Vicky Makarau, Vicky
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

NILAI – NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM PERMUKIMAN NUMFOR DORERI DI PULAU MANSINAM Ihalauw, Yanter Frisan; Makarau, Vicky; Warauw, Fela
SPASIAL Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dari catatan F.C. Kamma, bahwa orang Numfor berasal dari pulau dengan nama yang sama dan masih berkerabat dengan orang Biak. Mereka ini telah berabad-abad lamanya menempati pulau Biak dan Supiori, tetapi kemungkinan besar sebelum itu, mereka ini datang dari wilayah timur (Tanah Tabi dan Sanar) Kabupaten Jayapura Suku Numfor doreri merupakan suku yang berasal dari pulau biak Numfor. Sekitar abad 17 atau awal abad 18 terjadi peselisihan keluarga yang mengakibatkan perang saudara yang disebut mambri dikalangan masyarakat biak numfor. Dari sinilah timbul niat beberapa keluarga dari beberapa kampung di pulau Numfor untuk pindah mencari daerah baru. Permukiman suku Numfor Doreri berkembang mengikuti garis pantai dengan posisi rumah berada di daratan, Kebanyakan rumah tinggal masyarakat numfor doreri di pulau mansinam berdinding setengah tembok setegah kayu atau keseluruhan berdinding kayu dan menggunakan seng sebagai penutup rumah. Beberapa rumah tinggal didepannya terdapat pondok kecil yang menyerupai replika rumah adat, Biasanya Masyarakat setempat menyebutnya rumah pondok Berdasarkan struktur mata pencaharian utama penduduk, sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani, peternak dan nelayan (45,5%). Sekitar 70 KK (37,4%) merupakan pegawai negeri sipil (PNS) di berbagai instansi pemerintah baik sebagai aparat kampong, PNS di pemerintah Kabupaten Manokwari maupun PNS di pemerintah Provinsi Papua Barat. Sedangkan sebanyak 17,1% adalah buruh dan karyawan swasta. Organisasi Sosial Suku Numfor doreri di wadahi oleh kepala adat sebagai pimpinan Tertinggi, Kepala Adat mempunyai peranan tertinggi dalam  Keret/Fam/Marga dan peranan tersebut adalah sebagai hakim perdamaian yang berhak menimbang berat ringannya sanksi yang harus dikenakan kepada anggota suku. Selain itu kepala adat juga berperan dalam Perizinan dalam membangun rumah dan menentukan lokasi bermukim tiap keret agar tidak tercipta pertikaian antar sesama suku. Kearifan Lokal yang terdapat dalam Permukiman Numfor Doreri Yakni Pola permukiman, Pola Ruang dan Perilaku Bermukim, Struktur Ruang dan Lingkungan, Upacara adat, Tarian adat, Karakter Bangunan dan Motif Ukir. Dimana berdasarkan Ciri-ciri Kearifan lokal dalam permukiman Numfor Doreri Mampu bertahan terhadap budaya luar, Mempunyai kemampuan mengendalikan dan Mampu memberi arah terhadap perkembangan budaya.   Kata Kunci :Kearifan Lokal, Numfor Doreri, Mansinam
KAJIAN RUANG TERBUKA PUBLIK PADA LAPANGAN MERDEKA KOTA AMBON Maelissa, Justy; Makarau, Vicky; Takumansang, Esli
SPASIAL Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kata kajian memiliki kaitan paling dekat dengan kata penelaahan, kemuduan, penyelidikan. Bila mendengar kata pemeriksaan misalnya, pikiran kita akan cenderung tertuju pada upaya penanganan kasus yang berkaitan dengan tindak kriminalitas. Beda halnya bila kita mendengar kata penelaahan, penelitian, dan pengkajian. Seperti fingsinya Ruang terbuka publik memiliki peran penting dalam perkembangan suatu kota. Selain berfungsi sebagai paru-paru kota, ruang terbuka publik juga dapat menjadi media atau tempat masyarakat melalukan berbagai macam aktivitas kegiatan seperti berolahraga, rekreasi dan lain-lain sebagainya. Sebagai satu-satunya ruang terbuka publik di Kota Ambon, Lapangan Merdeka seharusnya mendapat perhatian penuh dari pemerintah daerah selaku pihak pengelola terkait dengan kualitas fisik dan non fisik serta penyediaan sarana prasarana yang ada. Namun pada kenyataan banyak dijumpai berbagai sarana prasarana yang tidak layak pada Lapangan Merdeka. untuk itu melalui penelitian ini dapat mengkaji kondisi lapangan merdeka yang sesuai dengan standar peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah (UU 26/07) ruang yang secara fisik bersifat terbuka, dengan kata lain ruang yang berada di luar ruang tertutup (bangunan) sehingga dapat menghasilkan rekomendasi terkait dengan ruang terbuka publik yang nyaman dan optimal pada kawasan lapangan merdeka Kota Ambon. Kata Kunci : Kajian, Ruang Terbuka Publik, Lapangan Merdeka, Peraturan Pemerintah.
GEREJA GMIM DI WOLOAN RECIPROCAL FRAME SEBAGAI MANIFESTASI SIMBOL Korompu, Febrian F.; Gosal, Pierre H.; Makarau, Vicky
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 5, No 2 (2016): Volume 5 No.2 November 2016
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Sulawesi utara salah satu golongan Kristen protestan yang ada, tergabung dalam kelompok yang disebut GMIM dan seperti orang Kristen pada umumnya, GMIM mempunyai tempat bersekutu dan beribadah yang disebut dengan Gereja. Dalam Perjanjian Baru di Alkitab, Eklesia mempunyai arti kaum yang dipanggil keluar untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan. Dapat disimpulkan bahwa gereja bukanlah “tempat” melainkan “orang”, melalui hal tersebut maka makna sesungguhnya dari gereja tersebut akan coba digambarkan pada desain gereja kali ini menggunakan tema Reciprocal Frame. Reciprocal Frame (RF) adalah sebuah struktur 3 dimensi yang terdiri dari balok yang saling menopang satu sama lain. Dalam buku Reciprocal Frame Architecture (Olga Popovic Larsen, 2008: hal 51) disebutkan bahwa syarat jumlah minimum untuk membuat satu struktur Reciprocal Frame adalah 3 buah tiang. Jika dihubungkan dengan kekristenan maka dapat dilihat dari dasar kepercayaan orang Kristen yaitu Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus atau biasa disebut Tritunggal. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat kesamaan dalam hal dasar dari Reciprocal Frame dan juga dasar kepercayaan orang Kristen. Melalui Metode Perancangan dengan menggunakan  pendekatan Tematik, Tipologi dan juga analisis tapak maka dihasilkanlah sebuah konsep desain seperti yang ada pada hasil perancangan Hal yang paling sulit adalah mengaplikasikan konsep ini ke dalam sebuah gambar kerja, karena tema ini merupakan tema yang berkaitan dengan struktur maka perlu perhitungan yang akurat dan juga banyak detail sambungan kayu yang harus digambar dengan sangat presisi. Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki maka jadilah sebuah konsep Gereja seperti yang ada pada hasil perancangan di atas. Kata kunci: Reciprocal Frame, Gereja, Kristen
KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN BENCANA LONGSOR DI KECAMATAN WANEA KOTA MANADO Topo, Ruth Miranda; Tondobala, Linda; Makarau, Vicky
SPASIAL Vol 7, No 3 (2020)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bertambahannya jumlah penduduk di sebuah wilayah maka akan meningkatkan kebutuhan lahan. Lahan  penting bagi setiap mahluk hidup sebagai tempat tinggal dan beraktivitas ekonomi.. Intensistas curah hujan yang tinggi, secara alami dapat memicu terjadinya bencana alam tanah longsor. Faktor lainnya yaitu pendayagunaan sumberdaya alam yang secara tidak teratur atau melampuai daya dukungnya yang akan memicu  terjadi bencana tanah longsor. Kota Manado merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado yang wilayah daratnya didominasi oleh kawasan perbukitan sehingga rentan terhadap longsor. Kecamatan Wanea merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Manado yang memiliki karakteristik wilayah yang berbukit dengan luas wilayah sebesar 643,25 ha. Tujuan penelitian ini adalah :1) Mengidentifikasi karakteristik fisik di Kecamatan Wanea, 2) Mengetahui tingkat kerawanan longsor di kecamatan Wanea, 3) menganalisis pemanfaatan lahan yang ada dikecematan Wanea. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah  analisis spasial dengan teknik skoring. Berdasarkan hasil analisis diperoleh karakteristik fisik kemiringan lereng dengan lima jenis kemiringan lereng yaitu datar, landai, agak curam, dan sangat curam,tingkat kerawanan longsor mendominasi di tingkat kerawanan tidak rawan, agak rawan, cukup rawan, rawan, sangat rawan. Pengunaan lahan yang ada yaitu permukiman, pertanian lahan kering, kebun campuran, perdangang dan jasa, ruang terbuka, semak belukar,dan perkantoran. Kata Kunci: Pemanfaatan lahan, longsor , rawan bencana
PUSAT SENI DAN BUDAYA PAPUA DI JAYAPURA. “REINTERPRETING TRADISIONAL” Kogoya, Doanus; Makarau, Vicky; Tarore, Raymond Ch.
MEDIA MATRASAIN Vol 17, No 1 (2020)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia adalah bangsa yang memiliki kebudayaan yang unik dan beraneka ragam. Dimana tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dan menghasilkan suatu kesenian khas yang membedakan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Salah satu kota kesenian yang khas di Indonesia adalah Kota Jayapura. Kota jayapura merupakan kota seni dan budaya yang kental. Tari triton, tari pikon/kecapi mulut dan tari tipa merupakan salah satu kebudayaan dan kesenian peninggalan tradisi Papua. Sering dengan perkembangan jaman kebudayaan Papua mulai terlupakan, banyak generasi muda tadak mengenali tentang kebudayaan-kebudayaan tersebut. Masuknya budaya asing menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap menurunnya minat masyarakat budayanya sendiri, terutama generasi muda mudi yang lebih enjoi dengan kesenian-kesenian modern yang telah menjamur sampai lupa akan indentitas mereka sebagai orang Papua. Oleh karena itu, dengan adanya perancangan Pusat Seni dan Budaya Papua di Jayapura ini dapat meningkatkan kembali akan indentitas kebudayaan daerahnya dan memperkenalkan kebudayaan Papua ke manca Negara dengan cara memberikan pelatihan, pengembangan akan kesenian-kesenian Papua kepada masyarakat khususnya masyarakat Orang Asli Papua serta sarana pelestarian kebudayaan daerah dan sarana rekreasi. Output dari pada rancangan tidak hanya dari segi fisik atau keindahan arsitekturnya saja, melainkan nilai-nilai dari arsitektur Papua tersebut yang dimunculkan pada perkembangan arsitektur-arsitektur jaman sekarang tanpa melupakan arsitektur daerahnya. Dengan penerapan tema Re-Interpreting Tradisi ini diharapkan dapat mengangkat kembali nilai-nilai arsitektur Papua yang mulai dilupakan.