Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Makna Simbolik Lagu Boru Panggoaran Karya Tagor Tampubolon Emmi Simangunsong; Ance Panggababean; Junita Batubara; Ronald Heriko Saragih; Elvita Purba
Journal on Education Vol 5 No 2 (2023): Journal on Education: Volume 5 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article discusses the song Boru Panggoaran by Tagor Tampubolon which was released in 2016 and popularized by Victor Hutabarat. The theories used in this study are Roland Barthes' semiotic theory for explaining the meaning of songs, Malm and Prier's theory for the study of music analysis. The song Boru Panggoaran is sung in a pop music style. This study uses a qualitative approach. The result of the research is that the Boru Panggoaran song uses two kinds of symbols, namely verbal symbols and nonverbal symbols. Verbal symbols in the form of poetry or song lyrics that contain meaning about parents' hopes for their eldest daughter who will protect and guide them later in their old age. The non-verbal symbols are in the form of beautiful and gentle song elements from a father or mother, which makes the song sound like 'persuading' their eldest daughter to willingly and sincerely look after her with great affection in her old age.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KETRAMPILAN BERNYANYI GENERASI MUDA DI GEREJA HKBP BERASTAGI KABUPATEN KARO Junita Batubara; Jubilezer Sihite; Ken Steven; Ronald Heriko Saragih; Kamaluddin Galingging; Emmi Simangunsong; Ance J. Panggabean; Joseph Sibarani
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2023): Volume 4 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i2.12034

Abstract

Huria Kristen Batak Protestan atau yang biasa disebut dengan HKBP, sebagian besar jemaatnya adalah orang Nasrani yang bersuku Batak. Sampai Sekarang gereja HKBP sudah menyebar luas hingga ke luar negeri. Pada Kesempatan ini, Pengabdian Masyarakat dilaksanakan di Gereja HKBP Berastagi, dimana gereja ini berdiri pada tahun 1940, dengan jumlah anggota jemaatnya sekitar 1424 orang (156 KK). Gereja ini melakukan kebaktian ibadah setiap Minggunya sebanyak dua kali yaitu pada pukul 08.00wib dan pukul 10.00wib. Dilihat dari jumlah jemaatnya, lebih banyak orangtua (lansia) sebagai anggota gereja daripada naposobulung atau disebut muda-mudi gereja. Kemampuan bernyanyi muda-mudinya, bisa dikatakan kurang mampu dikarenakan kurangnya pelatihan bernyanyi khususnya nyanyian dari Buku Ende. Dengan adanya fakta tersebut maka dilakukanlah pelatihan bernyanyi untuk menambah ketrampilan muda-mudi gereja sebagao songlieder. Adapun metode yang digunakan adalah dengan melakukan ceramah dan pelatihan langsung terhadap mereka dengan cara pengenalan frasering, artikulasi, vibrasi, dan intonasi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka pelatih menerapkan bagaimana teknik vokal yang benar dari lagu Buku Ende Nomor 716 “Di Na Mamolus Sandok Ngoluon”di gereja HKBP Berastagi khususnya sebagai seorang song lieder, sehingga mereka mampu menyanyikan lagu tersebut ketika saat ibadah di gereja HKBP Berastagi.