Prayudha Hartanto, Prayudha
Badan Informasi Geospasial

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Steric And Eustatik Effect Contributions To Sea Level Change Based On Altimetry Satellite Argo And Grace Satellite Data Within 1992-2012 Period (The Study Area: The Western Pacific Ocean) Hartanto, Prayudha; Lestari Nurmaulia, Sella; Prijatna, Kosasih
Indonesian Journal of Geospatial Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.51 KB)

Abstract

Abstract. The change of sea level in the western Pasific Ocean is one of the biggest change in the world. This is caused by steric and eustatic factors. In the period of 1992-2012, the total change of sea level in this area based on the Topex/Poseidon satellite data, Jason 1 and Jason 2, was 6. 982 ± 3.493 mm/year. Based on the temperature and salinity from Argo floats for the period 2000 – 2013,  the obtained high streic changes in sea level in the region is about 14.352 ± 13.002 mm/year. The result is a based on high steric sea level relative to 900 dbar pressure. To find the rise of eustatic sea level that caused by the changes in ocean mass, linear regression performed on the data Equivalent Water Thickness (EWT) of monthly GRACE satellites in the period January 2004 to April 2013. The magnitude of the linear trend EWT changes in this area is -0.4026 ± 0.1073 mm/year. This study concludes that the correlation between EWT and the SLA value is more significant than the correlation between high steric sea level and SLA. But further investigation is needed to determine the factor that contributes more to changes of sea level in the study area. This occurs due to the presence of still considerable correlation between the high steric sea level and ocean mass which is the independent variable in the equation of total sea level . To minimize these correlations , observations required high steric and ocean mass with a longer time span. Keywords : The change of sea level, steric, eustatic, the western Pasific Ocean, linear trend 
PERUBAHAN MUKA AIR LAUT BERDASARKAN DATA SATELIT ALTIMETRI DAN DATA ARGO PADA RENTANG 1992-2012 DI WILAYAH SAMUDERA PASIFIK BAGIAN BARAT Hartanto, Prayudha; Prijatna, Kosasih; Nurmaulita, Sella Lestari
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 16, No 1 (2014)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (679.175 KB)

Abstract

ABSTRAKWilayah Samudera Pasifik bagian barat merupakan salah satu wilayah yang mengalami kenaikan muka laut tertinggi di dunia. Data satelit altimetri Topex/Poseidon Jason 1 dan Jason 2, pada kurun waktu tahun 1992-2012, menunjukkan rata-rata kenaikan muka laut di area ini adalah 6,982 ± 3,493 mm/tahun. Sebagai pembanding, perubahan muka laut di wilayah ini pun dihitung berdasarkan data suhu dan salinitas dari pelampung Argo. Data suhu dan salinitas yang digunakan berada pada rentang waktu tahun 2000 – 2013. Perubahan tinggi muka laut berdasarkan data pelampung Argo adalah 14,352 ±13.002 mm/tahun. Tinggi muka laut ini merupakan komponen sterik dari total perubahan muka air laut. Tinggi sterik muka air laut merupakan ketebalan vertikal di atas sebuah lapisan ketebalan h dari anomali volume tertentu dan dapat dihubungkan dengan medan densitas lautan. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa ekspansi termal lautan merupakan penyebab utama perubahan/kenaikan muka laut global. Pada masa yang akan datang, penggunaan data pengamatan pelampung Argo dapat dikembangkan untuk memantau perubahan muka laut global maupun regional.Kata Kunci: perubahan muka laut, altimetri, Argo, muka laut sterikABSTRACTThe Western Pacific Ocean has the highest sea level rise rate on the world. The Topex/Poseidon, Jason 1 and Jason 2 satellite altimetry data shows the average of sea level rise in this area during the 1992-2012 period was 6.982 ± 3.493 mm/annually. As a comparison, changes in the sea level in this area was calculated based on temperature and salinity data from Argo floats. The temperature and salinity data used were collected during the period of 2000-2013. Changes in the sea level based on Argo floats data was 14.352 ± 13,002 mm/annually. This Argo-based sea level is a steric component of the total sea level changes. The steric sea level height is a volume anomaly of a vertical thickness above a layer of thickness h and can be attributed to ocean density field. Based on these results, it can be concluded that the thermal expansion of the oceans is a major cause of global sea level rise. In the future, the usage of Argo floats observation data can be directed to monitor the changes in global and regional sea level.Keywords: sea level change, altimetry, Argo, steric sea level
PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN GRAVIMETER ABSOLUT A-10 Hartanto, Prayudha; Huda, Safirotul; Putra, Widy; Septiawan, Irpan
GEOMATIKA Vol 25, No 1 (2019)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.686 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2019.25-1.852

Abstract

Pengukuran gayaberat absolut merupakan pengukuran nilai gayaberat dengan mengamati percepatan vertikal benda jatuh bebas. Pada tahun 2017, Badan Informasi Geospasial (BIG) melakukan pengukuran gayaberat absolut di beberapa pilar Gayaberat Utama (GBU) di Indonesia dengan menggunakan gravimeter A-10. Tujuan penulisan makalah ini adalah memaparkan teknik pengukuran dan pengolahan data gayaberat absolut di GBU yang merupakan bagian dari Jaring Kontrol Gayaberat (JKG) dengan menggunakan gravimeter A-10. Titik-titik yang akan dijadikan pembahasan dalam makalah ini adalah GBU018 di Jakarta dan GBU035 di Makassar. Pengukuran di tiap titik dilakukan sebanyak 10 set dengan jumlah drop untuk setiap set sebanyak 120. Hasil yang diperoleh adalah nilai gayaberat absolut (µgal) beserta ketidakpastiannya. Nilai gayaberat (g) hasil pengolahan di lapangan (on-site) untuk GBU018 adalah 978140735,73 ± 11,17 µgal, sedangkan untuk GBU035 adalah 978117560,92 ± 7,16 µgal. Nilai-nilai tersebut diperoleh setelah dilakukan koreksi gradien gayaberat. Koreksi tersebut diperoleh dari pengamatan gradien menggunakan gravimeter relatif dengan besaran -0,296301 mgal/m untuk GBU018 dan -0,32414 mgal/m untuk GBU035.
Pembuatan Digital Terrain Model (DTM) dari Light Detection and Ranging (LiDAR) menggunakan Metode Morfologi Sederhana Safi'i, Ayu Nur; Hartanto, Prayudha
TEKNIK Vol 40, No. 1 (2019): Mei 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4668.364 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v40i1.23004

Abstract

The production of Indonesian Topographic Map (RBI) in the scale of 1:5000 takes a long time, especially in the making of contour layer. Contour layer can be extracted from both Aerial Photogrammetry and LiDAR data. Nowadays, LiDAR technology is getting more reliable for DSM. From DSM can be exctracted to get DTM/DEM. DTM/ DEM generation because of its shorter processing  time  and  relatively  low  cost.  The  filtering  method  used  in  this  research  is  Simple Morphological Filtering (SMRF) which input parameters are: cell size, slope, windows, elevation threshold and scaling factor. Average value of Cohen’s kappa is in the range of 0.4-07 which means that the generated DTM is good. Because of the existence of null values in the generated DTM, the smoothing filters have been applied. The extracted DTM then be compared to in situ data. The RMSE ranged from 0,621 to 0,930 m and LE90 about 1,025-1,605. Those RMSE and LE90 values satisfied the vertical accuracy of the 1: 5000 topographic map and graded as the second and third class in accordance to BIG Regulation No.6 of 2018 as revision of Perka BIG No.15 of 2014 focusing on Technical guidelines for Basic Map Accuracy.
Pemodelan Garis Pantai Menggunakan Metode Interpolasi Stacked Curve Spline Tension Oktaviani, Nadya; Hartanto, Prayudha; Susetyo, Danang Budi; Kusuma, Hollanda Arief; Ardhitasari, Yustisi; Dewi, Ratna Sari
TEKNIK Vol. 42, No. 2 (2021): August 2021
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/teknik.v42i2.32940

Abstract

Wilayah pesisir merupakan lingkungan dinamis yang dipengaruhi oleh interaksi atmosfer, daratan dan lautan. Demikian pula, posisi garis pantai juga selalu berubah karena komponen alami dan ulah manusia seperti erosi, gelombang, pasang harian, badai, dan pembangunan yang terjadi di kawasan pesisir. Dalam literatur, posisi garis pantai dapat diidentifikasi berdasarkan berbagai proxi seperti: fitur pantai yang diidentifikasi dari foto udara atau citra resolusi sangat tinggi dan indikator berbasis datum pasang surut yang diekstraksi dari survei lapangan. Penelitian ini mengusulkan suatu metode dalam memodelkan garis pantai berbasis datum dengan mengintegrasikan berbagai data batimetri termasuk data single beam dan multibeam echo sounding, Digital Elevation Model Nasional, data batimetri nasional dan data batimetri yang dihasilkan dari citra satelit. Metode stacked curve spline tension diterapkan untuk mengasimilasi berbagai data batimetri tersebut dan untuk membangun garis pantai. Berdasarkan hasil uji akurasi diperoleh kemiripan garis pantai yang bervariasi akurasinya yaitu garis pantai LAT memiliki tingkat akurasi sebesar 29.28%, garis pantai MSL sebesar 65.45% dan garis pantai HAT sebesar 47.48%. Variasi akurasi yang diperoleh dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya minimnya data input kedalaman yang digunakan, kerapatan data kedalaman yang sangat bervariasi, perbedaan waktu perolehan data antara data yang digunakan untuk penyusunan Peta LPI dan data yang digunakan dalam penelitian ini. Meskipun hasil uji akurasi yang diperoleh masih kurang memuaskan metode yang disusulkan ini cukup menjanjikan untuk diadopsi sebagai metode alternatif dalam pembangunan garis pantai dan untuk mengatasi keterbatasan data, waktu dan biaya dalam penyediaan garis pantai nasional.