Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL REMAJA DI PANTI ASUHAN WIJAYANTI, THERESIA; Hidayah, Nurul; Retnowati, Lucia
HOSPITAL MAJAPAHIT (JURNAL ILMIAH KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT) Vol 10, No 2 (2018): HOSPITAL MAJAPAHIT VOL 10 NO 2
Publisher : HOSPITAL MAJAPAHIT (JURNAL ILMIAH KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.10475/hm.v10i2.386

Abstract

Adolescence is a phase of dynamic development in the life of an individual. This period is a period of transition from childhood to adolescence marked by accelerating the development of physical, mental, emotional and social future take place in the second decade of life (Narendra et al, 2007) .In general, children feel inferior because they feel different from other children, they were not raised by their own family. The general objective of this research was to describe the development of role behavior of teenagers in Elim orphanage and Orphanage Christian Malang. which was held on June 27-28, 2016. This type of research is descriptive with a population of 58 teenagers. Using sampling total with a sample of 58 adolescents. The results showed 56, 90% had a brave and cowardly nature socially, 51.72% have properties could rejected and accepted socially, 58, 62% have a calm and quiet nature of social exclusion. All three of these variables had an important role in the formation of adolescent social behavior particularly in the development of role social behavior of teenagers in an orphanage. It was expected that teens can open up and be able to develop in accordance with the social behavior of adolescents with peers at home or outside the home and for health workers is expected to provide counseling to caregivers at the orphanage. Keywords: Development, Behavior roles social, Teens
Konsep Diri Lansia Andropause Di Posyandu Lansia Mustayah, Mustayah; Retnowati, Lucia; Sartika, Dyah
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI) Vol 3 No 1 (2017): Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang (State Health Polytechnic of Malang)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.123 KB) | DOI: 10.31290/jiki.v(3)i(1)y(2017).page:54-59

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk analisis mendalam tentang beban keluarga dalam merawat orangdengan gangguan mental yang parah. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan desainfenomenologi. Lokasi penelitian di kota Blitar. Jumlah Peserta terdiri dari empat orang, diambil secarapurposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah beban keluarga dalam merawat orang dengangangguan mental yang parah adalah tiga tema, 1) beban objektif, 2) Beban subyektif, 3) Bebaniatrogenik. Kesimpulan keluarga penderita gangguan mental berat mengalami beban obyektif, subjektifdan iatrogenik. Rekomendasi dari penelitian ini diberikan secara holistik, terpadu, dan terus menerusmendapat dukungan sosial dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN RIWAYAT PAUD DAN TANPA RIWAYAT PAUD DI DESA SUMBER PORONG LAWANG ., Trinataliswati; ., Kasiati; Retnowati, Lucia
Jurnal Keperawatan Vol 1, No 2 (2010): Juli
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.335 KB) | DOI: 10.22219/jk.v1i2.414

Abstract

Perbedaan Kemampuan Bersosialisasi pada Anak Prasekolah dengan Riwayat PAUD dan Tanpa Riwayat PAUD di Desa Sumber Porong LawangSociability Differences In Preschool With Paud History And Without Paud History In Sumber Porong Village, LawangTrinataliswati1, Kasiati2, Lucia Retnowati31,2,3Program Studi Keperawatan Lawang Poltekkes Kemenkes MalangJl. A. Yani No 1 Lawang 65218*)e-mail: natal_tri@yahoo.comABSTRAKSetiap anak tumbuh dan berkembang melalui proses belajar tentang dirinya sendiri dan dunia sekitarnya untuk dapat saling menyesuaikan diri sebab anak dilahirkan belum bersifat sosial yang artinya anak belum memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain, untuk mencapai kematangan sosial dan mengembangkan bentuk bentuk tingkah laku sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang orang di lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Salah satu lingkungan sosial yang membantu anak dalam mencapai kematangan sosialnya adalah lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pervedaan kemampuan bersosialisasi pada anak pra sekolah dengan riwayat PAUD dan tanpa riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang. Desain yang digunakan adalah metode studi perbandingan (comparative study). Hasil penelitian didapatkan kemampuan bersosialisasi pada anak prasekolah dengan riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang, sebagian besar (64,3%) mempunyai kemampuan bersosialisasi baik, dan kemampuan bersosialisasi pada anak prasekolah tanpa riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang, didapatkan setengahnya (50%) mempunyai kemampuan bersosialisasi cukup dan berdasarkan uji analisa statistik mann-withney u test didapatkan nilai taraf signifikasi 0,218 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan kemampuan bersosialisasi anak prasekolah dengan riwayat PAUD dan tanpa riwayat PAUD. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan orang tua belajar memahami kebutuhan anak dan dapat menjadi model atau teladan yang baik bagi perkembangan sosial anak.Kata kunci: kemampuan bersosialisasi, anak prasekolah, riwayat PAUDABSTRACTEach child grows and develops through learning process about him/herself and his/her surroundings to be able able to adapt, because a child is born with no social capability which means that he/she has not yet having the capability to socialize with others. To achieve social maturity and to develop social behavior forms, a child must learn about how to adapt with others. This capability is obtained by a child from many occasions and experiences to socialize with people in his/her neighborhood. It can be from the parents, brothers and sisters, peers, or other adults. One of the social environments which help a child to achieve his/her social maturity is his/her school. The purpose of this research was to find out the difference of socialization capability of children with playgroup history and children with no playgroup history in Sumber Porong Village, Lawang. The design used was the comparative study. The result of the research showed that most of children with pre-school history in Sumber Porong Village, Lawang (64,3%) had good capability of socialization, while half of children with no playgroup history in Sumber Porong Village, Lawang (50%) had fair capability of socialization and based on mann-withney u test statistics analysis test we got significance rate of 0,218 > 0,05 which meant that there was no difference in socialization capability between children withy playgroup history and children with no playgroup history. Based on this research, it is expected that parents can learn to understand what the child needs and can be the good role models for social development of the children.Keywords: socialization capability, pre-school children, playgroup histor
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN RIWAYAT PAUD DAN TANPA RIWAYAT PAUD DI DESA SUMBER PORONG LAWANG ., Trinataliswati; ., Kasiati; Retnowati, Lucia
Jurnal Keperawatan Vol 1, No 2 (2010): Juli
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.335 KB) | DOI: 10.22219/jk.v1i2.414

Abstract

Perbedaan Kemampuan Bersosialisasi pada Anak Prasekolah dengan Riwayat PAUD dan Tanpa Riwayat PAUD di Desa Sumber Porong LawangSociability Differences In Preschool With Paud History And Without Paud History In Sumber Porong Village, LawangTrinataliswati1, Kasiati2, Lucia Retnowati31,2,3Program Studi Keperawatan Lawang Poltekkes Kemenkes MalangJl. A. Yani No 1 Lawang 65218*)e-mail: natal_tri@yahoo.comABSTRAKSetiap anak tumbuh dan berkembang melalui proses belajar tentang dirinya sendiri dan dunia sekitarnya untuk dapat saling menyesuaikan diri sebab anak dilahirkan belum bersifat sosial yang artinya anak belum memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain, untuk mencapai kematangan sosial dan mengembangkan bentuk bentuk tingkah laku sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang orang di lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Salah satu lingkungan sosial yang membantu anak dalam mencapai kematangan sosialnya adalah lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pervedaan kemampuan bersosialisasi pada anak pra sekolah dengan riwayat PAUD dan tanpa riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang. Desain yang digunakan adalah metode studi perbandingan (comparative study). Hasil penelitian didapatkan kemampuan bersosialisasi pada anak prasekolah dengan riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang, sebagian besar (64,3%) mempunyai kemampuan bersosialisasi baik, dan kemampuan bersosialisasi pada anak prasekolah tanpa riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang, didapatkan setengahnya (50%) mempunyai kemampuan bersosialisasi cukup dan berdasarkan uji analisa statistik mann-withney u test didapatkan nilai taraf signifikasi 0,218 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan kemampuan bersosialisasi anak prasekolah dengan riwayat PAUD dan tanpa riwayat PAUD. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan orang tua belajar memahami kebutuhan anak dan dapat menjadi model atau teladan yang baik bagi perkembangan sosial anak.Kata kunci: kemampuan bersosialisasi, anak prasekolah, riwayat PAUDABSTRACTEach child grows and develops through learning process about him/herself and his/her surroundings to be able able to adapt, because a child is born with no social capability which means that he/she has not yet having the capability to socialize with others. To achieve social maturity and to develop social behavior forms, a child must learn about how to adapt with others. This capability is obtained by a child from many occasions and experiences to socialize with people in his/her neighborhood. It can be from the parents, brothers and sisters, peers, or other adults. One of the social environments which help a child to achieve his/her social maturity is his/her school. The purpose of this research was to find out the difference of socialization capability of children with playgroup history and children with no playgroup history in Sumber Porong Village, Lawang. The design used was the comparative study. The result of the research showed that most of children with pre-school history in Sumber Porong Village, Lawang (64,3%) had good capability of socialization, while half of children with no playgroup history in Sumber Porong Village, Lawang (50%) had fair capability of socialization and based on mann-withney u test statistics analysis test we got significance rate of 0,218 > 0,05 which meant that there was no difference in socialization capability between children withy playgroup history and children with no playgroup history. Based on this research, it is expected that parents can learn to understand what the child needs and can be the good role models for social development of the children.Keywords: socialization capability, pre-school children, playgroup histor
Hubungan Pelayanan Lansia Berbasis Kekerabatan dengan Lansia Tangguh di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Setyo, Agus; Retnowati, Lucia; Hidayah, Nurul
Journal of Ners and Midwifery Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : STIKes Patria Husada Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26699/jnk.v7i2.ART.p223-230

Abstract

Usia harapan hidup periode 2015-2020 menjadi 73,2 tahun sehingga mempengaruhi estimasi proporsi penduduk lansia. Jumlah Lansia Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang atau 11,34 persen pada tahun 2020. Sebaran penduduk lansia tahun 2017 di Indonesia, pada urutan ketiga tertinggi ditempati oleh Jawa Timur yaitu 2,9 juta (12,25%) lebih dari 10% sehingga Jawa Timur bisa dikategorikan sebagai provinsi dengan penduduk tua (aging population) dengan jumlah lansia di Malang diperkirakan pada tahun 2020 sebesar 371.977 (Badan Pusat Statistik, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Toyomarto Pebruari 2018 diperoleh 320 lansia potensial. Sesuai hasil wawancara dengan 10 lansia potensial diperoleh data 70% masih aktif bekerja, 40% aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan 100% mandiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, 70% mendapat dukungan keluarga sebagian dari dimensi (fisik, emosional, lingkungan, intelektual, profesional vokasional, sosial kemasyarakatan dan spiritual. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia potensial yang tinggal di Desa Toyomarto Kecamatan Ardimulyo sejumlah 320 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian adalah sebagian lansia yang tinggal di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 30 responden. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi gamma diperoleh nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa hubungan pelayanan lansia berbasis kekerabatan dengan lansia tangguh bermakna. Dukungan keluarga dalam membina lansia belum optimal sehingga perlu mendapatkan perhatian agar kualitas dukungan menjadi baik. Perlunya peningkatan kualitas pembinaan oleh keluarga/kerabat dalam memberikan pelayanan kepada lansia dapat dilaksanakan dengan cara menjalin kerjasama lintas program maupun sektor agar terwujudnya lansia tangguh akan semakin nyata dan berlanjut hingga pemanfaatan keterlibatan lansia tangguh dalam mengisi pembangunan kesehatan khususnya kesehatan keluarga dan masyarakat. The life expectancy in 2015-2020 was 73.2 years, thus affecting the estimated proportion of the elderly population. The number of elderly in Indonesia will reach 28.8 million people or 11.34 percent by 2020. The distribution of the elderly population in 2017 in Indonesia, East Java  was the third highest by 2.9 million (12.25%), more than 10%, categorized as a province with an aging population (aging population) with the number of elderly in Malang estimated in 371,977 on 2020 (Badan Pusat Statistik, 2015). Based on preliminary studies in Toyomarto Village, February 2018, there were 320 potential elderly people. Based on the interview of 10 potential elderly, 70% were still actively working, 40% were active in community activities, 100% were independent in fulfilling their daily needs, 70% have family support in some part of dimensions (physical, emotional, environmental, intellectual, vocational professional, social and spiritual). This study aimed to analyze the correlation of kinship-based elderly service (emotional, spiritual, social, physical, environmental, intellectual, vocational professional) and resilient elderly in Toyomarto Village, Singosari District, Malang Regency. The study was a cross sectional study. The population was 320 people of all potential elderly living in Toyomarto Village, Ardimulyo Subdistrict. The sample was the majority of elderly people living in Toyomarto Village, Singosari Subdistrict, Malang Regency for 30 respondents. The sampling technique used simple random sampling. The analysis used gamma correlation test which obtained p value = 0,000 indicated that there was a correlation of elderly-based services and resilient elderly. The need to improve quality of guidance by families / relatives in providing services to elderly can be carried out by establishing cross-program and sector collaboration so that the realization of strong elderly people will become more apparent and continue to utilize involvement of strong elderly people in fulfilling health development, especially family and community health.
RUANG IBU SAYANG ANAK (RAISA) DALAM MENINGKATKAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF Pujiastuti, Nurul; Sutjiati, Endang; Retnowati, Lucia
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 5, No 3 (2021): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.837 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v5i3.4484

Abstract

Abstrak: Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di desa Balongdowo dan desa Balonggabus Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, dilakukan pada kader posyandu dengan membentuk ruang ibu sayang anak (RAISA) sebagai wadah dalam melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu sehingga menjadi kader posyandu yang ready, response, dan smart. Saat pembentukan RAISA, sekaligus dilakukan FGD (focus group discussion) di masing-masing desa untuk menggali pengalaman dan hambatan terkait perilaku menyusui eksklusif. Kegiatan FGD terdiri dari beberapa tahapan yaitu memberikan 14 pertanyaan seputar ASI eksklusif pada tiap kader posyandu, selanjutnya tiap kader posyandu menjawab semua pertanyaan secara bergantian, dan pemberian materi dari narasumber yaitu bidan Polindes yang ada di tiap desa. Dari hasil FGD diperoleh informasi bahwa hambatan perilaku menyusui terbesar adalah ibu bekerja sehingga bayi diberikan susu formula dengan alasan agar bayi tidak rewel dan mudah ditinggal bekerja, serta masih adanya budaya pemberian pisang yang dicampur nasi untuk bayi usia 2 minggu ke atas. Usulan pelatihan dari kader posyandu antara lain teknik memerah ASI, perawatan puting susu hamil, perawatan payudara nifas, cara memandikan bayi, cara menyendawakan bayi, berbagai macam posisi menyusui, pijat bayi untuk tumbuh kembang, senam nifas, dan senam hamil. Dari hasil FGD ini selanjutnya akan disusun modul sebagai panduan dalam memberikan pelatihan pada kader posyandu. Abstract:  Community Service Activities (PKM) in Balongdowo and Balonggabus Villages, Candi Subdistrict, Sidoarjo Regency, were carried out on posyandu cadres by forming mother-to-child room (RAISA) as forum for activities that can increase the knowledge and skills of Posyandu cadres so that they become ready, response, and smart posyandu cadres. During the formation of RAISA, a focus group discussion (FGD) was held in each village to explore experiences and obstacles related to exclusive breastfeeding. The FGD activity consisted of several stages, namely giving 14 questions about exclusive breastfeeding to each posyandu cadre, then each posyandu cadre answered all the questions in turn, and providing material from the resource person, namely the Polindes midwife in each village. From the results of the FGD, information was obtained that the biggest obstacle to breastfeeding behavior was that the mother worked so the baby was given formula milk on the grounds that the baby was not fussy and easy to leave to work, and there was still a culture of giving bananas mixed with rice to babies aged 2 weeks and over. The training proposals from posyandu cadres include milking techniques, care for pregnant nipples, postpartum breast care, how to bathe babies, how to burp a baby, various breastfeeding positions, massage for growth and development, postpartum exercise, and pregnancy exercises. From the results of this FGD, a module will be compiled as a guide in providing training to posyandu cadres.
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN RIWAYAT PAUD DAN TANPA RIWAYAT PAUD DI DESA SUMBER PORONG LAWANG Trinataliswati .; Kasiati .; Lucia Retnowati
Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 2 (2010): Juli
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.335 KB) | DOI: 10.22219/jk.v1i2.414

Abstract

Perbedaan Kemampuan Bersosialisasi pada Anak Prasekolah dengan Riwayat PAUD dan Tanpa Riwayat PAUD di Desa Sumber Porong LawangSociability Differences In Preschool With Paud History And Without Paud History In Sumber Porong Village, LawangTrinataliswati1, Kasiati2, Lucia Retnowati31,2,3Program Studi Keperawatan Lawang Poltekkes Kemenkes MalangJl. A. Yani No 1 Lawang 65218*)e-mail: natal_tri@yahoo.comABSTRAKSetiap anak tumbuh dan berkembang melalui proses belajar tentang dirinya sendiri dan dunia sekitarnya untuk dapat saling menyesuaikan diri sebab anak dilahirkan belum bersifat sosial yang artinya anak belum memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain, untuk mencapai kematangan sosial dan mengembangkan bentuk bentuk tingkah laku sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang orang di lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Salah satu lingkungan sosial yang membantu anak dalam mencapai kematangan sosialnya adalah lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pervedaan kemampuan bersosialisasi pada anak pra sekolah dengan riwayat PAUD dan tanpa riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang. Desain yang digunakan adalah metode studi perbandingan (comparative study). Hasil penelitian didapatkan kemampuan bersosialisasi pada anak prasekolah dengan riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang, sebagian besar (64,3%) mempunyai kemampuan bersosialisasi baik, dan kemampuan bersosialisasi pada anak prasekolah tanpa riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang, didapatkan setengahnya (50%) mempunyai kemampuan bersosialisasi cukup dan berdasarkan uji analisa statistik mann-withney u test didapatkan nilai taraf signifikasi 0,218 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan kemampuan bersosialisasi anak prasekolah dengan riwayat PAUD dan tanpa riwayat PAUD. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan orang tua belajar memahami kebutuhan anak dan dapat menjadi model atau teladan yang baik bagi perkembangan sosial anak.Kata kunci: kemampuan bersosialisasi, anak prasekolah, riwayat PAUDABSTRACTEach child grows and develops through learning process about him/herself and his/her surroundings to be able able to adapt, because a child is born with no social capability which means that he/she has not yet having the capability to socialize with others. To achieve social maturity and to develop social behavior forms, a child must learn about how to adapt with others. This capability is obtained by a child from many occasions and experiences to socialize with people in his/her neighborhood. It can be from the parents, brothers and sisters, peers, or other adults. One of the social environments which help a child to achieve his/her social maturity is his/her school. The purpose of this research was to find out the difference of socialization capability of children with playgroup history and children with no playgroup history in Sumber Porong Village, Lawang. The design used was the comparative study. The result of the research showed that most of children with pre-school history in Sumber Porong Village, Lawang (64,3%) had good capability of socialization, while half of children with no playgroup history in Sumber Porong Village, Lawang (50%) had fair capability of socialization and based on mann-withney u test statistics analysis test we got significance rate of 0,218 > 0,05 which meant that there was no difference in socialization capability between children withy playgroup history and children with no playgroup history. Based on this research, it is expected that parents can learn to understand what the child needs and can be the good role models for social development of the children.Keywords: socialization capability, pre-school children, playgroup histor
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN RIWAYAT PAUD DAN TANPA RIWAYAT PAUD DI DESA SUMBER PORONG LAWANG Trinataliswati .; Kasiati .; Lucia Retnowati
Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 2 (2010): Juli
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.335 KB) | DOI: 10.22219/jk.v1i2.414

Abstract

Perbedaan Kemampuan Bersosialisasi pada Anak Prasekolah dengan Riwayat PAUD dan Tanpa Riwayat PAUD di Desa Sumber Porong LawangSociability Differences In Preschool With Paud History And Without Paud History In Sumber Porong Village, LawangTrinataliswati1, Kasiati2, Lucia Retnowati31,2,3Program Studi Keperawatan Lawang Poltekkes Kemenkes MalangJl. A. Yani No 1 Lawang 65218*)e-mail: natal_tri@yahoo.comABSTRAKSetiap anak tumbuh dan berkembang melalui proses belajar tentang dirinya sendiri dan dunia sekitarnya untuk dapat saling menyesuaikan diri sebab anak dilahirkan belum bersifat sosial yang artinya anak belum memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain, untuk mencapai kematangan sosial dan mengembangkan bentuk bentuk tingkah laku sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang orang di lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Salah satu lingkungan sosial yang membantu anak dalam mencapai kematangan sosialnya adalah lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pervedaan kemampuan bersosialisasi pada anak pra sekolah dengan riwayat PAUD dan tanpa riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang. Desain yang digunakan adalah metode studi perbandingan (comparative study). Hasil penelitian didapatkan kemampuan bersosialisasi pada anak prasekolah dengan riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang, sebagian besar (64,3%) mempunyai kemampuan bersosialisasi baik, dan kemampuan bersosialisasi pada anak prasekolah tanpa riwayat PAUD di Desa Sumber Porong Lawang, didapatkan setengahnya (50%) mempunyai kemampuan bersosialisasi cukup dan berdasarkan uji analisa statistik mann-withney u test didapatkan nilai taraf signifikasi 0,218 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan kemampuan bersosialisasi anak prasekolah dengan riwayat PAUD dan tanpa riwayat PAUD. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan orang tua belajar memahami kebutuhan anak dan dapat menjadi model atau teladan yang baik bagi perkembangan sosial anak.Kata kunci: kemampuan bersosialisasi, anak prasekolah, riwayat PAUDABSTRACTEach child grows and develops through learning process about him/herself and his/her surroundings to be able able to adapt, because a child is born with no social capability which means that he/she has not yet having the capability to socialize with others. To achieve social maturity and to develop social behavior forms, a child must learn about how to adapt with others. This capability is obtained by a child from many occasions and experiences to socialize with people in his/her neighborhood. It can be from the parents, brothers and sisters, peers, or other adults. One of the social environments which help a child to achieve his/her social maturity is his/her school. The purpose of this research was to find out the difference of socialization capability of children with playgroup history and children with no playgroup history in Sumber Porong Village, Lawang. The design used was the comparative study. The result of the research showed that most of children with pre-school history in Sumber Porong Village, Lawang (64,3%) had good capability of socialization, while half of children with no playgroup history in Sumber Porong Village, Lawang (50%) had fair capability of socialization and based on mann-withney u test statistics analysis test we got significance rate of 0,218 > 0,05 which meant that there was no difference in socialization capability between children withy playgroup history and children with no playgroup history. Based on this research, it is expected that parents can learn to understand what the child needs and can be the good role models for social development of the children.Keywords: socialization capability, pre-school children, playgroup histor
Hubungan Pelayanan Lansia Berbasis Kekerabatan dengan Lansia Tangguh di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Agus Setyo; Lucia Retnowati; Nurul Hidayah
Journal of Ners and Midwifery Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : STIKes Patria Husada Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26699/jnk.v7i2.ART.p223-230

Abstract

Usia harapan hidup periode 2015-2020 menjadi 73,2 tahun sehingga mempengaruhi estimasi proporsi penduduk lansia. Jumlah Lansia Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang atau 11,34 persen pada tahun 2020. Sebaran penduduk lansia tahun 2017 di Indonesia, pada urutan ketiga tertinggi ditempati oleh Jawa Timur yaitu 2,9 juta (12,25%) lebih dari 10% sehingga Jawa Timur bisa dikategorikan sebagai provinsi dengan penduduk tua (aging population) dengan jumlah lansia di Malang diperkirakan pada tahun 2020 sebesar 371.977 (Badan Pusat Statistik, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Toyomarto Pebruari 2018 diperoleh 320 lansia potensial. Sesuai hasil wawancara dengan 10 lansia potensial diperoleh data 70% masih aktif bekerja, 40% aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan 100% mandiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, 70% mendapat dukungan keluarga sebagian dari dimensi (fisik, emosional, lingkungan, intelektual, profesional vokasional, sosial kemasyarakatan dan spiritual. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia potensial yang tinggal di Desa Toyomarto Kecamatan Ardimulyo sejumlah 320 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian adalah sebagian lansia yang tinggal di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 30 responden. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi gamma diperoleh nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa hubungan pelayanan lansia berbasis kekerabatan dengan lansia tangguh bermakna. Dukungan keluarga dalam membina lansia belum optimal sehingga perlu mendapatkan perhatian agar kualitas dukungan menjadi baik. Perlunya peningkatan kualitas pembinaan oleh keluarga/kerabat dalam memberikan pelayanan kepada lansia dapat dilaksanakan dengan cara menjalin kerjasama lintas program maupun sektor agar terwujudnya lansia tangguh akan semakin nyata dan berlanjut hingga pemanfaatan keterlibatan lansia tangguh dalam mengisi pembangunan kesehatan khususnya kesehatan keluarga dan masyarakat. The life expectancy in 2015-2020 was 73.2 years, thus affecting the estimated proportion of the elderly population. The number of elderly in Indonesia will reach 28.8 million people or 11.34 percent by 2020. The distribution of the elderly population in 2017 in Indonesia, East Java  was the third highest by 2.9 million (12.25%), more than 10%, categorized as a province with an aging population (aging population) with the number of elderly in Malang estimated in 371,977 on 2020 (Badan Pusat Statistik, 2015). Based on preliminary studies in Toyomarto Village, February 2018, there were 320 potential elderly people. Based on the interview of 10 potential elderly, 70% were still actively working, 40% were active in community activities, 100% were independent in fulfilling their daily needs, 70% have family support in some part of dimensions (physical, emotional, environmental, intellectual, vocational professional, social and spiritual). This study aimed to analyze the correlation of kinship-based elderly service (emotional, spiritual, social, physical, environmental, intellectual, vocational professional) and resilient elderly in Toyomarto Village, Singosari District, Malang Regency. The study was a cross sectional study. The population was 320 people of all potential elderly living in Toyomarto Village, Ardimulyo Subdistrict. The sample was the majority of elderly people living in Toyomarto Village, Singosari Subdistrict, Malang Regency for 30 respondents. The sampling technique used simple random sampling. The analysis used gamma correlation test which obtained p value = 0,000 indicated that there was a correlation of elderly-based services and resilient elderly. The need to improve quality of guidance by families / relatives in providing services to elderly can be carried out by establishing cross-program and sector collaboration so that the realization of strong elderly people will become more apparent and continue to utilize involvement of strong elderly people in fulfilling health development, especially family and community health.
RUANG IBU SAYANG ANAK (RAISA) DALAM MENINGKATKAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF Nurul Pujiastuti; Endang Sutjiati; Lucia Retnowati
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 5, No 3 (2021): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.673 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v5i3.4994

Abstract

Abstrak: Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di desa Balongdowo dan desa Balonggabus Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, dilakukan pada kader posyandu dengan membentuk ruang ibu sayang anak (RAISA) sebagai wadah dalam melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu sehingga menjadi kader posyandu yang ready, response, dan smart. Saat pembentukan RAISA, sekaligus dilakukan FGD (focus group discussion) di masing-masing desa untuk menggali pengalaman dan hambatan terkait perilaku menyusui eksklusif. Kegiatan FGD terdiri dari beberapa tahapan yaitu memberikan 14 pertanyaan seputar ASI eksklusif pada tiap kader posyandu, selanjutnya tiap kader posyandu menjawab semua pertanyaan secara bergantian, dan pemberian materi dari narasumber yaitu bidan Polindes yang ada di tiap desa. Dari hasil FGD diperoleh informasi bahwa hambatan perilaku menyusui terbesar adalah ibu bekerja sehingga bayi diberikan susu formula dengan alasan agar bayi tidak rewel dan mudah ditinggal bekerja, serta masih adanya budaya pemberian pisang yang dicampur nasi untuk bayi usia 2 minggu ke atas. Usulan pelatihan dari kader posyandu antara lain teknik memerah ASI, perawatan puting susu hamil, perawatan payudara nifas, cara memandikan bayi, cara menyendawakan bayi, berbagai macam posisi menyusui, pijat bayi untuk tumbuh kembang, senam nifas, dan senam hamil. Dari hasil FGD ini selanjutnya akan disusun modul sebagai panduan dalam memberikan pelatihan pada kader posyandu.Abstract:  Community Service Activities (PKM) in Balongdowo and Balonggabus Villages, Candi Subdistrict, Sidoarjo Regency, were carried out on posyandu cadres by forming mother-to-child room (RAISA) as forum for activities that can increase the knowledge and skills of Posyandu cadres so that they become ready, response, and smart posyandu cadres. During the formation of RAISA, a focus group discussion (FGD) was held in each village to explore experiences and obstacles related to exclusive breastfeeding. The FGD activity consisted of several stages, namely giving 14 questions about exclusive breastfeeding to each posyandu cadre, then each posyandu cadre answered all the questions in turn, and providing material from the resource person, namely the Polindes midwife in each village. From the results of the FGD, information was obtained that the biggest obstacle to breastfeeding behavior was that the mother worked so the baby was given formula milk on the grounds that the baby was not fussy and easy to leave to work, and there was still a culture of giving bananas mixed with rice to babies aged 2 weeks and over. The training proposals from posyandu cadres include milking techniques, care for pregnant nipples, postpartum breast care, how to bathe babies, how to burp a baby, various breastfeeding positions, massage for growth and development, postpartum exercise, and pregnancy exercises. From the results of this FGD, a module will be compiled as a guide in providing training to posyandu cadres.