Daisy Posumah
Universitas Sam Ratulangi

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Minat Mahasiswa Untuk Masuk Ke Dunia Politik: Studi Perbandingan Antara Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Dan Mahasiswa Lainnya Di Lingkungan Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sam Ratulangi Manado Jillia Wansaga; Agustinus Pati; Daisy Posumah
POLITICO: Jurnal Ilmu Politik Vol. 12 No. 1 (2023): Januari 2023
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini mengidentifikasi dan mengkaji minat mahasiswa untuk masuk ke dunia politik. Penelitian ini, menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini berfokus untuk mengidentifikasi minat antara mahasiswa program studi ilmu politik dan mahasiswa lainnya diluar program studi ilmu politik di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi Manado untuk masuk ke dunia politik. Kajian menggunakan empat indiktator dalam melihat preferensi minat mahasiswa, yaitu (1) Minat Mahasiswa untuk menjadi Akademisi, (2) Minat Mahasiswa untuk menjadi praktisi, (3) Minat mahasiswa untuk menjadi politisi, dan (4) Minat terbesar mahasiswa untuk kedepannya. Temuan penelitian menggambarkan minat mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik sebagian besar adalah untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil, diplomat, Komisi Pemilihan Umum, Non Governmental Organization, Dewan Perwakilan Rakyat, kepala daerah, dan pengajar dikarenakan pekerjaan yang diminati dianggap cocok dengan studi pendidikan mereka sekarang ini. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa untuk masuk ke dunia politik yaitu adanya perasaan senang saat mengetahui pendidikan yang ditempuh bisa membawa kesempatan lapangan kerja sesuai yang diminati. Ada juga faktor motivasi atau dorongan keluarga, faktor kemampuan, faktor material, dan juga faktor lingkungan kerja. Temuan penelitian juga menggambarkan bahwa mahasiswa program studi ilmu politik yang paling meminati dunia politik daripada mahasiswa jurusan lainnya. Kebanyakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi Manado berminat untuk bekerja sebagai praktisi untuk kedepannya, terutama Pegawai Negeri Sipil. Kata kunci : Minat; Mahasiswa; Politik ABSTRACT This research identifies and examines students' interest in entering the world of politics. This study uses a qualitative method. This research focuses on identifying interests between political science study program students and other students outside the political science study program within the Faculty of Social and Political Sciences, University of Sam Ratulangi Manado to enter the world of politics. The study uses four indicators to see student interest preferences, namely (1) Student interest in becoming academics, (2) Student interest in becoming practitioners, (3) Student interest in becoming politicians, and (4) Student interest in the future. The research findings illustrate that most of the students' interest in the Faculty of Social and Political Sciences is to become Civil Servants, diplomats, the General Election Commission, Non-Governmental Organizations, the People's Legislative Assembly, regional heads, and teachers because the jobs they are interested in are considered suitable for their current educational studies. . While the factors that affect students' interest in entering the world of politics are the feeling of pleasure when they know that the education pursued can bring job opportunities according to their interests. There are also motivational factors or family encouragement, ability factors, material factors, and also work environment factors. The research findings also illustrate that political science study program students are most interested in the world of politics than students of other majors. Most students of the Faculty of Social and Political Sciences, University of Sam Ratulangi Manado are interested in working as practitioners in the future, especially civil servants. Keywords: Interest; Student; Political
Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Alfredo Markus Rompas; Agustinus B. Pati; Daisy Posumah
POLITICO: Jurnal Ilmu Politik Vol. 12 No. 1 (2023): Januari 2023
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang partisipasi masyarakat Desa Malola Kecamatan Kemelembuai Kabupaten Minahasa Selatan dalam proses perencanaan pembangunan. Penelitian ini menggunakan metode kualitiatif dengan fokus penelitian pada hal-hal yang berkaitan dengan partisipasi politik masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik dalam perencanaan pembangunan di Desa Malola Kecamatan Kumelembuai. Temuan penelitian menggambarkan partisipasi politik masyarakat dalam perencanaan pembangunan di desa Malola terbukti masih sangat kurang yang di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya kurangnya sosialisasi dari pemerintah desa untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya ikut terlibat dalam pengambilan keputusan perencanaan pembangunan. Selain itu, masih terdapat masyarakat yang bersikap apatis atau tidak peduli sehingga sulit meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan karena waktu mereka digunakan untuk menafkahi keluarga. Penyebab lain adalah faktor ekonomi masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politik. Perencanaan dari atas kebawah (top down planning) masih mendominasi perencanaan pembangunan di tingkat paling bawah atau tingkat desa, sehingga menyebabkan timbul rasa kejenuhan dari masyarakat untuk ikut serta dalam perencanaan pembangunan desa. Selain itu apirasi dari masyarakat desa hanya sedikit yang terakomodir dan sedikit pula yang terealisasi. Kata Kunci: Partisipasi; Perencanaan; Pembangunan ABSTRACT This study examines the participation of the people of Malola Village, Kemelembuai District, South Minahasa Regency in the development planning process. This study uses a qualitative method with a research focus on matters related to people's political participation and the factors that influence political participation in development planning in Malola Village, Kumelembaai District. The research findings illustrate that community political participation in development planning in Malola village is evidently still lacking which is caused by several things including the lack of outreach from the village government to provide an understanding to the community that it is important to be involved in making development planning decisions. In addition, there are still people who are apathetic or indifferent, making it difficult for them to take the time to participate in decision-making because their time is used to provide for their family. Another cause is the economic factors of society which also greatly influence the level of political participation. Planning from the top down (top down planning) still dominates development planning at the lowest level or the village level, causing a feeling of boredom from the community to participate in village development planning. In addition, only a few aspirations from the village community were accommodated and few were realized. Keywords: Participation; Planning; Development
Alat Musik Kolintang Sebagai Instrumen Soft Power Diplomacy Indonesia Nadia Norelle Niode; Daisy Posumah; Franky Rengkung
POLITICO: Jurnal Ilmu Politik Vol. 12 No. 4 (2023): Oktober 2023
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kolintang dikenal sebagai alat musik perkusi bernada dari kayu yang berasal dari daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Alat musik Kolintang yang dimainkan bersama-sama dan menghasilkan nada harmonis memiliki nilai filosofis budaya kehidupan berkelompok suku Minahasa yang diperkuat oleh gotong-royong, kekeluargaan, dan keselarasan untuk hidup bersama. Dengan menggunakan metode kualitatif penelitian ini mengkaji bagaimana upaya pemerintah Indonesia untuk menjadikan alat musik kolintang agar bisa menjadi alat soft diplomacy. Temuan penelitian mengambarkan bahwa telah banyak upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia unutk menjadikan Kolintang sebagai alat diplomasi diantaranya adalah dengan melakukan festival, pagelaran musik Kolintang, dan pengiriman tim kesenian ke luar daerah dan ke luar negeri. Selain itu pemerintah juga gencar melakukan promosi melalui kedutaan besar Republik Indonesia di beberapa negara seperti; Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Australia, Singapura, Taiwan, Hongkong, Austria, Suriah, Lebanon, dan Jordania. Selain itu juga sebagai bentuk sosialisasi Kolintang di luar negeri dilakukan dengan mendatangkan grup Kolintang dari tanah air untuk tampil dalam acara tertentu, misalnya festival seni budaya internasional sebagai media sosialiasi dan pertukaran seni budaya antar negara, dan ada pula yang mendatangkan pelatih untuk pengembangan kolintang di negara tersebut, atau hanya instrumen kolintang yang dikirim karena sudah ada pemain terlatih di negara tersebut sebagai bagian dari upaya pelestarian kolintang. Khusus di Kantor KBRI atau Konsulat Jenderal dijadikan sebagai etalase seni budaya Indonesia di negara-negara yang memiliki instrumen Kolintang. Dalam perkembangnanya alat musik Kolintang dapat menjadi instrumen soft power diplomacy karena dapat memperkenalkan jenis kebudayaan, dan budaya yang meliputi cara hidup, pola pikir, kebiasaan sehari-hari, serta cara berinteraksi. Tujuannya agar masyarakat internasional mengetahui tentang nilai-nilai Indonesia dan memiliki keinginan untuk datang ke Indonesia. Terlebih lagi, salah satu pemasukan utama Indonesia adalah dari sektor pariwisata. Kata Kunci: Alat Musik Kolintang; Soft Power Diplomacy ABSTRACT Kolintang is known as a wooden percussion instrument originating from the Minahasa area, North Sulawesi. The Kolintang musical instrument, which is played together and produces a harmonious tone, has a philosophical value to the culture of life in Minahasa ethnic groups which is strengthened by mutual cooperation, kinship, and harmony to live together. Using a qualitative method, this research examines how the Indonesian government's efforts to make the kolintang musical instrument a soft diplomacy tool. The research findings illustrate that the Indonesian government has made many efforts to make Kolintang a diplomatic tool, including holding festivals, performing Kolintang music, and sending art teams to outside regions and abroad. In addition, the government is also actively promoting through the embassies of the Republic of Indonesia in several countries such as; United States, Canada, Germany, Australia, Singapore, Taiwan, Hong Kong, Austria, Syria, Lebanon and Jordan. Apart from that, as a form of socialization of Kolintang abroad, it is carried out by inviting Kolintang groups from Indonesia to appear in certain events, for example international art and culture festivals as a medium for socializing and exchanging cultural arts between countries, and some are bringing in trainers for the development of kolintang in other countries. or only the kolintang instruments were sent because there are already trained players in the country as part of efforts to preserve the kolintang. Especially at the Indonesian Embassy or Consulate General Office, it is used as a showcase for Indonesian cultural arts in countries that have the Kolintang instrument. In its development, the Kolintang musical instrument can become an instrument of soft power diplomacy because it can introduce types of culture, and culture which includes ways of life, mindsets, daily habits, and ways of interacting. The goal is for the international community to know about Indonesian values and have the desire to come to Indonesia. What's more, one of Indonesia's main income is from the tourism sector. Keywords: Kolintang Musical Instruments; Soft Power Diplomacy
Peran Elit Politik Dalam Penyelesaian Konflik Tapal Batas Antar Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Arhandi Tatemba; Daisy Posumah; Franky R.D. Rengkung
POLITICO: Jurnal Ilmu Politik Vol. 12 No. 4 (2023): Oktober 2023
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konflik tapal batas yang terjadi di dua kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara yaitu antara Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) disebabkan karena dua daerah kabupaten tersebut saling mengklaim wilayah yang berada di lokasi tambang emas PT. JResousrces Bakan Gold Mining Bolaang Mongondow. Kabupeten Bolaang Mongondow berpendapat wilayahnya telah digeser kurang lebih 4 meter kali 30 km didalam wilayah aktivitas tambang. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini akan mengkaji bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyelesaian konflik yang terjadi khususnya peran dari para elite politik. Untuk teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan informan, observasi ke lokasi penelitian dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa dalam penyelesaian konflik tersebut kedua pihak masih menunggu hasil keputusan dari menteri dalam negeri. Dalam upaya penyelesaian masalah tapal batas yang dilakukan Pemerintah Bolaang Mongondow Selatan tetap berpedoman pada kemendagri tentang penetapan batas daerah yaitu peraturan kemendagri nomor 76 tahun 2012, dan kemudian diubah melalui permendagri nomor 141 tahun 2017, yang mana kewenangan memfasilitasi batas daerah dalam provinsi adalah Gubernur dan kemudian apabila tidak bersepakat perselisihan ini diambil ahli oleh Presiden dalam hal ini menteri dalam negeri. Kata Kunci: Peran; Elit Politik; Konflik Tapal Batas ABSTRACT The boundary conflict that occurred in two districts in North Sulawesi Province, namely between Bolaang Mongondow (Bolmong) Regency and South Bolaang Mongondow (Bolsel) Regency, was caused by the two districts claiming each other for the area located at the PT gold mine location. JResousrces Bakan Gold Mining Bolaang Mongondow. Bolaang Mongondow Regency believes that its area has been shifted approximately 4 meters by 30 km within the mining activity area. By using qualitative research methods with a descriptive qualitative approach, this research will examine how efforts are made to resolve conflicts that occur, especially the role of political elites. Data collection techniques in this research were carried out through interviews with informants, observations at the research location and documentation. Based on the results of the research conducted, it shows that in resolving the conflict both parties are still waiting for the results of the decision from the Minister of Home Affairs. In an effort to resolve the boundary problem carried out by the South Bolaang Mongondow Government, it continues to be guided by the Ministry of Home Affairs regarding the determination of regional boundaries, namely Ministry of Home Affairs regulation number 76 of 2012, and then amended through Minister of Home Affairs Regulation number 141 of 2017, where the authority to facilitate regional boundaries within the province is the Governor and then If there is no agreement on this dispute, an expert will be taken by the President, in this case the Minister of Home Affairs. Keywords: Role; Political Elite; Boundary Conflict
Implikasi Film Sexy Killers Terhadap Persepsi Mahasiswa Program Studi Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi Tentang Pemerintahan Presiden Joko Widodo Enjel Endekan; Ventje Tamowangkay; Daisy Posumah
POLITICO: Jurnal Ilmu Politik Vol. 12 No. 4 (2023): Oktober 2023
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implikasi Film Sexy Killers terhadap persepsi mahasiswa program studi ilmu politik tentang pemerintahan Presiden Joko Widodo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan Pendekatan kualitatif deskriptif. Untuk terknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah melalui teknik wawancara dengan informan, observasi ke lokasi lapangan dan dokumentasi. Informan diminta mengisi kuisener survey kualitatif melalui aplikasi typeform.com versi trial dari https://typeform.com. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, Sebelum dan sesudah menonton film Sexy Killers, semua mahasiswa meyakini bahwa penambangan batubara di Kalimantan bermasalah terhadap lingkungan hidup dan menimbulkan dampak sosial ekonomi dengan derajat yang berbeda-beda. Temuan lainnya adalah mahasiswa yang sejak awal melihat citra Pemerintahan Presiden Joko Widodo TIDAK BAIK, tidak berubah persepsinya. Namun film Sexy Killers cukup berpengaruh mengubah persepsi terhadap citra Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang semula BAIK dimata sebagian besar mahasiswa, berkurang menjadi separuhnya. Dan sebagian besar lainnya menjadi ragu-ragu dengan menjawab tidak tahu. Kata Kunci : Film Sexy Killers, Persepsi, Mahasiswa, Presiden Joko Widodo ABSRTACT The aims of this study is to find out how the implications of the Sexy Killers Film on the perception of political science study program students about the presidental reign of Joko Widodo. This research uses qualitative methods with a descriptive qualitative approach. The data collection techniques used in this study are through interview techniques with informants, observation to field locations and documentation. Informants are asked to fill out a qualitative survey questionnaire through the trial version of the typeform.com application from https://typeform.com. Based on the results of research that the author has done, Before and after watching the film Sexy Killers, all students believe that coal mining in Kalimantan is problematic for the environment and causes socio-economic impacts to varying degrees. Another finding was students who from the beginning saw the image of President Joko Widodo's Government as NOT GOOD, did not change their perception. However, the film Sexy Killers was influential enough to change the perception of the image of President Joko Widodo's Government, which was originally GOOD in the eyes of most students, reduced to half. And most others become hesitant by answering not knowing. Key words : Sexy Killers Film, Perception, Student, President Joko Widodo