Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Eksistensi Penciptaan Kriya Perak Murni dan Sakral di Gianyar Bali I Wayan Suardana; I Made Sumantra
Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni Vol. 10 No. 2 (2022): Nopember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/sw.v10i2.2154

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui secara mendalam eksistensi penciptaan kriya perak murni dan sakral saat ini serta perhatian masyarakat pada karya tersebut. Hasil penelitian ini juga akan sangat bermanfaat bagi kriyawan, pengusaha, akademis, dan pemerintah sebagai bahan imformasi tentang tumbuh kembangnya penciptaan karya perak dalam situasi pariwisata yang tidak menentu. Terpuruknya pariwisata Bali, berdampak pada menurunnya produksi kerajinan perak di Gianyar, terutama pada produk untuk kebutuhan pariwisata. Beberapa wilayah yang dahulu menjadi pusat kerajinan perak seperti di Desa Celuk, Desa Singapadu, dan Desa Taro, sekarang sudah tidak produktif lagi, karena sudah jarang mendapat pesanan. Dalam situasi sepi, beberapa kriyawan yang kreatif dan memiliki ketrampilan tinggi mulai mengalihkan produksi karyanya dengan menciptakan beberapa karya seni murni dan seni sakral sebagai barang koleksi maupun hiasan Sesuhunan seperti: Barong , Rangda, dan Topeng yang disucikan dan disakralkan oleh masyarakat Bali. Orientasi penciptaan karya perak akhirnya mengarah pada karya yang bermutu dan memiliki nilai estetika tinggi. Sebuah fenomena yang sangat menarik untuk dikaji secara holistik, bagaimana eksistensi penciptaan karya perak murni dan sakral di Gianyar saat ini?, karya perak apa saja yang diciptakan kriyawan saat ini yang memiliki nilai seni murni dan seni sakral?. Metode yang digunakan adalah metode klualitatif diskriptif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Karya tulis ini juga sangat tepat dilaksanakan untuk mengkaji secara mendalam perkembangan karya perak seni murni dan seni sakral. Sebuah pergulatan yang sangat besar antara modal budaya dan modal ekonomi dalam usaha mencari kekuasaan dan pelestarian karya perak sebagai karya seni adiluhung. Penelitian ini diharapkan berkontribusi pada ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan seni dan kerajinan secara umum.
The Existence of Pure and Sacred Silver Craft Creation in Gianyar Bali I Wayan Suardana; I Made Sumantra
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 38 No 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v38i1.2269

Abstract

This study aims to discover in depth the existence of the creation of pure and sacred silver crafts today and the public's attention to these works. The results of this study will also be very useful for craftsmen, entrepreneurs, academics, and the government as information material about the growth and development of the creation of silverworks in an uncertain tourism situation. The decline in Bali tourism has impacted the decline in silver handicraft production in Gianyar, especially in products for tourism needs. Several areas that used to be centers of silver crafts, such as Celuk Village, Singapadu Village, and Taro Village, are now no longer productive because they rarely receive orders. In a quiet situation, some creative and highly skilled craftsmen began to divert their production by creating several pure art and sacred art as collectibles and Sesuhunan (sacred crafts) such as Barong, Rangda, and Masks which are purified and sacred by the Balinese people. The orientation of creating silverworks eventually leads to works of high quality and aesthetic value. A very interesting phenomenon to study holistically is the following: how is the existence of the creation of pure and sacred silverworks in Gianyar today? The method used in this study is a descriptive qualitative method with data collection techniques of observation, interviews, and documentation. This paper is also very appropriate to be carried out to examine in depth the development of silverworks of pure art and sacred art. There is a huge struggle between cultural and economic capital in the quest for power and the preservation of silverwork as noble works of art. This research is expected to contribute to science, especially related to arts and crafts in general.
Topeng Paradoks Dalam Kriya Kontemporer I Made Jana; I Made Sumantra; I Nyoman Ngidep Wiyasa
Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni Vol. 10 No. 2 (2022): Nopember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.289 KB)

Abstract

Seni topeng hadir di tengah-tengah masyarakat, bisa dibilang cukup monoton. Karena kurang berkembang dalam mengikuti alur jaman. Seni topeng yang dihasilkan oleh perajinnya, masih seputar tokoh-tokoh ilusi atau pewayangan. Pencipta melakukan observasi terhadap produk topeng yang berkembang saat ini. Dan melakukan penelusuran data melalui literatur/buku-buku, internet, maupun penelusuran ditempat pameran, bengkel pembuatan topeng. Selanjutnya dilakukan analisa menggunakan metode kualitatif, sehingga melahirkan judul, konsep penciptaan dan cara pemecahannya. Aplikasi metode penelitian berbasis praktik. Dalam hal ini praktik menciptakan citra sebagai mode eksplorasi utama, Eksperimen, pembentukan. Bahwa kejelasan makna lahir dari gagasan, konsep, informasi ditransformasikan ke dalam citra visual, merupakan kesatuan organis berupa karya seni rupa topeng paradoks yang ditampilkan terlihat nyata, dapat dipahami lebih bermakna, personal, memiliki fungsi (simbolik dan metafor). Secara paradoks dalam karya mengekspos sifat-sifat yang berbeda dalam kehidupan manusia, dipresentasikan melalui wajah yang berbeda , menjadi satu kesatuan organis, dalam bentuk simbol karya estetik, sebagai wajah Kriya kontemporer.
Eksistensi Kriya Perak Art Dan Sakral Pada Era Pandemi Covid 19 I Wayan Suardana; I Made Sumantra
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pandemi covid 19 berdampak signifikan pada produksi seni kerajinan Bali secara umum, termasuk seni kerajinan perak. Produksi kerajinan perak mengalami penurunan yang sangat drastis, bahkan stagnan, karena pariwisata Bali mati total, dan ekonomi global mengalami krisis panjang. Kriyawan perak kehilangan pekerjaan karena tidak pernah mendapat pesanan lagi, sehingga mereka mulai beralih profesi menjadi sopir, tukang bangunan, dagang, petani, dan peternak. Namun tidak semua kriyawan perak meninggalkan propesinya, beberapa yang kreatif dan memiliki ketrampilan yang tinggi mengalihkan produksi karyanya dengan menciptakan beberapa karya perak art dan seni sakral dengan teknik tatahan, seperti membuat keris, sarana upacara, dan elemen hiasan Barong, Rangda, dan Topeng dengan segmen pasar masyarakat lokal. Fenomena ini sangat menarik untuk dikaji secara mendalam dengan mengangkat permasalahan: Bagaimana eksistensi penciptaan karya perak art dan sakral pada era pandemi covid 19?. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara holistik karya perak yang bernilai art dan sakral, agar dapat diketahui eksistensi dan perkembangannya di masa covid 19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif diskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tulisan ini akan sangat bermanfaat sebagai bahan imformasi bagi kalangan masyarakat akademik dan pemerintah.
TOPENG PARADOKS DALAM KRIYA KONTEMPORER I Made Jana; I Made Sumantra; I Nyoman Ngidep Wiyasa
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 2 (2022): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seni topeng hadir di tengah-tengah masyarakat, bisa dibilang cukup monoton. Karena kurang berkembang dalam mengikuti alur jaman. Seni topeng yang dihasilkan oleh perajinnya, masih seputar tokoh-tokoh ilusi atau pewayangan. Pencipta melakukan observasi terhadap produk topeng yang berkembang saat ini. Dan melakukan penelusuran data melalui buku, internet, pameran, dan bengkel pembuatan topeng. Selanjutnya dilakukan analisa menggunakan metode kualitatif, sehingga melahirkan judul, konsep penciptaan dan cara pemecahannya. Aplikasi metode penelitian berbasis praktik. Dalam hal ini praktik menciptakan citra sebagai mode eksplorasi utama, Eksperimen, pembentukan. Bahwa kejelasan makna lahir dari gagasan, konsep, informasi ditransformasikan ke dalam citra visual, merupakan kesatuan organis berupa karya seni rupa topeng paradoks yang ditampilkan terlihat nyata, dapat dipahami lebih bermakna personal. Secara paradoks dalam karya mengekspos sifat-sifat yang berbeda dalam kehidupan manusia, dipresentasikan melalui wajah yang berbeda , menjadi satu kesatuan organis, dalam bentuk simbol karya estetik, sebagai wajah Kriya kontemporer.
PENCIPTAAN SET FASHION TOURING DENGAN SENTUHAN ESTETIKA TRADISIONAL BALI Noval Nur Akbar; I Made Jana; I Made Sumantra
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 3 No 01 (2023): Hastagina : Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The automotive industry remains an appealing market. The riding fashion trend is one of many new innovations that have emerged. This is the inspiration for creating touring fashion sets with traditional Balinese aesthetics, specifically the Patra Punggal motif. This touring fashion collection aims to introduce the diversity of traditional Balinese motifs to the larger community, particularly the Vespa community, which is spread throughout the archipelago and serves as a form of cultural preservation. The process of realizing this work goes through several stages: (1) the exploration stage, which includes observation and research, (2) the design stage, which involves creating several sketches and technical drawings, and (3) realization, which involves shaping the work and continuing to assess and evaluate the finished product. In the process of realizing this final project, the author used two types of materials: pull-up cowhide and sheepskin. The work created for this final project includes a leather jacket, a pair of gloves, a pair of boots, and a helmet.
STUDI PEMANFAATAN WARNA ALAM PADA PRODUK TEKSTIL Made Wahyu Prisma Mukti; I Made Sumantra; Ni Kadek Karuni
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 3 No 02 (2023): Hastagina : Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v3i02.2906

Abstract

Industri fast fashion dikenal karena kemampuannya untuk menghasilkan pakaian dengan cepat. Merek-merek fast fashion dapat merespons tren mode terbaru dengan mempercepat proses desain, produksi, dan distribusi. Hal ini memungkinkan mereka untuk menawarkan koleksi baru dengan cepat, seringkali dalam hitungan minggu. Produksi massal dalam industri fast fashion dapat memiliki dampak serius pada lingkungan. Proses pewarnaan tekstil, penggunaan bahan kimia, dan pengelolaan limbah yang kurang baik dapat menyebabkan pencemaran air dan tanah. Selain itu, limbah tekstil dari pakaian yang tidak terpakai menjadi masalah serius. Proses produksi tekstil dan pakaian dalam industri fast fashion menggunakan banyak bahan kimia berbahaya, seperti pewarna sintetis dan zat kimia pengolahan tekstil. Limbah cair dari pabrik-pabrik dapat mencemari air, sedangkan pembuangan limbah padat dapat menyebabkan pencemaran tanah. Produksi kain dan pakaian memerlukan penggunaan air yang sangat besar. Proses pewarnaan dan finishing tekstil, khususnya pada serat sintetis, dapat menggunakan banyak air dan menciptakan limbah beracun yang mempengaruhi kualitas air. Pewarna alam dapat menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dibandingkan dengan pewarna sintetis dalam konteks maraknya fast fashion. Penggunaan pewarna alam dapat mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dibandingkan pewarna sintetis. Pewarna alam sering kali lebih mudah diuraikan dan dapat dipecah oleh mikroorganisme secara alami. Ini meningkatkan potensi daur ulang dan mengurangi akumulasi limbah tekstil yang sulit terurai. Tumbuhan yang digunakan untuk pewarna alam sering ditanam dengan metode pertanian organik, mengurangi penggunaan pestisida dan bahan kimia sintetis. Ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi dampak negatif pada ekosistem pertanian.