada warna putih dan merah dibandingkan dengan warna hijau dan biru.
Pola sebaran bagan dan adaptasi nelayan dalam operasi penangkapan di Perairan Desa Tateli Weru Kabupaten Minahasa Lia Anggreni Sitompul; Johnny Budiman; Ivor Lembondorong Labaro; Effendi Pengihutan Sitanggang; Fanny Silooy
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.39007

Abstract

Salah satu kegiatan perikanan yang menonjol di perairan Desa Tateli Weru adalah perikanan bagan.  Pengoperasian alat tangkap bagan, umumnya dimulai pada saat matahari mulai tenggelam.  Penangkapan umumnya dilaksanakan di perairan dekat pantai, yaitu daerah teluk atau tempat yang aman terhadap arus, angin dan gelombang. Dampak dari penempatan bagan oleh nelayan  tangkap di perairan Tateli Weru adalah perubahan volume hasil tangkapan setiap bulan dan perubahan jumlah waktu melaut yang sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat nelayan. Untuk itu nelayan melakukan pola adaptasi  dan strategi ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pola sebaran bagan apung dan kondisi perubahan cuaca terhadap hasil tangkapan ikan di Desa Tateli Weru. Penelitian ini mengikuti metode deskriptif yang didasarkan pada studi kasus.  Pengumpulan data dilakukan dengan plotting survei posisi masing-masing bagan, menggunakan GPS dan perahu tipe pamo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil nilai T adalah 1.23 yang berarti pola sebaran alat tangkap di desa Tateli Weru termasuk pola acak atau tidak merata (Random Pattern). Jarak terdekat antar bagan adalah 279.93 meter. Karena jarak antar bagan saling berdekatan, maka ikan yang sudah terkumpul di suatu bagan lain yang cahaya lampunya lebih terang. Hal ini berdampak pada jumlah hasil tangkapan yang tidak optimal. Pada akhirnya diperlukan aturan pola penyebaran bagan yang berjarak antar bagan serta strategi ekonomi untuk mata pencaharian nelayan yang lebih baik dalam rangka adaptasi menghadapi dampak perubahan cuaca.
Pengaruh jenis umpan dan fase bulan terhadap hasil tangkapan rawai dasar di teluk Manado Gerson Tinungki; Ivor Lembondorong Labaro; Mariana E. Kayadoe; Effendi Pengihutan Sitanggang; Alfret Luasunaung
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.7.2.2022.39799

Abstract

Rawai dasar merupakan alat penangkapan ikan yang memiliki jumlah mata pancing dalam satu satuannya dinyatakan dengan basket. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan alat tangkap ini adalah konstruksi alat, kedalaman renang dari ikan, kekuatan arus dan umpan yang berpengaruh terhadap operasi penangkapan.  Untuk itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh umpan yang paling efektif untuk meningkatkan hasil tangkapan menggunakan alat tangkap rawai dasar ini.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh beberapa jenis umpan terhadap hasil tangkapan ikan demersal dengan rawai dasar (longline) dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan target yang tertangkap berdasarkan waktu operasi. Metode Penelitian yang akan digunakan adalah metode eksperimental dengan analisis data menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung pada saat operasi penangkapan dengan menggunakan rawai dasar dan pengamatan tidak langsung adalah data sekunder yaitu wawancara dengan nelayan tentang daerah penangkapan ikan dasar, tingkah laku ikan dasar, kedalaman pengoperasian rawai dasar yang sesuai serta studi pustaka.Perbedaan penggunaan perlakuan umpan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tangkapan ikan dasar dengan rawai dasar. Jenis umpan ikan teri (Stolephorus sp) ikan layang (Decapterus sp). memberikan hasil tangkapan yang lebih baik dari pada umpan cumi (Loligo sp) dan umpan ikan tongkol (Euthynnus sp).