Pierre H. Gosal
Unknown Affiliation

Published : 51 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

PABRIK PENGOLAHAN IKAN TUNA DI BITUNG (BUILDING AS MECHANIC) Sakul, Monica D.; Gosal, Pierre H.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 2, No 3 (2013): Volume 2 No.3 November 2013
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK   Bitung yang telah ditetapkan menjadi kawasan Minapolitan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Dirjen Perikanan Tangkap tentu membutuhkan industri-industri/pabrik-pabrik untuk mengolah hasil laut atau perikanan yang ada. Pabrik-pabrik seperti ini akan terus dibutuhkan mengingat Bitung memiliki sumber daya laut dan perikanan yang sangat potensial mencapai 587 ribu ton, sementara yang dimanfaatkan baru 147 ribu ton atau sekitar 25,04%. Ikan tuna yang merupakan salah satu ikan yang menjadi salah satu hasil utama perikanan di kota Bitung dan sangat diminati masyarakat dalam maupun luar negeri, untuk itu dibutuhkan pabrik pengolahan ikan tuna yang dapat mengolah ikan tuna dengan lebih baik. Perancangan Pabrik Pengolahan Ikan Tuna menggunakan tema Building as Mechanic yang menekankan pada proses yang terjadi di dalam bangunan atau bagaimana bentuk bangunan menyesuaikan dengan skema atau alur pada proses pengolahan ikan tuna.   Kata Kunci : Pabrik, Ikan Tuna, Bitung, Building as Mechanic.  
GEREJA GMIM DI WOLOAN RECIPROCAL FRAME SEBAGAI MANIFESTASI SIMBOL Korompu, Febrian F.; Gosal, Pierre H.; Makarau, Vicky
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 5, No 2 (2016): Volume 5 No.2 November 2016
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Sulawesi utara salah satu golongan Kristen protestan yang ada, tergabung dalam kelompok yang disebut GMIM dan seperti orang Kristen pada umumnya, GMIM mempunyai tempat bersekutu dan beribadah yang disebut dengan Gereja. Dalam Perjanjian Baru di Alkitab, Eklesia mempunyai arti kaum yang dipanggil keluar untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan. Dapat disimpulkan bahwa gereja bukanlah “tempat” melainkan “orang”, melalui hal tersebut maka makna sesungguhnya dari gereja tersebut akan coba digambarkan pada desain gereja kali ini menggunakan tema Reciprocal Frame. Reciprocal Frame (RF) adalah sebuah struktur 3 dimensi yang terdiri dari balok yang saling menopang satu sama lain. Dalam buku Reciprocal Frame Architecture (Olga Popovic Larsen, 2008: hal 51) disebutkan bahwa syarat jumlah minimum untuk membuat satu struktur Reciprocal Frame adalah 3 buah tiang. Jika dihubungkan dengan kekristenan maka dapat dilihat dari dasar kepercayaan orang Kristen yaitu Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus atau biasa disebut Tritunggal. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat kesamaan dalam hal dasar dari Reciprocal Frame dan juga dasar kepercayaan orang Kristen. Melalui Metode Perancangan dengan menggunakan  pendekatan Tematik, Tipologi dan juga analisis tapak maka dihasilkanlah sebuah konsep desain seperti yang ada pada hasil perancangan Hal yang paling sulit adalah mengaplikasikan konsep ini ke dalam sebuah gambar kerja, karena tema ini merupakan tema yang berkaitan dengan struktur maka perlu perhitungan yang akurat dan juga banyak detail sambungan kayu yang harus digambar dengan sangat presisi. Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki maka jadilah sebuah konsep Gereja seperti yang ada pada hasil perancangan di atas. Kata kunci: Reciprocal Frame, Gereja, Kristen
PLANETARIUM DAN OBSERVATORIUM DI MANADO. “ KONSEPSI TATA SURYA DALAM GUBAHAN BENTUK DAN RUANG ARSITEKTURAL ” Estherlita, Kawinda T.; Gosal, Pierre H.; Karongkong, Hendriek H.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 6, No 1 (2017): Volume 6 No.1 Mei 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Planetarium dan Observatorium berperan penting dalam tingkat kemajuan ilmu pengetahuan di bidang astronomi. Planetarium merupakan tempat memperagakan simulasi pergerakan susunan bintang dan benda-benda langit. Sementara itu Observatorium adalah  tempat yang dilengkapi perlengkapan untuk melihat dan mengamati langit. Kedua objek ini dapat menjadi suatu tujuan wisata rekreasi dan bersifat edukatif. Dalam penerapannya pada desain, suatu konsep tata surya memperhatikan teori pembentukan yang ada pada tata surya, konsep sirkulasi, massa bangunan, tekstur, warna, simpangan dan ukuran dari bentuk yang mengilhami suatu konsep. Minat akan astronomi di kota Manado semakin pesat dan berkembang tapi tidak diimbangi pengatahuan dan fasilitas yang mendukung perkembangan astronomi di daerah ini. Dengan hadirnya Planetarium dan observatorium ini dapat menjadi ikon yang berperan besar dalam merangsang peningkatan sektor pariwisata daerah Manado dan sekitarnya serta menjadi daya tarik masyarakat dalam melepas kepenatan terhadap aktivitas sehari-hari. Kata Kunci : Planetarium, Observatorium, Tata Surya
MERAUKE SHOPPING CENTER “METAFORA MUSAMUS” A, Andriyawan; Siregar, Frits O. P.; Gosal, Pierre H.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 2 (2015): Volume 4 No.2 November 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Merauke merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Papua yang terletak di bagian Selatan Provinsi Papua. Dengan luas wilayah dan  kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ketahun memiliki tantangan terbesar pada pembangunan ekonomi yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sangat mendukung apabila kota Merauke mempunyai shopping center komunitas  yaitu shopping center berskala pelayanan kota dalam radius 4 mil untuk melayani 40.000-150.000 penduduk dengan luas area sekitar 9.290 – 23.225 m2 (Joseph de Chiara and John Hancock Callender,1973) sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin bertambah. Perancangan Merauke Shopping Center dengan tema Metafora Musamus merupakan rancangan pusat perbelanjaan dengan mengimplementasikan bentuk, sifat, dan karakteristik Musamus pada suatu rancangan arsitektural, yang berdasarkan pada konsep perancangan tapak, bangunan, sirkulasi, sistem struktur, utilitas dan ruang luar, sehingga menghasilkan suatu rancangan arsitektur shopping center yang berorientasi pada kebutuhan akan pusat perbelanjaan dimasa sekarang maupun yang akan datang. Dengan menghadirkan suatu rancangan Shopping Center dapat menjadi sarana dan fasilitas yang menunjang kegiatan perekonomian di Kabupaten Merauke. Hal ini membuat Merauke Shopping Center bukan hanya sebagai wadah untuk sekedar berbelanja, akan tetapi juga bisa untuk tempat rekreasi, hiburan, bermain, dan melakukan kegiatan lainnya, untuk mewadahi interaksi sosial dan aktivitas ekonomi masyarakat secara umum melalui pendekatan desain bangunan yang mampu mengangkat dan melestarikan budaya masyarakat sekitar dengan menerapkan konsep metafora Musamus pada bangunan. Kata kunci: Merauke, Ekonomi, Shopping Center.
RE-DESIGN KAWASAN DESTINASI WISATA SUMARU ENDO “WATERFRONT ARCHITECTURE dengan IMPLEMENTASI NATURAL DESAIN” Makarau, Vicka A. F.; Gosal, Pierre H.; Tungka, Aristotulus E.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 6, No 1 (2017): Volume 6 No.1 Mei 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKWilayah Sulawesi Utara kaya akan sumber daya alamnya dan kepariwisataan sebagai Industri goods and Service (barang dan jasa) potensial didalamnya mendukung kemajuan suatu daerah dalam bidang ekonomi. Sumaru Endo merupakan salah satu objek wisata dan tempat rekreasi yang berada di Sulawesi Utara. Adapun sarana penunjang yang terdapat didalam fasilitas ini berupa akomodasi penginapan dan rekreasi air yang mampu menarik perhatian para wisatawan untuk datang berkunjung. Dalam meredesign Kawasan Destinasi Wisata Sumaru Endo memakai pendekatan Tematik WaterFront Architecture dengan implementasi Natural Desain yang memberi identitas tersendiri dalam bidang Pariwisata dan juga menghadirkan suatu bentuk Arsitektur yang maksimal, tidak hanya kualitas tetapi juga kuantitas. Dalam redesain ini pula dituntut mampu mengoptimalkan perkembangan daerah di Minahasa khususnya dalam sektor pariwisata dalam upaya meningkatkan Visiters di Sulawesi Utara. Kata kunci :  Kawasan Destinasi Wisata Sumaru Endo, Redesain, WaterFront Architecture, Natural Desain.
ARSITEKTUR TROPIS LEMBAB Rondonuwu, Violetta V.; Gosal, Pierre Holy
MEDIA MATRASAIN Vol 8, No 2 (2011)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSebagian besar kota di Indonesia dirancang tanpa memperhatikan beberapa aspek seperti suhu udara dan kelembaban relatif. Akibatnya manusia yang tinggal dalam bangunan tersebut merasa tidak nyaman untuk melakukan aktivitas kesehariannya. Tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis berbagai aspek yakni iklim, lingkungan, dan perancang, yang berkaitan dengan perancangan yang terjadi di Indonesia. Beberapa strategi pemecahan problematik dari aspek tersebut akan dikemukakan dalam penulisan ini.Kata kunci : iklim, kota, lingkungan, perancang.
APLIKASI BIOETANOL SEBAGAI HASIL FERMENTASI NIRA AREN UNTUK PENERANGAN RUMAH TINGGAL PEDESAAN DI MINAHASA TENGGARA Wahongan, Chindy R.S.; Gosal, Pierre Holy
MEDIA MATRASAIN Vol 10, No 3 (2013)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Setiap bangunan menghasilkan dan membutuhkan energy. Energy diperlukan oleh bangunan untuk dapat menjalankan fungsinya secara maksimal. Mulai dari bangunan yang berskala besar sampai bangunan yang berskala kecil seperti rumah tinggal juga menggunakan energy dalam rangka memaksimalkan fungsinya sebagai tempat manusia melakukan aktifitas. Sayangnya, keberadaan energy saat ini sudah semakin berkurang. Peningkatan kebutuhan akan energy yang terus menerus bertambah tidak sebanding dengan ketersediaan energy yang semakin lama semakin habis karena energy yang ada saat ini tidak dapat diperbaharui (unrenewable). Keadaan ini menuntut adanya tindakan penghematan energy seperti memanfaatkan sumber energy terbarukan salah satunya adalah biomassa yang dalam produksinya menggunakan bahan – bahan dari alam yang otomatis dapat diperbaharui (renewable) dan dapat digunakan secara terus menerus tanpa khawatir akan habis suatu hari nanti.Penerapan bioetanol salah satu hasil pengolahan biomassa dengan menggunakan bahan baku dari alam yaitu pohon aren yang memiliki potensi sebagai salah satu tanaman penghasil bioetanol yang keberadaannya cukup potensial, serta daya produksi yang lebih tinggi dibanding tanaman penghasil etanol lainnya, menjadikan tanaman aren sebagai bahan baku yang layak digunakan dalam memproduksi etanol yang nantinya dapat digunakan sebagai penghasil energy listrik untuk penerangan pada rumah tinggal khususnya di daerah Minahasa Tenggara.Kata kunci : energy terbarukan, bioetanol dari aren,listrik untuk penerangan,rumah tinggal
MANADO MUSIC CENTER. Matafora Arsitektur Kolanus, Marchall; Mononimbar, Windy; Gosal, Pierre H.
MEDIA MATRASAIN Vol 15, No 2 (2018)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seiring dengan berkembangnya dunia musik dan bertambahnya pelaku musik dewasa ini, maka tempat-tempat berkumpul para musisi tersebut mulai bermunculan. Fasilitas umum seperti taman maupun kafe menjadi pilihan tempat berkumpul, sehingga perlu membuat sebuah wadah khusus bagi para pelaku musik tersebut melakukan aktifitasnya seperti berlatih maupun sekedar berkumpul bersama para musisi lainnya. Kota Manado cukup banyak  melaksanakan kegiatan musik yang diadakan mulai dari skala kecil sampai skala besar, regional hingga nasional. Kegiatan musik tersebut tentunya membutuhkan tempat yang dapat mewadahi secara maksimal, maka dari itu Music Center sangat dibutuhkan.  Tema Metafora Arsitektur pada perancangan Manado Music Center dipilih dengan tujuan menerapkan konsep tersebut ke semua bagian bangunan. Kebutuhan akan fasilitas yang lengkap dan memadai dalam aktifitas pelaku musik tersebut menjadi dasar dari pemilihan judul Tugas Akhir ini. Kata Kunci : Music Center, Metafora Arsitektur
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT MINAHASA MEMBANGUN RUMAH TINGGAL YANG HIJAU DAN NYAMAN Gosal, Pierre Holy
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 3 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Minahasa menempati rumah dalam berbagai bentuk dan jenis. Seiring perjalanan waktu, dan dengan semakin majunya teknologi terutama dalam teknologi informatika telah merembet jauh dalam pemikiran manusia sampai pada cara-cara membangun rumah baik model, penggunaan material dan cara membangun.  Sesungguhnya Masyarakat Minahasa memiliki kearifan dalam membangun rumah tinggal. Kearifan lokal ini pernah penurunan dijaman kolonial karena kesalah persepsi terhadap budaya Eropa, tetapi sekarang telah mulai menguat kembali serta tumbuh dan berkembang. Hal ini dibuktikan dengan kembali semakin digemarinya Rumah Kayu Minahasa dan produksinya meningkat pesat dalam 5 tahun terakhir ini. Rumah kayu saat ini tidak lagi dianggap bangunan nomor 2 sesudah rumah beton tetapi rumah ini dilihat sangat seksi dan eksotik bila dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Kata kunci: kearifan lokal, minahasa, tradisional, rumah kayu, kenyamanan
KAJIAN KOTA KOTAMOBAGU MENUJU KOTA LAYAK HUNI (LIVABLE CITY) Makalalag, Andi; Gosal, Pierre H.; Hanny, Poli
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebuah kota yang baik haruslah memberikan kenyamanan bagi penduduk yang tinggal didalamnya. Konsep kota yang nyaman untuk ditinggali ini dikenal dengan konsep Livable City. Peningkatan penduduk yang bermukim di kota Kotamobagu tentu akan semakin menambah kebutuhan akan ruang untuk pemenuhan kebutuhan penduduk yang semakin meningkat dan beragam. Berbagai macam aktivitas penduduk juga akan memberikan pengaruh pada perubahan kondisi lingkungan hidup. Hal ini berlaku pada lingkungan fisik, biotik, sosial, ekonomi, dan infrastruktur, sehingga tidak efisiennya tata kelola perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi kota Kotamobagu sebagai kota layak huni (Livable City) berdasrkan kriteria Ikatan Ahli Perencana (IAP). Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif dengan analisis kuantitatif. Metode pengambilan data adalah observasi, wawancara, kuesioner dan jumlah populasi 2.673 sebagai sampel penelitian. Analisis dilakukan dengan berdasarkan pada 25 kriteria pokok. 15 kriteria memiliki kesesuaian yang kurang mendukung kondisi kota layak huni, 10 kriteria memiliki kesesuain dengan konsep Livable City, sesuai dengan kondisi di lapangan. Hal ini mendukung kota layak huni yaitu : informasi pelayanan publik, interaksi antar hubungan penduduk, tingkat kriminalitas, kualitas jaringan telekomunikasi, kualitas fasilitas air bersih, kualitas fasilitas pendidikan, kondisi jalan, ketersediaan angkutan umum, kualitas kebersihan lingkungan dan jumlah ruang terbuka.Kata Kunci: Livable City, IAP, Kriteria, Kotamobagu
Co-Authors . Suryono Adhitiah M. Amu Agnes V. Basuki Alvin J. Tinangon Andriyawan A, Andriyawan Andy Malik Angga A. A. Wonggo Aristotulus E. Tungka Aristotulus E. Tungka, Aristotulus E. Astrid P. Suot Bianca Y. Rawung Cheren K. Wattimena Chindy R.S. Wahongan Christ T. Tanmaela Christian F. Lumi, Christian F. Cindy P. Lengkong Claudio A. A. Laatung Cynthia E. V. Wuisang Cynthia V. Sondakh Dedi Harianto Dwight M. Rondonuwu Elza Y. Landimuru Erikson B. Polii Esli D. Takumansang Estherlita, Kawinda T. Fela Warouw Frits O. P. Siregar Frits O. P. Siregar Frits O.P. Siregar Hanna V. Timporok Haribulan, Renhard Hendriek H. Karongkong Henni D. Walangitan Henricho Dirganeri Ira Pabunnak Jeniffer G. Tumober Jivisc Mamengko Johana C. Siliwire Johanes Van Rate Julianus A. R. Sondakh Kevin A. Piring Kolanus, Marchall Korompu, Febrian F. Macarau, Eunike F. Mahendra P. P. Sulistyo Makalalag, Andi Makarau, Vicka A. F. Manabung, Patrick I. I. Mariana E. Sigarlaki Masinambow, Billy W. L. Meliza Mamangkey, Meliza Monica D. Sakul Natan, Selfi Octavianus H.A. Rogi Patricia M. Titaheluw Poli Hanny, Poli Preyshe F. A. Kawung Prof. Sangkertadi Rachmat Prijadi Raymond Ch. Tarore Raymond D. Ch. Tarore Reksy Ch. Sambuaga Renny Dalimbua Richard F. Tangka Rieneke L. E. Sela Riza S. E. Suot Rorong, Yolanda O. Sonny Tilaar Sonny Tilaar Stenly A Lumowa Steven Lintong Tuhehay, Krisandi Valentino S. Poluan Verent F. Tigauw Veronica A. Kumurur Vicky H. Makarau Vicky Makarau, Vicky Violetta V. Rondonuwu Windy J. Mononimbar Windy Mononimbar Zainal H. Pandjab