Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kader dalam Pencegahan Penularan Covid-19 Saat Kegiatan Posyandu Balita di Kota Pekanbaru Winda Enjelika Enjelika; Ganis Indriati; Riri Novayelinda
Jurnal Vokasi Keperawatan (JVK) Vol. 5 No. 2 (2022): DESEMBER
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jvk.v5i2.23926

Abstract

The COVID-19 pandemic has disrupted the implementation of the integrated healthcare center. cadre behavior in preventing COVID-19 transmission When integrated healthcare center activities are needed so that integrated healthcare center activities continue to run according to health protocols. Methods:This type of research is quantitative using a descriptive correlation research design and a cross sectional approach. The sampling technique was purposive sampling as many as 76 respondents. The analysis used was bivariate analysis with chi square test. Results: The results showed that predisposing factors related to cadre behavior were knowledge (p value = 0.000) and attitudes (p value = 0.003) while the unrelated factor was culture (p value = 0.365). The enabling behavior of cadres in preventing COVID-19 transmission during integrated healthcare center activities for toddlers is the availability of facilities and infrastructure (p value = 0.002), while the unrelated factor is access to integrated healthcare centers (p value = 0.942). The reinforcement related to the behavior of cadres was the support of health workers (p value = 0.005) while unrelated was the support of community leaders (p value = 0.443). Conclusion: Based on the results of this study, it was concluded that knowledge, attitudes, availability of facilities and infrastructure and support of health workers were related to cadre behavior, while habits, access to posyandu and support from community leaders were not related to cadre behavior.
Dampak Psikologis pada Perawat yang Mengalami Long Covid Nurismi Aisyah; Veny Elita; Riri Novayelinda
Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR) Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/ijnr.v6i1.1821

Abstract

Long Covid is athe residual symptoms of COVID-19 that are still felt by the survivors. One of these survivors is nurses because many nurses are currently affected by COVID-19. Survivors can feel the psychological impact of Long Covid. This study aims to describe the psychological impact on nurses who experience Long Covid. Descriptive research with a sample of 90 nurses who experienced Long Covid was taken with a total sampling technique taking by considering the inclusion criteria, namely: Nurses who contracted COVID-19 in 2020 and 2021 who experienced sequelae of Long Covid. The data were processed using a simple descriptive test. The majority of respondents were in the age range of 26-54 years (97.8%). Most gender is female (73.3%). The most places of work are hospitals (83.3%), and the majority of respondents experienced one time confirmed COVID-19 (81.1%). The psychological problems experienced were anxiety (32.2%), stress (13.3%) and depression (4.4%). Based on the results of the study, it can be concluded that there is a psychological impact on nurses who experience Long Covid. It is hoped that nurses who experience Long Covid can overcome perceived psychological problems so that they do not experience a decline in daily performance. Abstrak Long Covid merupakan sisa gejala COVID-19 yang masih dirasakan oleh para penyintas. Salah satu survivor tersebut adalah perawat karena saat ini banyak perawat yang terdampak COVID-19. Para penyintas dapat merasakan dampak psikologis Long Covid. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak psikologis pada perawat yang mengalami Long Covid. Penelitian deskriptif dengan sampel 90 perawat yang mengalami Long Covid diambil dengan teknik pengambilan total sampling dengan mempertimbangkan kriteria inklusi yaitu: Perawat yang terjangkit COVID-19 tahun 2020 dan 2021 yang mengalami gejala sisa Long Covid. Data diolah dengan menggunakan uji deskriptif sederhana. Mayoritas responden berada pada rentang usia 26-54 tahun (97,8%). Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (73,3%). Tempat kerja terbanyak adalah rumah sakit (83,3%), dan mayoritas responden mengalami satu kali konfirmasi COVID-19 (81,1%). Masalah psikologis yang dialami adalah kecemasan (32,2%), stres (13,3%) dan depresi (4,4%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat dampak psikologis pada perawat yang mengalami Long Covid. Diharapkan perawat yang mengalami Long Covid dapat mengatasi masalah psikologis yang dirasakan sehingga tidak mengalami penurunan kinerja sehari-hari.
HUBUNGAN PERILAKU MAKAN TERHADAP IMT (INDEKS MASSA TUBUH) PADA REMAJA Azhima Rahmatika Sasmi; Riri Novayelinda; Rismadefi Woferst
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol. 3 No. 1 (2023): Maret : Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Publisher : Amik Veteran Porwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jikki.v3i1.1011

Abstract

Periode terjadinya puncak masa pertumbuhan terjadi pada masa remaja. Puncak pada masa pertumbuhan ini akan mempengaruhi perubahan pada komposisi tubuh, aktivitas fisik, pertumbuhan yang pesat pada berat badan dan juga massa tulang. Karena hal ini, remaja sangat rentan untuk mengalami permasalahan pada gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku makan terhadap berat badan berlebih pada remaja. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 160 orang dengan teknik pengambilan kluster random sampling. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner perilaku makan yang diadaptasi dari kuesioner Hidayati (2009). Hasil perhitungan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan bermakna antara perilaku makan terhadap berat badan berlebih pada remaja p-value=0,003 (p<0.05). Didapatkan juga 52,5% (84 responden) mengalami perilaku makan yang buruk, sedangkan untuk hasil dari perhitungan IMT didapatkan 40% (64 responden) mengalami berat badan berlebih. Kesimpulan penelitian didapatkan bahwa mayoritas remaja mengalami perilaku makan yang buruk, serta ada hubungan antara perilaku makan terhadap IMT pada remaja.
HUBUNGAN PERILAKU MAKAN TERHADAP IMT (INDEKS MASSA TUBUH) PADA REMAJA Azhima Rahmatika Sasmi; Riri Novayelinda; Rismadefi Woferst
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia Vol. 3 No. 1 (2023): Maret : Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia
Publisher : Amik Veteran Porwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jikki.v3i1.1011

Abstract

Periode terjadinya puncak masa pertumbuhan terjadi pada masa remaja. Puncak pada masa pertumbuhan ini akan mempengaruhi perubahan pada komposisi tubuh, aktivitas fisik, pertumbuhan yang pesat pada berat badan dan juga massa tulang. Karena hal ini, remaja sangat rentan untuk mengalami permasalahan pada gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku makan terhadap berat badan berlebih pada remaja. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 160 orang dengan teknik pengambilan kluster random sampling. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner perilaku makan yang diadaptasi dari kuesioner Hidayati (2009). Hasil perhitungan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan bermakna antara perilaku makan terhadap berat badan berlebih pada remaja p-value=0,003 (p<0.05). Didapatkan juga 52,5% (84 responden) mengalami perilaku makan yang buruk, sedangkan untuk hasil dari perhitungan IMT didapatkan 40% (64 responden) mengalami berat badan berlebih. Kesimpulan penelitian didapatkan bahwa mayoritas remaja mengalami perilaku makan yang buruk, serta ada hubungan antara perilaku makan terhadap IMT pada remaja.
Differences in the Spiritual Welfare Levels of the Elderly Who Have Spouses and Without Spouses Melvanriz Fahlevi; Reni Zulfitri; Riri Novayelinda
JETISH: Journal of Education Technology Information Social Sciences and Health Vol 2, No 2 (2023): September 2023
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/jetish.v2i2.870

Abstract

Introduction: Most of the elderly who have spouses have a high level of spiritual well-being, but some also have moderate and low levels of spiritual well-being. This is also experienced by the elderly who do not have a life partner, some have moderate and low levels of spiritual well-being, but some also have high levels of high spiritual well-being. Purpose: this study aims to determine the difference in the spiritual well-being of the elderly who have a spouse and without a spouse. Place of Research: Rejosari Health Center Working Area. Methods: This study used a quantitative design using a comparative study method. The approach used was cross sectional. Results: There is no difference in the level of spiritual well-being of the elderly who have a spouse and without a spouse (Sig. (2-tailed) = 0.228, 0.05). Conclusion: There is no difference in the level of spiritual well-being of the elderly who have spouses and those without spouses. Suggestion: Future researchers can examine the factors that affect the spiritual well-being of the elderly with or without a spouse.
Description of Mental Emotional Disorders in School-Age Children Azat Aprianto; Riri Novayelinda; Arneliwati Arneliwati
JETISH: Journal of Education Technology Information Social Sciences and Health Vol 2, No 2 (2023): September 2023
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/jetish.v2i2.906

Abstract

Introduction: Mental emotional development that is not good will have several impacts on children, especially in the maturation of their character. This results in emotional mental disorders which can be in the form of high-risk behaviors such as feeling unhappy, having difficulty establishing relationships with other people, and so on. Method. Research using a simple descriptive research design. The population in this study were parents of elementary school children in the Sri Meranti Village area, the number of samples in this study were 210 respondents, taken using an accidental sampling technique. Results. The results obtained from this study indicate that around (80.0%) children experience mental emotional disorders which are in the normal range on the difficulty score, while on the strength score (proportional) it is found that approximately (82.4%) experience mental emotional disorders at normal range. Conclusion. The conclusions obtained in children with mental emotional disorders are in the normal range both in difficulty scores and strength scores (proportional).
Hubungan Tingkat Spiritualitas dengan Academic Burnout pada Mahasiswa Akhir Fakultas Keperawatan Universitas Riau Dinda Daisya Putri; Niken Yuniar Sari; Riri Novayelinda
NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871 Vol 14 No 3 (2023): SEPTEMBER (INPRESS)
Publisher : NHM PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36089/nu.v14i3.1288

Abstract

Academic burnout is the condition in which an individual feels physically, mentally, and emotionally tired due to work done over a long period time. Final year nursing student of Faculty of Nursing are at risk of experiencing academic burnout due to the many routines and tasks performed during the course. One factor that can affect academic burnout is the spiritual level. Method: The method in this study uses a descriptive design of correlation with the total sample of 142 respondents taken based on the inclusion criteria with total sampling techniques. The measurement tool used is the Maslach Burnout Inventory-Student Survey questionnaire which has passed the validity test with a count r value starting from 0.332-0.724 and Cronbach's alpha value of 0.895 and the Daily Spiritual Experience Scale which has passed validity tests with a table r value of 0.514 and r count of 0.804-0.874. The majority of respondents are aged 22 (55.6%), the majority are female (89.4%), and they are moslem (88.7%). A high spiritual level with a total of 59.2%. Academic burnout was 74.6 percent. The results of the statistical test chi-square obtained p-value = 0.536 (p>0.05). Conclusion: There was no link between the spiritual level and academic burnout in the final students of the University of Riau Faculty of Nursing.
Gambaran Perkembangan Bahasa Anak Usia 12-24 Bulan Tiara Eka Putri; Ganis Indriati; Riri Novayelinda
JUKEJ : Jurnal Kesehatan Jompa Vol 1 No 1 (2022): JUKEJ
Publisher : Yayasan Jompa Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55784/jkj.Vol1.Iss1.125

Abstract

Kemampuan bahasa adalah salah satu perkembangan dasar yang harus dicapai oleh anak, termasuk anak usia toddler sesuai dengan usia dan karakteristiknya. Tujuan:  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan bahasa anak usia 12-24 bulan. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan sampel 94 responden yang diambil dengan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP). Analisis yang digunakan analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik responden, dan gambaran perkembangan bahasa anak usia 12-24 bulan. Hasil: Responden sebagian besar berada pada kelompok usia 26-35 tahun (63,8%), pendidikan terakhir adalah SMA (59,6%), mayoritas responden adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) (84,0%), sebagian besar anak responden berjenis kelamin laki-laki (52,1%), anak responden sebagian besar berada pada usia 24 bulan (29,8%). Perkembangan bahasa anak usia 12-24 bulan mayoritas dalam kategori sesuai perkembangan namun ada masing-masing 1 anak (1,1%) usia 12-14 bulan dan usia 21-23 bulan yang mengalami perkembangan bahasa yang tidak sesuai perkembangan. Kesimpulan: Penelitian ini mengharapkan agar ibu yang mempunyai anak usia 12-24 bulan, tetap melakukan stimulasi untuk mengoptimalkan perkembangan bahasa anak.
Hubungan Jenis Kelamin Dengan Body Image Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kota Pekanbaru Annaya Qamara Tasman; Riri Novayelinda; Ari Rahmat Aziz
JUKEJ : Jurnal Kesehatan Jompa Vol 2 No 2 (2023): JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa
Publisher : Yayasan Jompa Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perubahan fisik seperti bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, perubahan suara serta perkembangan mammae akan menjadi bagian dari body image remaja. Pencapaian body image yang positif merupakan salah satu tugas perkembangan psikososial yang berperan penting pada masa remaja. Salah satu faktor yang memengaruhi body image remaja adalah jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan body image remaja. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 340 remaja yang berusia 14-18 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar usia responden berusia 16 tahun (42,9%), berjenis kelamin perempuan (58,5%), dan memiliki body image positif (51,5%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p value (0,119) > α) dengan body image remaja. Kesimpulan: Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan body image remaja. Remaja diharapkan mampu membangun body image yang positif dalam kondisi apapun dan mampu menerima diri sendiri.
Gambaran Persepsi, Sikap Serta Kelengkapan Pemberian Imunisasi Pada Anak Dimasa Covid-19 Firdiana Suryani Siahaan; Riri Novayelinda; Herlina Herlina
JUKEJ : Jurnal Kesehatan Jompa Vol 2 No 2 (2023): JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa
Publisher : Yayasan Jompa Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit pada anak. Orang tua memiliki peran penting dalam pemberian imunisasi, dimana peran orang tua berkaitan erat dengan kelengkapan imunisasi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi, sikap serta kelengkapan pemberian imunisasi pada anak dimasa COVID-19. Metode penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Sampel penelitian adalah 96 orang responden yang diambil berdasarkan kriteria inklusi menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner persepsi dan sikap yang dimodifikasi dari kuesioner penelitian sebelumnya, serta kuesioner pemberian imunisasi pada anak dan analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki persepsi positif sebanyak 51%. Responden dengan persepsi positif terdapat 26% memberikan imunisasi tidak lengkap, dan responden dengan persepsi negatif sebanyak 26% juga memberikan imunisasi tidak lengkap. Responden memiliki sikap positif sebanyak 52,1%. Responden dengan sikap positif sebanyak 27,1% memberikan imunisasi tidak lengkap dan responden dengan sikap negatif sebanyak 25% juga memberikan imunisasi tidak lengkap. Kesimpulanya bahwa Persepsi serta sikap orang tua berada pada kategori positif dan pemberian imunisasi pada anak masih cenderung tidak lengkap. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat agar dapat memberikan imunisasi yang lengkap pada anak-anak.