Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN CROSPOVIDONE DALAM PEMBUATAN TABLET ORALLY DISINTEGRATING TABLET LORATADIN SECARA GRANULASI BASAH DAN KEMPA LANGSUNG Wulan Anggraeni; Nira Purnamasari; Fikri Alatas; Hestiary Ratih; Rachmadian Aulia Fitri
Pharmacoscript Vol. 6 No. 1 (2023): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v6i1.1188

Abstract

Sediaan Orally Disintegrating Tablet (ODT) merupakan sistem penghantaran obat dengan disintegrasi yang cepat dalam waktu kurang dari 60 detik. ODT umumnya menggunakan bahan penghancur yang dapat mempercepat hancurnya tablet dalam rongga mulut tanpa melalui proses pembentukan gel, antara lain crospovidone. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan crospovidone dalam pembuatan ODT loratadin dengan metode granulasi basah dan kempa langsung terhadap sifat fisik tablet, seperti kerapuhan, kekerasan, waktu pembasahan, waktu hancur serta profil disolusi tablet. Penambahan crospovidone dengan metode granulasi basah dilakukan secara intragranular dan ekstragranular. Secara intragranular crospovidone dicampurkan dengan eksipien lain untuk membentuk granul, sedangkan secara ekstragranular, crospovidone dicampurkan dengan granul kering. Berbeda dengan metode granulasi basah, pada metode kempa langsung, crospovidone dicampurkan langsung dengan bahan-bahan lainnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan crospovidone dalam pembuatan ODT loratadin secara intragranular, ekstragranular dan kempa langsung mempengaruhi sifat fisik tablet seperti kerapuhan, kekerasan, waktu pembasahan, waktu hancur serta profil disolusi tablet. Penambahan crospovidone secara kempa langsung merupakan metode yang paling efektif dalam menghasilkan Orally Disintegrating Tablet loratadine dengan waktu hancur yang paling singkat yaitu 57 detik.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PENYAKIT DEGENERATIF DI POLIKLINIK SPESIALIS RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Pudjiastuti Kartidjo; Ririn Puspadewi; Titta Sutarna; Nira Purnamasari
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v2i1.10

Abstract

Telah dilakukan penelitian evaluasi penggunaan obat penyakit degeneratif di Poliklinik Spesialis Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung, dengan tujuan untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat yang diresepkan dan digunakan untuk kasus penyakit degeneratif yaitu penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2. Metode penelitian meliputi penelusuran pustaka, penetapan kriteria pasien dan kriteria obat, penyusunan kriteria penggunaan obat untuk penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2, pengumpulan data, serta analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Data diambil secara retrospektif dari data Instalasi Farmasi  dan  data rekaman medik selama periode 14 Januari sampai dengan 31 Mei 2013. Analisa kuantitatif dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan obat oleh pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, diagnosis, golongan obat, dan bentuk sediaan. Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui ketepatan indikasi, dosis, aturan pakai, lama pengobatan; kejadian duplikasi, efek samping obat dan interaksi obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua obat Anti Diabetes Mellitus yang digunakan tepat indikasi, terdapat 1 kasus yang kurang dosis, dan terdapat 4  aturan pakai yang kurang tepat. Lama pengobatan telah tepat, dan tidak ditemukan kejadian duplikasi pada pemberian obat. Terdapat 33 kejadian interaksi obat yang digolongkan berdasar intensitas interaksi yaitu terdiri dari  3 kejadian interaksi obat serius, 17 signifikan dan 13  minor. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlu selalu dilakukan pengkajian resep lebih mendalam, terutama pada aturan pakai obat dan interaksi obat yang terjadi pada kasus Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan komplikasi dan penyakit penyerta.