Ricky M. S. Lakat
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

SENTRA INDUSTRI KERAJINAN TANGAN TORAJA UTARA, Arsitektur Neo Vernakuler Runita Rasyid; Ricky M. S. Lakat; Esli D. Takumansang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 10 No. 2 (2021): DASENG Volume 10, Nomor 2, November 2021
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v10i2.39068

Abstract

Kearifan Lokal merupakan budaya suatu masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang adalah juga suatu pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi kehidupan yang berwujud aktifitas yang di lakukan oleh masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan mereka (Alfian 2013:428). Sehingga kerajinan merupakan salah satu budaya atau suatu aktifitas kebiasaan yang ada dalam masyarakat Toraja yang berkaitan dengan keterampilan tangan. Berbagai kerajinan yang di hasilkan oleh masyarakat toraja,berbagai macam pula bentuk dan rupanya, kerajinan merupakan salah satu unit industri lokal  yang mampu menggerakkan perdagangan dan perekonomian. Dalam hal ini diperlukan suatu wadah yang dapat menunjang dan mendukung kegiatan ekonomi yang diperuntukan untuk para pengrajin yang terkendala dengan fasilitas untuk memperkenalkan, memproduksi, memamerkan dan menjual hasil karya mereka bagi para wisatawan yang berkunjung ke Toraja utara.Toraja Utara merupakan salah satu daerah indonesia yang memiliki ciri khas tersendiri dan budaya yang unik diwujudkan dalam bentuk mitos, legenda, adat, tradisi, kepercayaan, relief-relief yang dipahatkan rumah adat Tongkonan, peti mati, kain tenun dan organisasi- organisasi unik lainnya, hal tersebut menjadikan tempat wisata berpotensi di indonesia sebagai daerah terkenal di dunia. Kata kunci : Sentra Industri, Kerajinan Tangan,Toraja Utara, Neo Vernakuler
MONUMEN DR. SAM RATULANGI DI TONDANO, Space & Memory Architecture Sefanya S. Kuhon; Octavianus H. A. Rogi; Ricky M. S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 10 No. 2 (2021): DASENG Volume 10, Nomor 2, November 2021
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v10i2.40943

Abstract

Tokoh sejarah Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau biasa kita menyebutnya Sam Ratulangi, dia lahir pada tanggal 5 November 1890 di Tondano, Minahasa. Beliau merupakan seorang jurnalis, politikus dan guru yang dikagumi masyarakat pada masanya. Tetapi lambat laun jasa para pahlawan termasuk Sam Ratulangi makin tergerus masa, banyak orang mulai tidak mengenal mereka terutama generasi penerus bangsa, maka dibuat “Monumen Peringatan Dr. Sam Ratulangi di Tondano, Architeture: Space & Memory”. Monumen ini akan menjadi sebuah wadah untuk menampung kenangan dan sejarah, dalam hal ini tokoh Sam Ratulangi, dan tentunya akan dilengkapi dengan sarana edukasi dan rekreasi. Dengan mengangkat tema Architecture : Space & Memory, para masyarakat diharapkan dapat lebih merasakan dan memaknai nilai sejarah yang berada dalam objek.Kata Kunci : Sam Ratulangi, Monumen, Architecture Space & Memory
SENIOR LIVING DI KOTA MANADO: Arsitektur Perilaku Christine V. Rantung; Frits O. P. Siregar; Ricky M. S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 11 No. 1 (2022): DASENG Volume 11, Nomor 1, Mei 2022
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Senior Living merupakan area hunian yang terpadu dengan fasilitas penunjang guna mendukung mobilitas masyarakat lanjut usia atau Lansia yang tinggal beraktifitas didalamnya agar tetap aktif dan produktif meski mulai memasuki atau sudah masuk pada usia senja. Menghadirkan Senior Living di Kota Manado menjadikannya sebagai jawaban atas keresahan atas terbatasnya area hunian khusus lansia yang didesain menerapkan dan berkiblat pada kebutuhan-kebutuhan lansia yang tak dapat disamakan dengan lingkungan hunian masyarakat usia produktif. Maka dari itu dalam proses desain objek ini menerapkan pendekatan Arsitektur Perilaku dengan tujuan akhir agar objek ini dapat benar-benar menyediakan apa yang dibutuhkan oleh penggunanya, yaitu area hunian yang aman dan nyaman lewat kajian prinsip tema Arsitektur Perilaku Lansia. Kata Kunci : Kota Manado, Senior Living, Arsitektur Perilaku
RELOKASI PASAR TRADISIONAL BAHU DI MANADO. Arsitektur Ekologi Julio R. Kakase; Cynthia E. V. Wuisang; Ricky M. S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 2 (2018): DASENG Volume 7, Nomor 2, November 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i2.21301

Abstract

Salah satu pusat kegiatan yang banyak menarik pergerakan masyarakat Kota Manado adalah Pasar Tradisional Bahu. Kemacetan yang terjadi di daerah Malalayang Satu merupakan salah satu masalah yang diakibatkan oleh kegiatan yang terjadi di Pasar Tradisional Bahu. Hal ini dikarenakan aktivitasnya sering tumpah dan memenuhi bahu jalan, sehingga menjadi penyumbang penumpukan kendaraan bermotor dari dan menuju Malalayang.Tidak adanya fasilitas pendukung, seperti parkiran di pasar ini membuat banyak pengunjung yang memarkirkan kendaraan dengan sembarangan di sisi badan jalan pasar, juga trotoar. Bukan hanya itu, tidak tertatanya para pedagang membuat pemandangan pasar ini sangat buruk. Maka perlunya dilakukan Relokasi Pasar Tradisional Bahu dengan perencanaan penataan kembali pasar. sebagai pendukung kegiatan di dalamnya menggunakan Tema “Arsitektur Ekologi” karena objek perancangan berkaitan dengan kenyamanan seseorang baik dengan ruangan maupun kenyamanan yang diberikan objek terhadap lingkungan yang ada disekitarnya. Kata kunci: Pasar Tradisional Bahu, Relokasi, Arsitektur Ekologi.
TAMAN BUDAYA KIE RAHA DI KOTA TERNATE. Regionalism Architecture Fatimah K. Assagaf; Faizah Mastutie; Ricky M. S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 1 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 1, Mei 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i1.24629

Abstract

Budaya merupakan kekayaan bangsa yang penting untuk diketahui, dipahami, dikembangkan serta dilestarikan sebagaimana yang tertera dalam Undang – Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, karena budaya mecerminkan identitas dan jati diri masing - masing daerah. Indonesia memiliki beragam seni dan budaya yang berasal dari beragam suku dengan kekhasan serta keunikan masing-masing  yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia. Maluku Utara merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang juga kaya akan seni dan budayanya. Maluku Utara masih sangat melekat dengan kesultanan, hal ini dikarenakan istilah Maluku yang merujuk pada keempat pusat kesultanan di Maluku Utara, yaitu Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo dan Kesultanan Bacan yang dikenal dengan sebutan Moloku Kie Raha yang artinya Empat gunung Maluku dengan semboyan Marimoi Ngone Futuru yang artinya Bersatu Kita Teguh. Seiring waktu berjalan, dunia semakin canggih dan keinginan masyarakat untuk mengetahui, mengembangkan serta melestarikan seni dan budaya daerah semakin memudar. Hal ini dikarenakan  belum tersedianya suatu wadah arsitektural yang dapat menampung kegiatan – kegiatan seni dan kebudayaan  yang bersifat edukatif dan rekreatif. Jadi, perancangan Taman Budaya Kie Raha Di Kota Ternate merupakan alternatif dalam pengembangan serta pelestarian seni dan budaya yang bersifat edukatif serta rekreatif. Regionalism Architecture merupakan tema yang diterapkan dalam perancangan Taman Budaya Kie Raha ini, dimana tema ini memadukan teknologi modern dan bahan bangunan yang berkesan masa lampau serta penggunaan ornamen – ornamen khas budaya yang memberi kesan unik pada Taman Budaya Kie Raha ini.  Kata kunci:Moloku Kie Raha, Taman Budaya, Regionalism Architecture.
GALERI SENI DI KOTA MANADO. Arsitektur Ekspresionisme Gloria J. Mononimbar; Sonny Tilaar; Ricky M. S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 2 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 2, November 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i2.25553

Abstract

ABSTRAKDi kota Manado terdapat banyak sanggar-sanggar dan komunitas seni. Kenyataannya, banyak jenis karya seni yang ada di kota Manado,  belum tersedia wadah yang menampung seluruh aktifitas seni yang ada. Olehnya, perlu dihadirkan sebuah Galeri Seni di Manado dimana masyarakat dapat mempelajari, mempertunjukkan, mempertahankan, dan mengembangkan seni seiring dengan zaman yang terus berjalan. Desain Galeri Seni telah banyak dilakukan oleh para Arsitek. Namun, mendesain Galeri Seni dengan tema Arsitektur Ekspresionisme belum banyak. Desain ini memadukan ekspresionisme dalam konsep-konsep kearifan lokal yang menghasilkan desain yang berkarakter. Tujuan Galeri Seni ini didesain dengan Tema Arsitektur Ekspresionisme yang menerapkan ciri dan nilai dari ekspresionisme ke dalam rancangan. Tema akan diterapkan pada bentuk, fasad, material, ruang dalam maupun ruang luar. Ekspresi objek adalah bentuk yang bebas serta tidak monoton dan kaku, cat yang menunjukkan pola-pola yang berbeda warna namun terlihat ekspresif dan menyatu. Kata Kunci : Kota Manado, Galeri Seni, Ekspresionisme, Arsitektur
GALERI SENI TRADISIONAL DI MANADO. Implementasi Arsitektur Mimesis Magdalena P. Lumintang; Ricky M. S. Lakat; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 1 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 1, Mei 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i1.30999

Abstract

Seni merupakan salah satu aset yang dimiliki Negara Indonesia, termasuk seni di Sulawesi Utara. Saat ini, wadah untuk menampung karya seni di Sulawesi Utara masih kurang, sehingga banyak karya seni yang belum tereksplor. Banyak kegiatan seni atau pameran-pameran karya seni masih dilaksanakan di gedung seperti mall. Karena itu, perlu dirancang sebuah gedung dengan tujuan untuk memfasilitasi semua karya seni yang terdapat di Sulawesi Utara. Gedung yang dimaksud adalah Galeri Seni Tradisional yang akan dirancang di Kota Manado yang adalah pusat kota Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah Glass Box untuk mempermudah proses perancangan agar tersistematis dan terstruktur. Perancangan ini menerapkan tema Arsitektur Mimesis dengan mengambil makna dari Bhinneka Tunggal Ikha sebagai ide konsep pada bentuk bangunan. Ruang-ruang dalam bangunan dan ruang luar didesain berdasarkan fungsi dengan mengoptimalkan penggunaan lahan serta mengikuti keadaan tanah sehingga objek yang dirancang memiliki nilai seni dan dapat dinikmati oleh seniman bahkan penikmat seni.Kata Kunci: Galeri Seni Tradisional, Glass Box, Arsitektur Mimesis, Bhinneka Tunggal Ikha
KANTOR SEWA DAN SARANA EKSIBISI DI MANADO, Arsitektur Modular Monica C. K. Tanod; Esli D. Takumansang; Ricky M. S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 2 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 2, November 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i2.34584

Abstract

Sulawesi Utara mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,48% pada kuartal II/2019 dan berdasarkan harga yang berlaku PDRB Sulut pada kuartal II/2019 mencapai Rp 31,37 triliun. Semakin meningkatnya perekonomian di Sulawesi Utara khususnya di Kota Manado ini memberikan efek yang positif bagi sektor perdagangan, perindustrian, dan pariwisata. Dapat dilihat perkembangan perekonomian di Kota Manado mengalami peningkatan di setiap tahunnya, perkembangan perekonomian ini akan berpengaruh terhadap bertambahnya kebutuhan akan ruang pemasaran perkantoran dan industri. Hal ini dikarenakan para pembisnis akan membutuhkan ruang dan fasilitas untuk menaungi aktivitas pekerjaan. Manado merupakan kota yang menjadi pusat dan daya tarik pengusaha, oleh sebab itu dibutuhkan sebuah wadah aktivitas atau bangunan sarana dan prasarana untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan dalam melakukan aktivitas berbisnis. Dengan perancangan bangunan kantor sewa dan sarana eksibisi ini maka dapat menjadi fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya pelaku bisnis dan juga sarana ekibisi yang nantinya akan berfungsi sebagai bangunan multifungsi yang saling menguntungkan. Hal ini dapat memberikan alternatif yang menjadi kemudahan bagi masyarakat pelaku bisnis, yang ingin menggunakan pelayanan jasa dari perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat itu sendiri, hal ini dapat menopang pertumbuhan perdagangan dan perekonomian di Kota Manado. Perencanaan kantor sewa dan sarana eksibisi ini menggunakan pendekatan tema yaitu arsitektur modular.Kata Kunci: Sulawesi utara, Manado, Kantor sewa, Sarana eksibisi, Arsitektur Modular
REDESAIN PASAR TRADISIONAL 66 BAHU DI KOTA MANADO, Arsitektur Hijau Madonna L. Menanti; Ricky M. S. Lakat; Fela Warouw
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 2 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 2, November 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i2.34644

Abstract

Pasar tradisional 66 Bahu merupakan pasar yang dibangun pada tahun 1966, yang berlokasi di kecamatan Malalayang Kota Manado dimana pada awalnya Pasar ini memiliki nama yaitu “Pasar Kilat” dikarenakan aktivitas yang hanya berlangsung dari jam 06:00-10:00 . Dengan berjalannya waktu, pasar ini berganti nama menjadi “Pasar 66 Bahu”dikarenakan aktivitas yang berdagang sudah tidak singkat yakni menjadi jam 04:00 – 20:00. Pedagang dari Pasar 66 Bahu ini sebagian merupakan penduduk Kelurahan Bahu yang memiliki kios di sekitar pasar. Selain itu, terdapat juga pedagang yang berasal dari Kota Manado dan Luar KotaManado yang biasanya menjual dagangan segar (sayur, buah, daging merah, dan ikan). Dengan berbagai jenis pedagang, pasar ini hanya dapat mewadahi ±1202 . Dengan demikian, Pasar 66 Bahu memiliki permasalahan utama, yaitu luas area yang tidak dapat menampung dan mewadahi aktivitas pasa. Walaupun pemerintah telah merelokasi Pasar 66 Bahu tetapi permasahalan utama ini tidak menjadi solusi dikarenakan hingga kini masih banyak pedagang yang berdagang di lokasi Pasar 66 Bahu. Oleh karena itu,, diperlukannya solusi yang lebih efektif untuk menanggulangi permasalahan Pasar 66 Bahu, yaitu dengan mendesain ulang atau Redesain Pasar 66 Bahu agar lebih dapat mewadahi kegiatan dan menyediakan fasilitas yang layak yang dapat menunjang kegiatan pasar dengan menggunakan tema Arsitektur Hijau sehingga mendukung terhadap solusi terhadap permasalahan sekaligus baik terhadap lingkungan sekitar.Kata Kunci: Redesain. Pasar Tradisional, Arsitektur Hijau