Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Literatus

Kompetensi Akademik dan Tingkat Kecemasan Mahasiswa selama Praktikum Klinis Keperawatan Jiwa Ellen Padaunan; Grace Fresania Kaparang; Mutiara Wahyuni Manoppo
LITERATUS Vol 4 No 3 (2022): Pergeseran Sosial, Budaya, dan Hukum dalam Menghadapi Era Society 5.0
Publisher : Neolectura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37010/lit.v4i3.999

Abstract

Praktik klinik dimaksudkan untuk mengekspos mahasiswa kepada kasus nyata di lapangan, sehingga mencapai keterampilan klinis yang siap kerja saat tamat. Namun, dalam menghadapi kasus nyata yang menuntut tingkat kesalahan yang rendah karena dilakukan langsung pada manusia dapat mengakibatkan kecemasan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan dengan tingkat kecemasan mereka saat menghadapi praktek klinik keperawatan jiwa di rumah sakit jiwa. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi yang diikuti 91 orang mahasiswa dari teknik convenience sampling. Pengambilan data untuk kompetensi akademik diambil dari nilai akhir keperawatan jiwa, sedangkan penilaian tingkat kecemasan adalah dengan menggunakan kuesioner DASS 42 yang hanya di bagian kecemasan saja. Data analisis univariat menunjukkan semua partisipan (100%) adalah kompeten secara akademik diukur dari hasil kelulusan sesuai standar Universitas. Sedangkan untuk kecemasan, mayoritas responden (n=29, 31,9%) mengalami cemas berat, diikuti oleh 24 responden (26,4%) yang mengalami kepanikan dan 24 responden lainnya (26,4%) mengalami cemas berat. Berikutnya, analisis data menggunakan uji Spearman Rank menunjukkan nilai p=0.318 (>.05) yang mengimplikasikan bahwa tidak hubungan antara kompetensi akademik dengan tingkat kecemasan mahasiswa dalam praktikum klinik keperawatan jiwa. Rekomendasi bagi institusi untuk dapat memperhatikan kondisi mahasiswa karena terlihat ada yang merasa panik dan cemas berat, sedangkan bagi para responden yang mengalami kecemasan dapat mencari solusi dan mengomunikasikannya pada dosen pembimbing.
Kurang Tidur Perawat dan Keselamatan Pasien: Apakah kita mempraktikkan apa yang kita khotbahkan? Grace Fresania Kaparang; Mutiara Wahyuni Manoppo
LITERATUS Vol 4 No 3 (2022): Pergeseran Sosial, Budaya, dan Hukum dalam Menghadapi Era Society 5.0
Publisher : Neolectura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37010/lit.v4i3.1001

Abstract

Perawat akan selalu dibutuhkan 24/7/365 dan studi yang terdokumentasi dengan baik di seluruh dunia telah menemukan hal serupa: perawat kurang tidur. Terlepas dari fakta yang diketahui bahwa tidur memiliki efek merugikan pada kesehatan dan kinerja perawat, bahwa gangguan tidur dapat mengurangi efisiensi dan produktivitas perawat, sehingga pada akhirnya membahayakan keselamatan pasien, urgensi dalam menjadikan tidur sebagai prioritas bagi perawat. secara individual, dan untuk mendesak para pembuat kebijakan untuk memasukkan ini dalam kebijakan tertulis belum dipertimbangkan. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau literatur terbaru (2011-2020) dengan metode tinjauan literatur naratif melalui analisis tematik dari konten tentang masalah tidur dalam keperawatan dan rekomendasi untuk mengatasi masalah tersebut. Dua belas literatur terkait ditemukan, dan tiga tema rekomendasi praktis disajikan. Rekomendasi ditujukan terlebih dahulu kepada perawat secara individu untuk “mempraktikkan apa yang diajarkan” ditambah dengan beberapa intervensi yang mungkin dilakukan sebagai upaya individu, kemudian dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, khususnya di rumah sakit atau institusi kesehatan lainnya yang kebijakan tentang jadwal kerja serta tidur siang. harus ditulis dengan baik demi keselamatan perawat dan pasien. Dalam upaya institusional, pendidik keperawatan di tingkat akademik keperawatan juga dapat berkontribusi dengan mendidik mahasiswa untuk mempersiapkan mereka dalam kondisi kerja nyata, dan ini juga dicapai dengan menjadi teladan bagi mereka, karena tindakan selalu berbicara lebih keras daripada kata-kata. Terakhir, pemerintah di Indonesia juga telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan perawat sebagai bagian dari penyuluh pola hidup sehat dengan membagikan pamflet GERMAS, sehingga para perawat terpacu dengan pengajarannya sendiri..