Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Monumentalitas Seni Instalasi Bambu “Getah Getih” Wegig Murwonugroho; Aghastya Wiyoso
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 3 (2020): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v35i3.1036

Abstract

Karya seni instalasi merupakan perpaduan dari berbagai seni rupa yang dipasang dengan maksud sebagai hiasan berdurasi terbatas. Seni instalasi bambu bernama “Getah Getih” yang ditempatkan di seberang Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta merupakan karya Joko Dwi Avianto menurut ide Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Konsep “Getah Getih” diinspirasi oleh sejarah keberanian, dedikasi, dan sifat rela berkorban pasukan kerajaan Hindu Majapahit yang baru mendarat demi kejayaan kerajaan. Konsep bambu yang disusun saling bertautan memiliki makna penyemangat para atlet yang berlaga di Asian Games 2018. Bahan bambu dipilih karena keunikannya di antara bangunan beton bertingkat di Jakarta. Namun, pemaknaan sebuah karya seni tidak bisa lepas dari fenomena yang sedang terjadi pada waktu karya tersebut dibuat. Jalinan bambu menimbulkan kontroversi saat sebagian masyarakat menganggapnya menyimbolkan posisi bersetubuh. Pemilihan bahan baku yang tidak awet juga menuai kritik keras. Pun demikian halnya dengan anggaran besar yang dianggap tidak sesuai dengan nilai fungsi karya seni. Maka, ekspektasi publik Jakarta untuk seni instalasi yang elegan, modern, dan bertahan lama tidak terpenuhi. “Getah Getih” lantas dianggap sebagai pencitraan politik Anies belaka. Esensi kekecewaan terhadap “Getah Getih” bersumber dari tuntutan hadirnya kemonumentalan seni yang dipajang di ruang publik. Indikator kemonumentalan dilekatkan pada seni instalasi yang bersifat temporer. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan fenomenologi. Paradigma penilaian kemonumentalan dilihat dari wilayah ide/gagasan, ekspresi, komunikasi, dan apresiasi pewacanaan. Dari analisis ditemukan bahwa seni instalasi patung “Getah Getih” yang diharapkan tidak monumental justru mencapai titik kemonumentalannya karena adanya kebaruan berupa unsur tak beraga yaitu pewacanaan melalui media sosial dan keterlibatan opini publik menerima atau menolak kehadirannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemonumentalan sebuah seni instalasi tidak sengaja dapat terbagun apabila diletakkan pada ruang sentral sebuah kota, banyak diakses publik secara langsung, dan ketepatan waktu ketika seni dijadikan komoditas yang dipertentangkan antar kubu politik.
IMPLEMENTASI GAYA DAN TEMA KONTEKSTUAL DALAM PERANCANGAN INTERIOR ERA PASCA MODERN Aghastya Wiyoso
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 4 No. 2 (2007)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1877.35 KB) | DOI: 10.25105/dim.v4i2.1239

Abstract

AbstractDesign is still growing relatively as a new discipline. Now Design has already left its old paradigm, as an ornament embellishment of the product or space, to gain a new responsibility to solve advanced and complex needs of humankind behind a designed object. This change, also in the field of inten~or design, acted its design process which must combine both aesthetical and rational ability. Design concept, included a theme in it, is one important step of the design process and play a role as a problem solving anticipation that can direct the whole design process to the right goal or criteria which already stated in early phase. Styles must response physically the theme establls"lzed before. In the age of pluralism with a more complex growlh of space categories and thetr~ requirements, determim'ng themes creatively and recombim"ng and recontextualizing styles are needed to achieve a close relationship between space structures and their meam'ng or content.Ke ywords . design, interior design, design concept, implementation theme and style AbstrakDesain kini terus berkembang sebagai disiplin ilmu yang relatif baru. Hingga saat ini desain telah meninggalkan paradigma lama sebagai suatu penghias dan ruang atau produk untuk memperoleh suatu peran baru, yaitu memecahkan masalah kebutuhan manusia yang kian kompleks yang berada di bank suatu obyek desain. Perubahan ini juga terasa dalam desain interior, pengaruhnya pada proses desain mengkombinasikan kepekaan  estetis dan kemampuan rasional. Konsep desain, termasuk didalamnya tema merupakan salah satu langkah penting dalam proses desain dan memainkan peran sebagai antisipasi pemecahan masalah yang dapat mengarahkan keseluruh
ACHIEVEMENT OF MONUMENTALITY INDICATORS AND PREFERENCES OF TWO GENERATIONS GROUPS ON HISTORICAL MONUMENTS IN JAKARTA Aghastya Wiyoso; Wegig Murwonugroho; Deddy Wahjudi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 6 No. 2 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i2.18879.2022

Abstract

ABSTRACT Monumentality is the quality of buildings and monuments, the achievements of which help shape the identity of the place they exist. As a landmark, the object is indicated monumental through several potentials it has. One historical monument in Jakarta, the National Monument (Monas), which have an important historical record in the development of Jakarta City during the Soekarno’s era and has survived to this day, is significant to study how to fulfill their monumentality indicators not only to strengthen and build public perception of their monumental achievements but also to support strategic plans that can be carried out in the future. The research applies a combined method; qualitative and quantitative approaches. Qualitative research was carried out with theoretical testing regarding the fulfillment of the old and new monumentality indicators on this monument, strengthened through interviews with experts. Quantitative research was conducted to measure the preferences of respondents who were categorized as millennial and pre-millennial groups towards the object of research based on their recall potential or memorability. The potential for remembrance was chosen because it is the perennial essence of monumentality. The results of the study show that the achievement of indicators of monumentality and respondent's preference for the research object, the highest is occupied by Monas, surpasses the achievements of other monuments within the same category and is also well recognized by the Millenials, not much different from the older generation (pre millenial).   There are several points of monumentality indicators that have not been met, especially from the new paradigm, but looking at the facts of the overall achievements of Monas, it can be affirmed that the indications of devaluation of monuments that fail to respond to the needs of their time and society are not proven.      Â