Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Sebagai Larvasida Terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti Nur Rizka Adriana; Rifqoh Rifqoh; Dinna Rakhmina; Ratih Dewi Dwiyanti
Jurnal Labora Medika Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Labora Medika
Publisher : Program Studi Teknologi Laboratorium Medik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jlabmed.6.2.2022.36-40

Abstract

ABSTRACT  The vector control of Aedes aegypti mosquito that causes DHF is carried out by chemical control of the larvae. Resistance can occur if used repeatedly over a long time. Another alternative that can be used is with natural ingredients such as red guava leaves because they have secondary metabolites that can be used as larvicides. This study aimed to determine the effectiveness of red guava leaf extract (Psidium guajava L.) as a larvicide on mortality of Aedes aegypti and Lethal Concentration 50 and 90 from ethanol extract of red guava leaves. This type of research is a quasi-experimental and posttest with control group design. The test material used was 25 larvae of Aedes aegypti instar III each treatment and the extract was obtained using the maceration extraction method. The concentration variation is 8%; 9%; 10%; 11%; 12% with 4 repetitions. The results obtained that the average mortality of larvae at a concentration of 8% was 13 tails (51%); 9% 18 tails (72%); 10% 22 tails (88%); 11% 23 tails (92%), 12% 25 tails (100%). The Regression test results showed the effect of adding extract was 77.9% at a 24-hour exposure time. The results of the Probit test for the LC50 value obtained a concentration of 24.0824 ppm and LC90 of 32.0479 ppm. Keywords: Ethanol Extract of Guava Leaves, Aedes aegypti Larvae, Lethal Concentration 50, Lethal Concentration 90.  ABSTRAK Pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD dilakukan dengan pengendalian larva secara kimiawi. Resistensi dapat terjadi jika digunakan berulang dalam jangka waktu yang panjang. Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu dengan bahan alami seperti daun jambu biji merah karena memiliki senyawa metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai larvasida. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas dari ekstrak daun jambu biji merah (Psidium guajava L.) sebagai larvasida terhadap mortalitas larva Aedes aegypti dan Lethal Concentration 50 dan 90 dari ekstrak etanol daun jambu biji merah. Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperiment dan rancangan Posttest With Control Group Design. Bahan uji yang digunakan adalah larva Aedes aegypti instar III sebanyak 25 ekor setiap perlakuan dan ekstrak daun jambu biji merah dengan metode ekstraksi maserasi. Variasi konsentrasi yaitu 8%; 9%; 10%; 11%; 12% dengan 4 kali pengulangan. Hasil penelitian yang didapatkan rata-rata kematian larva pada konsentrasi 8% yaitu 13 ekor (51%); 9% 18 ekor (72%); 10% 22 ekor (88%); 11% 23 ekor (92%), 12% 25 ekor (100%). Hasil uji Regresi menunjukkan pengaruh penambahan ekstrak sebesar 77,9% pada waktu pemaparan 24 jam. Hasil uji Probit nilai LC50 didapatkan konsentrasi sebesar 24,0824 ppm dan LC90 sebesar 32,0479 ppm. Kata Kunci: Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Merah, Larva Aedes aegypti, Lethal Concentration 50, Lethal Concentration 90
HUBUNGAN KEJADIAN KECACINGAN STH DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA PENAMBANG PASIR DI CEMPAKA KOTA BANJARBARU Zahratannujhah -; Rifqoh Rifqoh; Ahmad Muhlisin; Erfan Roebiakto
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 2 No 2 (2022): JMLS: Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.054 KB) | DOI: 10.36086/medlabscience.v2i2.1264

Abstract

Latar Belakang: Infeksi kecacingan merupakan salah satu infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di indonesia, salah satunya infeksi kecacingan Soil Transmitted Helminths. Pekerja yang beresiko terinfeksi adalah pekerja yang sehari-hari kontak langsung dengan tanah seperti penambang pasir dengan faktor Sanitasi lingkungan dan personal hygiene yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kejadian kecacingan STH dengan personal hygiene pada penambang pasir di Cempaka kota Banjarbaru. Metode: metode penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional, jumlah populasi dan sampel sebanyak 21 orang menggunakan teknik total sampling. Dengan memberikan kuesioner dan pemeriksaan telur cacing menggunakan metode kato katz. Hasil: Ditemukan sebanyak 14 orang (66,7%) negatif kecacingan STH dan 7 orang (33,3%) positif kecacingan STH, dengan EPG spesies cacing tambang sebanyak (96-192/gr feses) dan EPG Ascaris lumbricoides (24-48/gr feses). Responden dengan personal hygiene kurang baik sebanyak 13 orang (61,9%) dan baik sebanyak 8 orang (38,1%). Responden yang memiliki personal hygiene kurang baik sebanyak 7 orang (33,3%) positif kecacingan STH. Kesimpulan: ada hubungan antara personal hygiene dengan kecacingan STH berdasarkan analisa uji Fisher’s Exact dengan nilai p-value<α (0,018<0,05).
HUBUNGAN INFEKSI KECACINGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTH (STH) DENGAN JUMLAH EOSINOFIL PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN TELUK SELONG KABUPATEN BANJAR muhammad yuda pratama; Rifqoh Rifqoh; Jujuk Anton Cahyono
Jurnal Labora Medika Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Teknologi Laboratorium Medik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jlabmed.7.2.2023.62-70

Abstract

Infeksi Kecacingan Soil Transmitted Helminth (STH) merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi di seluruh dunia. Anak sekolah dasar sangat rentan terhadap infeksi kecacingan karena kebiasaaan bermain atau menyentuh tanah tanpa memperhatikan kebersihan dan lingkungan. Jika infeksi kecacingan dibiarkan cacing-cacing yang menginfeksi ini akan memberikan kontribusi terhadap kejadian eosinofilia yaitu jumlah eosinofil dalam darah meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan infeksi kecacingan STH dengan jumlah eosinofil pada anak sekolah dasar di SDN Teluk Selong Kabupaten Banjar. Jenis penelitian ini yaitu Survei Analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, jumlah populasi sebanyak 55 siswa dengan Teknik Pengambilan Total Sampling sebanyak 55 siswa. Data kecacingan didapat dari pemeriksaan telur cacing secara mikroskopis metode Kato-Katz, spesimen yang digunakan yaitu feses segar. Variabel jumlah eosinofil ditentukan dari pemeriksaan darah kapiler secara Visual Hemositometer Improved Neubauer. Hasil menunjukan sebanyak 10 responden (18,18%) ditemukan telur STH sebanyak 24 EPG sebanyak 4 respoden (7,27%), 48 EPG sebanyak 1 responden (1,81%) dan 72 EPG sebnyak 5 responden (9,09%) dengan temuan telur Ascaris lumbricoides dengan Trichuris trichiura tanpa adanya infeksi campuran dan 45 responden (81,83 %) tidak ditemukan telur,larva atau cacing STH dewasa, Jumlah eosinofil responden berkisar 77-433 sel/mm3 dengan jumlah rata-rata 205 sel/mm3. Hasil uji koefisien rank sperman menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara infeksi kecacingan Soil Transmitted Helminth (STH) dengan jumlah eosinofil pada anak sekolah dasar dengan nilai (p-value 0,000) < (0,05). Pada penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian tentang hubungan infeksi kecacingan STH dengan kadar IgE dan IL-5.Kata Kunci: Anak Sekolah Dasar, Kecacingan Soil Transmitted Helminth, Jumlah Eosinofil