Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENGARUH BAKTERI ENDOFITIK DAN Azolla pinnata TERHADAP POPULASI BAKTERI ENDOFITIK, KANDUNGAN N, DAN BOBOT KERING P PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH BERSALINITAS Melani, Melani; Saribun, Daud Siliwangi; Setiawati, Mieke Rochimi
Jurnal Agroekoteknologi Vol 9, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.242 KB)

Abstract

Nitrogen deficiency is the main problem of rice growth in salt stress condition. Endophytic bacteria has an ability to enhance the number of available N in plant tissue by fixing N from the atmosphere, meanwhile Azolla pinnata has high content of N that can increase the available N in soil. The aim of this research was to know the limit of salinity stress tolerance in rice with application of endophytic bacteria and A. pinnata on enhancing the population of endophytic bacteria, N content, and dry weight of rice on soil with salinity. The research was conducted on March 2016 until March 2017 at the Green House of Ciparanje Universitas Padjadjaran. Samples were analized at the Laboratory of Soil Biology and Laboratory of Soil Fertility and Plant Nutrion, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The design experiment used was single factor randomized block of 8 treatments and 4 repetitions. The treatments consist of with and without the application of endophytic bacteria and A. pinnata on soil with salinity of 0, 2, 4, and 6 mmhos cm-1. The results showed that the application of endophytic bacteria and A. pinnata gave the significant difference on the population of endophytic bacteria, N content, and dry weight of rice up to 4 mmhos cm-1.
KEGIATAN PENGHIJAUAN DI SUB DAS CITARIK DAS CITARUM HULU DESA CIBIRU WETAN Saribun, Daud Siliwangi; Hudaya, Ridha; Arifin, Mahfud; Herdiansyah, Ganjar
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1600.889 KB)

Abstract

DAS Citarum termasuk salah satu dari 15 DAS Super Prioritas Indonesia dalam yang perlu ditangani pemulihannya. Upaya rehabilitasi hutan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan upaya penghijauan. Selain untuk merehabilitasi lahan upaya ini dimaksudkan untuk menambah nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kegiatan Penanaman meliputi perencanaan penanaman, persiapan  penanaman dan penanaman. Perencanaan penanaman  antara lain: Rencana teknik penetapan calon lokasi, teknik pengumpulan data dan informasi, kebutuhan jumlah bibit, teknik rancangan penanaman, cara menentukan penanam pohon, cara menentukan kebutuhan alat dan bahan dan cara menyusun tata waktu. Hasil yang dicapai dari kegiatan program kerja penghijauan lahan di Sub DAS Citarik tepatnya di desa Cibiru Wetan Kec. Cileunyi adalah Tersedianya pohon albasia dan mahoni di Sub DAS Citarik, desa Cibiru Wetan Kec. Cileunyi; Survey lahan untuk penentuan titik-titik penanaman ditentukan oleh kegiatan survey tersebut; Dimasa mendatang dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai kayu bakar dan keperluan lain; Meningkatkan kuantitas dan kualitas air di Sub DAS Citarik; Mengurangi kegersangan lahan di Sub DAS Citarik; Mengurangi potensi terjadinya bencana longsor.
GERAKAN PENGHIJAUAN DAS CITARUM HULU DI DESA CIKONENG KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG Harryanto, Rachmat; Sudirja, Rija; Saribun, Daud Siliwangi; Herdiansyah, Ganjar
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1534.312 KB)

Abstract

Penghijauan merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilaksanakan secara konseptual dalam menangani krisis lingkungan. Desa Cikoneng merupakan salah satu desa yang cukup aktif dalam mendukung program penghijauan di DAS Hulu Citarum. Dalam upaya penyelamatan lingkungan, masyarakat bersama stakeholder terkait telah melakukan berbagai kegiatan penghijauan. Kegiatan bertujuan untuk mengkaji tentang bagaimana bentuk keterlibatan masyarakat dalam upaya penghijauan pada kawasan DAS Hulu Citarum. Masyarakat sebetulnya telah terlibat dalam proses perencanaan, penyediaan, pemeliharaan, serta pengawasan kegiatan penghijauan. Namun, masyarakat menilai kondisi ruang hijau di Hulu DAS Citarum saat ini sudah sangat minim. Kegiatan penghijauan dilakukan dengan berbagai tujuan, antara lain : untuk menambah nilai ekologi, manambah nilai estetika, mendapatkan manfaat ekonomi, serta alasan untuk mendukung program pemerintah. Keberadaaan stakeholder yang terdiri dari Pemerintah Kota, Pemerintah Kelurahan, Lembaga Non Pemerintah, Swasta/CSR, dan Komunitas/Akademisi telah berkontribusi besar membantu perkembangan kegiatan penghijauan di wilayah pengabdian.
Serapan N P K Tanaman Jagung (Zea mays, L.) pada Typic Eutrudepts akibat Pemberian Pupuk Organik Padat Curah (POPC) dan Pupuk Anorganik Yuliati Machfud; Emma Trinurani Sofyan; Daud Siliwangi Saribun; Anne Yuliana
Soilrens Vol 15, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.984 KB) | DOI: 10.24198/soilrens.v15i1.13340

Abstract

The use of organic fertilizer in the form of manure at as dose of 5000-10000 kg.ha-1 has been practiced by corn farmers, while the Solid Organic Fertilizer (SOF) in a small dose isn’t quite is known among of corn farmer. This study aims to determine the effect of POPC combined with N P K to the results of corn (Zea mays L.). The research was carried out in Typic Eutrudepts land from in October 2013 to January 2014 use a RBD, consisting of SOF was combined nine treatment with N P K and one treatment as a control. The results of this research indicated that SOF with N P K doses improved the growth and yield of corn. Increasing the dose recommended dosage 1-2 POPC (500-1000 kg.ha-1) combined with one dose of a standard N P K can increase yields significantly, the highest result was achieved by treatment with 1 dose of 2 POPC standard N P K.Keywords: corn, solid organic fertilizer, Typic Eutropepts
Pedogenesis Dan Klasifikasi Tanah Yang Berkembang Dari Dua Formasi Geologi Dan Umur Bahan Erupsi Gunung Tangkuban Perahu Mahfud Arifin; Rina Devnita; Ridha Hudaya; Apong Sandrawati; Daud Siliwangi Saribun; Rachmat Harryanto; Ganjar Herdiansyah
Soilrens Vol 15, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (874.926 KB) | DOI: 10.24198/soilrens.v15i1.13341

Abstract

The efforts to utilize the agricultural land need a proper understanding of the soil characteristics. The soil characteristics themselves are influenced by the factors that regulate and control the soil forming and pedogenesis processes. The main soil forming factors in this study was the different ages and composition of parent materials from the eruption of Mt. Tangkuban Parahu in West Java. This research was done to comprehend the pedogenesis and to figure out the soil classifications that developed in two geological formations (Qyd and Qvu) and two ages of eruption (Holocene and Pleistocene) of Mt. Tangkuban Parahu. The study was conducted in Ciater, Subang Regency and Jatinangor, Sumedang Regency in West Java Province. The study consisted of four stages: preparation, field survey and soil sampling, laboratory analysis and presenting the report. The results showed that Pedon of Jatinangor consisted of three different stratifications of ages. The clay mineralogical composition was dominated by kaolinite, whereas mineralogical composition of the sandy fractions (heavy fractions) was augite-hypersthene. Pedon of Ciater also consists of three different stratifications of age. The clay mineralogical composition was dominated by allophane, while mineralogical compositions of the sandy fractions (heavy fractions) were green amphibole-hypersthene in the overlying horizons and amphibole-augite in the underlying horizons. The stage of soil formation on both pedon were cambic or viril. The soil classification according to Soil Taxonomy were Acrudoxic Durudands, medial over loamy-skeletal, isohyperthermic in Ciater Pedon and Fluventic Eutrudepts, fine, kaolinitic, isohyperthermic in Jatinangor Pedon.Key words: slow sand filter, activated carbon, silica sand, sand, gravel, zeolite
Hubungan antara Kemiringan dan Posisis Lereng dengan Tekstur Tanah, Permeabilitas dan Erodibilitas Tanah pada Lahan Tegalan di Desa Gunungsari, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya Henly Yulina; Daud Siliwangi Saribun; Zulkarnaen Adin; Muhammad Hilda Rizki Maulana
Agrikultura Vol 26, No 1 (2015): April, 2015
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.249 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v26i1.8456

Abstract

ABSTRACTRelationship between slope and position of the slopes with soil texture, organic matter, soil permeability anderodibility on dry land in the Gunungsari Village,Cikatomas Sub District, Tasikmalaya DistrictIndonesia has a lot of potential lands especially for agricultural uses. In the areas with steep slopingtopography and high human population, agricultural practices such as seasonal upland crops productionbecomes one of the issues in land damaging in Indonesia. This study aims were to determine the relationshipbetween the land slope and the texture, organic matter, permeability and erodibility of soils at differentslope positions in a land use so that can be used as a source of information and guidance to the communityor the population around the village as well as the institutions involved in land management. The study useda free survey method based on toposekuen. The study techniques used comparative and descriptive methodsto compare samples that collected in the conducted survey then performed explanation and description ofthe conditions in the field that qualitatively observed. The results showed that there was no significantrelationship between the slope and the texture, organic matter, permeability and erodibility of soils invarious slope positions. The 26-40% slopes in the middle and upper slope positions had the highesterodibility value compared to other slope and slope position.Keywords: Slope, slope position, land use, erodibility, organic matterABSTRAKIndonesia memiliki banyak lahan yang sangat potensial khususnya di bidang pertanian. Pada daerah-daerahyang memiliki topografi berlereng curam dan berpenduduk padat, usaha pertanian seperti tanaman semusimtegalan merupakan salah satu sumber kerusakan tanah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui hubungan antara kemiringan lereng dengan tekstur, bahan organik, permeabilitas danerodibilitas tanah pada berbagai posisi lereng di suatu penggunaan lahan sehingga dapat dijadikan sebagaisumber informasi dan arahan bagi masyarakat atau penduduk di sekitar desa serta instansi yang terkaitdalam pengolahan lahannya. Penelitian ini menggunakan metode survei bebas berdasarkan toposekuen.Teknik penelitian menggunakan metode komparatif dan deskriptif yaitu membandingkan sampel-sampelyang diambil berdasarkan metode survei yang dilakukan, kemudian menjelaskan dan menggambarkankondisi di lapangan yang diamati secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapathubungan yang kuat antara kemiringan lereng terhadap tekstur tanah pada berbagai posisi lereng,kemiringan lereng terhadap bahan organik tanah pada berbagai posisi lereng, kemiringan lereng terhadappermeabilitas tanah pada berbagai posisi lereng serta antara kemiringan lereng terhadap erodibilitas tanahpada berbagai posisi lereng. Kemiringan lereng 26-40% pada posisi lereng tengah dan atas mempunyai nilaierodibilitas yang tertinggi dibandingkan dengan kemiringan dan posisi lereng lainnya.Kata Kunci: Kemiringan, posisi lereng, penggunaan lahan, erodibilitas, bahan organik
KEGIATAN PENGHIJAUAN DI SUB DAS CITARIK DAS CITARUM HULU DESA CIBIRU WETAN Daud Siliwangi Saribun; Ridha Hudaya; Mahfud Arifin; Ganjar Herdiansyah
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1600.889 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v6i2.14813

Abstract

DAS Citarum termasuk salah satu dari 15 DAS Super Prioritas Indonesia dalam yang perlu ditangani pemulihannya. Upaya rehabilitasi hutan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan upaya penghijauan. Selain untuk merehabilitasi lahan upaya ini dimaksudkan untuk menambah nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kegiatan Penanaman meliputi perencanaan penanaman, persiapan  penanaman dan penanaman. Perencanaan penanaman  antara lain: Rencana teknik penetapan calon lokasi, teknik pengumpulan data dan informasi, kebutuhan jumlah bibit, teknik rancangan penanaman, cara menentukan penanam pohon, cara menentukan kebutuhan alat dan bahan dan cara menyusun tata waktu. Hasil yang dicapai dari kegiatan program kerja penghijauan lahan di Sub DAS Citarik tepatnya di desa Cibiru Wetan Kec. Cileunyi adalah Tersedianya pohon albasia dan mahoni di Sub DAS Citarik, desa Cibiru Wetan Kec. Cileunyi; Survey lahan untuk penentuan titik-titik penanaman ditentukan oleh kegiatan survey tersebut; Dimasa mendatang dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai kayu bakar dan keperluan lain; Meningkatkan kuantitas dan kualitas air di Sub DAS Citarik; Mengurangi kegersangan lahan di Sub DAS Citarik; Mengurangi potensi terjadinya bencana longsor.
GERAKAN PENGHIJAUAN DAS CITARUM HULU DI DESA CIKONENG KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG Rachmat Harryanto; Rija Sudirja; Daud Siliwangi Saribun; Ganjar Herdiansyah
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1534.312 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v6i2.14858

Abstract

Penghijauan merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilaksanakan secara konseptual dalam menangani krisis lingkungan. Desa Cikoneng merupakan salah satu desa yang cukup aktif dalam mendukung program penghijauan di DAS Hulu Citarum. Dalam upaya penyelamatan lingkungan, masyarakat bersama stakeholder terkait telah melakukan berbagai kegiatan penghijauan. Kegiatan bertujuan untuk mengkaji tentang bagaimana bentuk keterlibatan masyarakat dalam upaya penghijauan pada kawasan DAS Hulu Citarum. Masyarakat sebetulnya telah terlibat dalam proses perencanaan, penyediaan, pemeliharaan, serta pengawasan kegiatan penghijauan. Namun, masyarakat menilai kondisi ruang hijau di Hulu DAS Citarum saat ini sudah sangat minim. Kegiatan penghijauan dilakukan dengan berbagai tujuan, antara lain : untuk menambah nilai ekologi, manambah nilai estetika, mendapatkan manfaat ekonomi, serta alasan untuk mendukung program pemerintah. Keberadaaan stakeholder yang terdiri dari Pemerintah Kota, Pemerintah Kelurahan, Lembaga Non Pemerintah, Swasta/CSR, dan Komunitas/Akademisi telah berkontribusi besar membantu perkembangan kegiatan penghijauan di wilayah pengabdian.
PENGARUH BAKTERI ENDOFITIK DAN Azolla pinnata TERHADAP POPULASI BAKTERI ENDOFITIK, KANDUNGAN N, DAN BOBOT KERING P PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH BERSALINITAS Melani .; Daud Siliwangi Saribun; Mieke Rochimi Setiawati
Jurnal Agroekoteknologi Vol 9, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/j.agrtek.v9i1.5039

Abstract

Nitrogen deficiency is the main problem of rice growth in salt stress condition. Endophytic bacteria has an ability to enhance the number of available N in plant tissue by fixing N from the atmosphere, meanwhile Azolla pinnata has high content of N that can increase the available N in soil. The aim of this research was to know the limit of salinity stress tolerance in rice with application of endophytic bacteria and A. pinnata to enhancing the population of endophytic bacteria, N content, and dry weight of rice on soil with salinity. The research was conducted on March 2016 until March 2017 at the Green House of Ciparanje Universitas Padjadjaran. Samples were analized at the Laboratory of Soil Biology and Laboratory of Soil Fertility and Plant Nutrion, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The design experiment used was single factor randomized block of 8 treatments and 4 repetitions. The treatments consisted of with and without the application of endophytic bacteria and A. pinnata on soil with salinity of 0, 2, 4, and 6 mmhos cm-1. The results showed that the application of endophytic bacteria and A. pinnata gave the significant difference on the population of endophytic bacteria, N content, and dry weight of rice up to 4 mmhos cm-1.Keywords: Azolla pinnata, endophytic bacteria, rice, salinity