Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Study of the Use of Seagrass Bait on Bebihe Catches in the waters of the Sea Beg, South Central Tabukan District, Sangihe Islands Regency Jerialdy Larungkondo; Ivor Lembondorong Labaro; Fransisco P.T. Pangalila; Johnny Budiman; Lefrand Manoppo; Fanny Silooy
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 2 (2022): ISSUE JULY-DECEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractBubu fisheries have developed well in all Indonesian waters, especially in coastal areas that have coral reef and seagrass habitats. Generally, the commodities targeted for fishing are types of reef fish and seagrass beds that have a high selling value, such as snapper, grouper, baronang, yellowtail, lobster, octopus, and others. Bubu fishing gear or traps called bebihe local people are one of the fishing gear used to catch demersal fish or reef fish. The success of the bubu fishing operation is greatly influenced by the construction of the bebihe fishing gear itself and the treatment of the bait used. The use of seagrass bait, allegedly can increase the catching ability of the bebihe. However, scientific information on the use of seagrass as a bait for bebihe for fishing is not yet available. Therefore, the purpose of this study is to determine the effectiveness of seagrass baits with the comparison of kitefish in the operation of bebihe; and identify the types of fish caught.This research was carried out in the waters of Beeng Laut island, South Central Tabukan District, Sangihe Islands Regency; is based on experimental methods. Six bebihe units were operated during nine trips to collect data; where three units use seagrass bait of the type Thalassia hemprichii, and the other three units use kite fish bait; and then the catch data is analyzed by a t-test.The catch of bebihe during the study amounted to 363 heads, as many as 345 were caught with seagrass baits, and 18 were caught with kite baits. Analysis of the t-test showed that at t count = 5.480 > t table 0.05;8 = 2.306; where this explains that the use of seagrass bait on bebihe, gives a noticeablely different catch compared to kitefish bait.
Study of Welfare Level of Fisherman Community in Alo Village, Rainis District, Talaud Islands Regency Fritwin Toesan; Lefrand Manoppo; Mariana E Kayadoe
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 11 No. 1 (2023): ISSUE JANUARY-JUNE 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i1.44396

Abstract

Talaud Islands Regency is a maritime area with a sea area of around 37,800 km² (95.24%) and a land area of 1,251.02 km². The fishing community in Alo Village utilizes fishery resources as their main source of life. especially the coastal community of Alo village which is dominated by fishermen who are classified as labor fishermen or small fishermen. Fishing communities are small groups of people living in coastal areas whose main livelihood is utilizing the natural resources found in the ocean, whether in the form of fish, shrimp, seaweed, shellfish, coral reefs and other marine wealth. To determine the level of welfare of the fishing community in Alo Village. The type of research method used in this research is census research using descriptive analysis. So it can be concluded that the level of welfare of the fishing community in Alo Village, Rainis District, Talaud Islands District, with the number of respondents representing as many as 30 respondents was categorized as quite prosperous or moderate with a percentage of 66.67% and a score of 13. Keywords: Alo Village, Welfare, Income, Expenditures, education. Abstrak Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah bahari dengan luas lautnya sekitar 37.800 km² (95,24%) dan luas wilayah daratan 1.251,02 km². Masyarakat nelayan di Desa Alo memanfaatkan sumberdaya perikanan sebagai sumber kehidupan utama. khususnya masyarakat pesisir desa Alo yang di dominasi oleh nelayan yang tergolong nelayan buruh atau nelayan – nelayan kecil. Masyarakat nelayan yaitu kelompok kecil masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama adalah memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di dalam lautan, baik itu berupa ikan, udang, rumput laut, kerang- kerangan, terumbu karang dan hasil kekayaan laut lainnya. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan Desa Alo. Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sensus dengan menggunakan analisis deskriptif. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Desa Alo Kecamatan Rainis Kebupatan Kepulauan Talaud, dengan jumlah responden yang mewakili sebanyak 30 responden dikategorikan cukup sejahtera atau sedang dengan persentase 66,67% dan nilai skor 13. Kata kunci: Desa Alo, Kesejahteraan, Pendapatan, Pengeluaran, pendidikan.
Analysis Of Upwelling Event Based On Satellite Imagery In Fishery Management Area (FMA) 716 Nickyta Laurensis Setiadi; Joshian Nicolas W. Schaduw; Alfret Luasunaung; Ferdinand F. Tilaar; Lefrand Manoppo; Reiny A. Tumbol; Deiske A. Sumilat
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 8 No. 2 (2020): ISSUE JULY-DECEMBER 2020
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.8.2.2020.31213

Abstract

Oceanographic parameters are very important to analyze for determining fishing ground, it is related to upwelling. The aim of the study was to see the analysis of chlorophyll-a concentration at the time of upwelling at Fisheries Management Area (FMA) 716, then verify with the fisheries catch data. The research method is descriptive-analytical and statistical, which aims to describe or provide an overview of chlorophyll-a results from ASCAT imagery on the MetOp and NOAA satellites, and sea surface temperature results from MODIS imagery on the Aqua satellite. Then they processed for statistical correlation using the Pearson correlation method. The results showed that based on spatial and temporal analysis, the parameters that affect the upwelling in FMA 716 are sea surface temperature, so that the water mass moves from west to east, and increase the chlorophyll-a concentration. Pearson correlation shows that the correlation value of chlorophyll-a is higher than the sea surface temperature parameter with a value of 0.72. The fish catches data of yellowfin tuna (Thunnus albacares) appears a positive effect with a correlation value of 0.75. AbstrakKonsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut merupakan parameter yang dapat dijadikan indikator tingkat kesuburan di suatu perairan, yang berkaitan dengan kejadian upwelling. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis konsentrasi klorofil-a pada saat kejadian upwelling di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 716, dengan output berupa tabel dan grafik, kemudian diverfikasi dengan data hasil tangkapan. Metode penelitian adalah deskriptif analitis, dan statistik, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap data parameter klorofil-a hasil pencitraan ASCAT pada satelit MetOp dan NOAA, dan suhu permukaan laut hasil pencitraan MODIS pada satelit Aqua. Kemudian diolah dan diuji korelasinya secara statistik dengan menggunakan metode korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan analisis spasial dan temporal parameter yang mempengaruhi kejadian upwelling pada WPP 716 adalah suhu permukaan laut, sehingga massa air bergerak dari arah barat menuju timur, dan meningkatkan konsentrasi klorofil-a. Korelasi pearson menunjukkan nilai korelasi klorofil-a lebih tinggi dibandingkan parameter suhu permukaan laut dengan nilai sebesar 0,72. Hasil tangkapan ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) tampak berpengaruh positif dengan nilai korelasi sebesar 0,75.Kata kunci: upwelling, klorofil-a, suhu permukaan laut, Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares), WPP 716
Studi pengaruh perbedaan warna umpan buatan pancing gurita terhadap hasil tangkapan Kholid Kurniawan; Lefrand Manoppo; Fanny Silooy; Alfret Luasunaung; Meta Sonya Sompie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 4 No. 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.4.2.2019.24234

Abstract

The western part of North Minahasa waters is mainly covers by coral reef with relatively large potential of fishery resources including Octopus.  Fishermen of Budo village catches the Octopus by fishing gear known as sihoru or gara – gara boboca in local name with classified as trowling.  The goals of this study are to analyze the influence of using different colors of typical bait released to fishing catch and to identity the catches species.  Experimental method and T-Test wore using to analyze the data.  The result indicated that the color differences not influence to the number of catches, which the analysis probability of brown and black colors is 0.6041, the brown and red is 0.4762, the black and red is 0.8455 which all of these numbers or higher than α0.05 = 2.2281.  Based on this identification, Octopus cyanea is mainly catches.ABSTRAK        Perairan Minahasa Utara bagian Barat pada umumnya merupakan hamparan batu karang yang memiliki potensi sumber daya perikanan yang relatif melimpah salah satunya adalah gurita (Octopus).  Dalam memanfaatkan sumber daya ini masyarakat nelayan Desa Budo menangkap gurita menggunakan alat tangkap pancing yang disebut sihoru atau gara–gara boboca, alat tangkap ini adalah alat tangkap pancing jenis tonda. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penggunaan warna umpan terhadap jumlah hasil Tangkapan dan mengetahui spesies octopus hasil tangkapan.  Metode yang digunakan dalam penelitan adalah eksperimental dan dianalisis menggunakan metode statistik Uji T.  Dari penelitian ini diperoleh hasil  nilai analisis P coklat hitam dan sebesar 0.6041, coklat dan merah sebesar 0.4762, hitam dan merah sebesar 0.8455 yang semua nilainya berada diatas α0.05 = 2.2281 dan dapat disimpulkan bahwa perlakuan warna umpan tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan.  Berdasarkan hasil identifikasi gurita yang tertangkap adalah Octopus cyanea.
Studi Jangkauan Penetrasi Cahaya Lampu Led Dalam Air Di Perairan Selat Lembeh Christian Risky Pandeirot; Lefrand Manoppo; Ivor Lembondorong Labaro; Meta Sonja Sompie; Frangky Erens Kaparang; Arman Thamin; Revols D. Ch. Pamikiran
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.37455

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang nomor 2 (dua) di dunia dengan panjang 99.093 km(DJPRL, 2018).Indonesia memiliki wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang luas dan bermakna strategis sebagai pilar pembangunan ekonomi nasional. Selain memiliki nilai ekonomis, sumberdaya kelautan juga mempunyai nilai ekologis, di samping itu, kondisi geografis Indonesia terletak antara lautan Pasifik dan lautan Hindia (Hartono, 2013).Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Lembeh Desa Binuang Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung Melalui survey di atas bagan yang didasarkan pada metode deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui jangkauan penetrasi cahaya lampu LED dalam air di lokasi penempatan bagan, dan mendapatkan model matematis hubungan antara jarak dan perobahan kuat penetrasi cahaya untuk masing-masing warna lampu.Pengambilan data dilakukan pada malam hari sekitar jam 20:00 WITA sampai dengan jam 21:00 WITA, dengan cara mengukur intensitas cahaya pada sumber cahaya dengan menggunakan luxmeter pada jarak-jarak jarak 0,5 meter, 1 meter, 1,5 meter, 2 meter, 2,5 meter, 3 meter, 3,5 meter, 4 meter, 4,5 meter, 5 meter, 5,5 meter, dan 6 meter dengan kedalaman 1 meter.Jangkauan terbesar penetrasi cahaya lampu LED dalam air adalah cahaya lampu warna putih, kemudian diikuti oleh warna biru, warna hijau, dan warna merah. Hasil analisis hubungan antara jarak dan perubahan kuat penetrasi cahaya untuk masing-masing warna lampu adalah sebagai berikut : I = 52,46 . e- 1,70 (r)(putih), I = 56,27 .e– 2,08 (r) (biru), I = 57,63 .e- 2,28 (r) (hijau), dan I = 39,80 .e– 2,53 (r)(merah), yang berarti bahwa semakin bertambah jarak (r), maka intensitas cahaya akan semakin berkurang.
Ketertarikan organisme laut terhadap cahaya lampu LED dalam air Eunike Fabiola Mewengkang; Lefrand Manoppo; Ivor Lembondorong Labaro
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.37695

Abstract

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis organsime laut apa saja yang berada di sekitar cahaya lampu LED dan mengetahui komposisi organisme yang tertarik terhadap warna cahaya lampu putih, biru, hijau dan merah.Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2021 pertama mengoperasikan lampu LED dalam air dengan kedalam 2 meter untuk proses pergantian lampu menggunakan remot kontrol. Lalu pada saat pengambilan sampel air menggunakan plankton net dengan cara melemparkan plankton net pada permukaan air sejauh 4 meter secara vertikal dan horizontal, air yang tersaring sebanyak 27 ml dipindahkan kedalam botol sampel yang terisi 3 ml alkohol 70% untuk diawetkan. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboraturium untuk diidentifikasi.Hasil identifikasi terhadap sampel yang di ambil dari perairan Teluk Manado diperoleh Zooplankton sebanyak 14 spesies yaitu Copepoda sp, Epilabidocera longipedate, Harpaticoida, Cyclops sp, Fish larvae, Naupilus sp, Juvenile krill, Paramecium, Vorticella sp, Trichocerca, Chaetonotidae, Euglena sp, Meroplankton, Mantis shrimp larvae, Fitoplankton sebanyak 5 spesies yaitu Muller larvae, Gonatozygon, Ceratium sp, Synedra sp, Praboscia alata. Organisme laut lebih tertarik pada warna putih dan merah dibandingkan dengan warna hijau dan biru.
PERANAN DINAS PERIKANAN MINAHASA TENGGARA DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT PESISIR DI DESA PONOSAKAN KECAMATAN BELANG Charly Jofi Supit; Lefrand Manoppo; Mariana E Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.38629

Abstract

Desa ponosakan masuk dalam wilayah Minahasa Tenggara, lebih tepatnya di Kecamatan Belang. Masyarakat pesisir terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan, pengolah hasil laut, dan pedagang, serta masyarakat lain yang kehidupan sosial ekonominya bergantung pada sumber daya laut. Saat ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran Dinas Perikanan Kabupaten Minahasa Tenggara dalam meningkatkan perekonomianBantuan pemerintah seperti perahu body dan pelang/pambut sangat membantu untuk masyarakat yang bekerja sebagai nelayan tangkap dalam menunjang perekonomian keluarga serta menjadi suatu pekerjaan yang berkelanjutan, begitu juga dengan adanya bantuan coolbox kepada para penjual ikan/tibo-tibo ikan, mereka sangat terbantu dengan adanya bantuan yang diberikan sehingga dapat menambah jumlah ikan yang bisa di tampung serta mengutamakan dan menjaga kualitas ikan hingga dipasarkan. Kemajuan ekonomi masyarakat juga membuktikan bahwa adanya perkembangan dalam segi kesehatan dan pendidikan dimana pertumbuhan anak-anak yang sehat serta sebagian besar anak nelayan tetap melanjutkan pendidikan bahkan hingga ke jenjang lanjutan.
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terhadap mutu ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung Shanice Rotama Sitorus; Ixchel Feibie Mandagi; Lusia Manu; Frangky Ernes Kaparang; Lefrand Manoppo; Fransisco Philep Theodorus Pangalila
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.7.2.2022.40237

Abstract

Seperti kita ketahui, ikan merupakan suatu komoditas yang mudah busuk dan cepat rusak sehingga sangat rentan terhadap penurunan kualitas ikannya, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa aktivitas mulai dari pendaratan ikan sampai pendistribusian menuju konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas pendaratan hasil tangkapan terhadap mutu ikan Malalugis (Decapterus spp.) dan mengetahui proses pemasaran hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung. Kami menggunakan metode deskriptif untuk mengumpulkan semua data pada empat kapal Pukat Cincin berukuran 20-30 GT (KM 01, KM 03, KM 08 dan KM 1) sebagai target dalam pengumpulan data.  Pengamatan dan wawancara telah dilakukan  untuk mengetahui kondisi pelabuhanan perikanan, aktivitas pendaratan hasil tangkapan, dan waktu proses dari palka sampai ke TPI karena aspek-aspek diatas berpengaruh terhadap mutu ikan. Kami menemukan bahwa, proses penurunan dan pengangkutan hasil tangkapan di PPS Bitung belum memperhatikan aspek kebersihan dan kehigienisan. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan air untuk mencuci ikan, keadaan dermaga yang dipenuhi genangan air bekas mencuci ikan dan juga penggunaan es yang diletakkan sembarangan di lantai dermaga tanpa alas. Disamping itu, hasil analisa uji organoleptik berkisar 7-8, hal ini sesuai dengan standar SNI. Berdasarkan data hasil penelitian kami berkesimpulan bahwa peranan aktivitas pendaratan kelihatannya tidak terlalu mempengaruhi mutu ikan yang didaratkan meskipun penanganan terhadap ikan belum terlalu baik dimana cara penanganan ikan belum menerapkan prinsip penanganan ikan yang baik atau 3C1Q yaitu Cold (dingin), Clean (bersih), Carefull (baik) dan Quick (cepat).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa, Manado Sulawesi Utara Asrul Libuon; Lefrand Manoppo; Revols D. Ch. Pamikiran; Franky E. Kaparang; Vivanda O. J. Modaso; Alfret Luasunaung
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.7.2.2022.41683

Abstract

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan. Pelabuhan perikanan adalah sebagai sarana pokok untuk kegiatan usaha penangkapan ikan dan mempunyai peranan yang sangat strategis penting di dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi terkait aspek keselamatan kerja di pelabuhan perikanan pantai tumumpa.Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan keselamatan dan kesehatan kerja di pelabuhan perikanan pantai tumumpa; sedangkan secara khusus bertujuan untuk mengetahui ketersedian fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja di pelabuhan perikanan pantai tumumpa dan mengetahui prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di pelabuhan perikanan pantai tumumpa. Analisis data yang digunakan dari hasil wawancara dirubah secara numerik, cara melakukan perhitungan terhadap data yang diperoleh. Data yang diperoleh dibagi dalam beberapa kriteria dan diberi skor yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabulasi kemudian diinterpretasikan sesuai dengan tujuan.Secara umum dapat dikategorikan pemenuhan fasilitas keselamatan kerja pelabuhan perikanan pantai tumumpa sebagian besar sudah tersdia, tetapi beberapa fasilitas kurang terawat atau tidak tersedia seperti contoh ruangan pertolongan pertama pada kecelakaan. Dalam penelitian diperoleh hasil dari responden syabandar 76% baik, 18% cukup baik, 6% menyatakan kurang sedangkan pada Kapten kapal memiliki hasil respoden 35% dikategorikan baik, 47% cukup baik dan 18% menyatakan kurang, untuk anak buah kapal (ABK) memiliki hasil  9% dikatakan baik, 51% cukup baik dan 40% kurang.
Analisis kelayakan usaha perikanan pukat pantai di kecamatan Pusomaen kabupaten Minahasa Tenggara Billy Bierhoff Rampengan; Lefrand Manoppo; Ivor L Labaro; Mariana E. Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.7.2.2022.42282

Abstract

Potensi sumberdaya perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,40 juta ton per tahun, di mana 4,78 juta ton (73,43%) adalah sumberdaya ikan pelagis. Provinsi Sulawesi Utara memiliki sumberdaya perikanan yang cukup potensial untuk dikelola karena masih di bawah potensial lestari yang ditetapkan oleh pemerintah. Usaha penangkapan ikan merupakan suatu kegiatan nelayan untuk menghidupi/memenuhi perekonomian yang memanfaatkan sumberdaya hayati perairan dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Di Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara ada satu alat tangkap soma dampar atau pukat pantai (Beach Seine). Hal ini dikarenakan usaha alat tangkap soma dampar masih sangat menjanjikan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan usaha perikanan pukat pantai dalam bidang teknologi penangkapan ikan di Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan melakukan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian terdapat empat indikator yang dijadikan fokus penelitian ini,yaitu: 1.Pendapatan usaha,2. RevenueCost Ratio (R/C Ratio),3. Payback periode (PP),4. Return of investment (ROI). Berdasarkan observasi yang dilakukan di Kecamatan Posumaen di Kabupaten Minahasa Tenggara terkait kelayakan usaha perikanan pukat pantai sudah cukup baik, akan tetapi masih terdapat beberapa kendala yang ditemui pada pengumpulan data/survei tersebut. Masyarakat nelayan di Kecamatan Pusomaen masih tetap menggunakan pukat pantai (Beach Seine) karena modal yang dikeluarkan dalam mengoperasikan alat tangkap pukat pantai cukup murah, hanya dengan menggunakan tenaga saja.