Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Isolation, morphometry, and culture of Colurella sp. (Rotifera: Ploimida) Letsoin, Petrus P; Pangkey, Henneke; Sampekalo, Julius; Rumengan, Inneke F.M; Wullur, Stenly; Rimper, Joice R.S.T.L
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.2.2013.7276

Abstract

The rotifer Brachionus rotundiformis (total body length 240.59±10.24 μm, lorica length 175.28±9.18 μm, and lorica width 124.28±7.76μm) is commonly used as starter food in the larval rearing of marine fish. But, larvae of some marine tropical fish species required starter food with body size smaller than B. rotundiformis. The present study was aimed to isolate minute rotifers from nature and to assess the possibility of culturing these rotifers. Sampling of rotifers was conducted in an estuary of Mangket (Kema-Minut), using plankton net (mesh size 40 µm). A trial of culturing the rotifers was conducted at salinities of 10, 20 and 30 ppt by using a microalga, Nannochloropsis oculata. A species of rotifer identified as Colurella sp. (family Lepadellidae) was successfully isolated from the sampling location. Body size of Colurella sp. was extremely small (Total length 123.22±5.45 μm, lorica length 95.96±3.81 μm, and lorica width 53.57±3.11 μm), which were smaller than Brachionus rotundiformis SS-type as a conventional starter food for marine fish larvae.  Results of culturing the minute rotifer Colurella sp. showed that the species grew well at salinities of 10, 20 and 30 ppt with no significant difference among treatments (ANOVA, p>0.05), indicating a potential use of minute rotifer Colurellasp. as starter food for marine fish larvae. Rotifera Branchionus rotundiformis (ukuran tubuh: panjang total 240,59±10,24 μm, panjang lorika 175,28±9,18 μm, dan lebar lorika 124,28±7,76μm) sering digunakan sebagai pakan awal pemeliharaan larva ikan laut. Namun, larva beberapa spesis ikan laut tropis membutuhkan pakan awal berukuran tubuh lebih kecil dari Branchionus rotundiformis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan minute rotifer dari alam (berukuran tubuh lebih kecil dari B. rotundiformis) dan menguji kemungkinan pemeliharaannya. Sampling rotifer dilakukan di perairan estuari Desa Mangket (Kema-Minut), menggunakan plankton net (ukuran mata jaring 40 µm). Uji coba pemeliharaan dilakukan pada salinitas (10, 20, dan 30 ppt) dengan menggunakan Nannochloropsis oculata. Satu spesies minute rotifer yang teridentifikasi sebagai Colurella sp. (family Lepadellidae) berhasil diisolasi dari lokasi sampling. Colurella sp. memiliki ukuran tubuh sangat kecil (panjang total [PT] 123,22±5,45 µm, panjang lorika [PL] 95,96±3,81 µm, dan lebar lorik [LL] 53,57±3,11 µm) yang mana lebih kecil dari Branchionus rotundiformis tipe-SS sebagai pakan awal larva ikan laut. Hasil uji coba pemeliharaan minute rotifer Colurella sp. menunjukkan bahwa spesis ini dapat tumbuh pada salinitas 10, 20, dan 30 ppt dengan perbedaan kepadatan populasi yang tidak signifikan antar perlakuan (Uji ANOVA, p > 0.05) mengindikasikan potensi pemanfaatan minute rotifer Colurella sp. sebagai pakan awal larva ikan laut.
PKM KELOMPOK TRANSPLANTASI LAMUN DI OHOI DIAN (PKM Seagrass Transplantation Group in Dian Village) Evangelin M.Y. Kadmaer; Erna Almohdar; Petrus P. Letsoin
Ngayah: Majalah Aplikasi IPTEKS Vol. 10 No. 1 (2019): Ngayah: Majalah Aplikasi IPTEKS
Publisher : Forum Layanan IPTEKS Bagi Masyarakat (FLipMAS) Wilayah Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program kemitraan masyarakat tentang transplantasi lamun telah dilaksanakan di Ohoi Dian dari bulan Maret – November 2018 pada 2 kelompok mitra yaitu mitra sinai dan mitra efrata. Tujuan dari kegiatan ini adalah 1). untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat lamun, 2). untuk melatih masyarakat dalam teknik transplantasi lamun dan 3). terbentuknya daerah perlindungan lamun. Kegiatan yang dilakukan adalah berupa penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan dalam bentuk : 1) teori yang disampaikan melalui presentasi, 2) metode diskusi dalam bentuk Focus Group Diskusi (FGD) dan melatih mitra dalam teknik pembuatan frame dan teknik transplantasi lamun, serta 3) persiapan penentuan lokasi donor dan lokasi penanaman, pengambilan bibit lamun, penanaman lamun dan pemantauan melalui demonstrasi/praktek, simulasi dan kunjungan lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan kelompok mitra, baik persiapan penentuan lokasi donor dan lokasi penanaman lamun, pengambilan bibit lamun, penanaman lamun dapat memberikan hasil yang cukup baik, terutama dalam hal peningkatan pengetahuan dan pertumbuhan lamun dengan baik.
Effectiveness of rearing Sandfish, Holothuria scabra and Seaweed, Gracilaria sp. with the Polyculture System Pitjont Tomatala; Petrus P. Letsoin; Evangelin M.Y. Kadmaer
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.23373

Abstract

Sandfish (Holothurai scabra) and seaweed Gracilaria sp are marine commodities that have economic value and have good prospects in the market. These two commodities, if rearing together, will certainly provide added value to farmers. This research aims to determine the potential of sea cucumber polyculture, (H. scabra) and Gracilaria sp. which is maintained in culture. This research was conducted in April - May 2018 in the coastal of Rat village, Southeast Maluku Regency. Sea cucumbers are weighed and stocked on Pen-culture (measuring 4 x 3 meters) with a density of 40 individuals / Pen-culture. Gracilaria seeds are taken from young thallus which are tied into one clump and ditagging. After that, Gracilaria was weighed and spread in Pen-culture of 20 clump / Pen-culture. Observation of growth and survival of sandfish and Gracilaria sp done once a week. At the same time, predator control is carried out on pen-culture and water quality measurements. The results showed that sea cucumbers experienced absolute growth and survival rates of 18.20 g and 92.5% respectively. Gracilaria sp which is maintained does not experience growth, while the percentage of survival of Gracilaria sp is 20%. Based on the results of the research it can be concluded that Polyculture of sandfish, H. scaba and seaweed, Gracilria sp is not effective if Gracilria sp is stocked on the basis of Pen-culture.Keyword : Sandfish, Gracilaria, PolycultureABSTRAKTeripang pasir (Holothurai scabra) dan rumput laut Gracilaria sp merupakan komuditi laut yang bernilai ekonomis dan mempunyai prospek yang baik dipasaran. Kedua komuditi ini, jika dipelihara bersama tentunya akan memberikan nilai tambah bagi pembudidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi polikultur teripang pasir, (H. scabra) dan Gracilaria sp. yang dipelihara pada pen-culture.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2018 di perairan desa Rat, Kabupaten Maluku Tenggara. Teripang pasir ditimbang dan ditebar pada Pen-culture berukuran 4 x 3 meter dengan kepadatan 40 individu/Pen-culture. Bibit Gracilaria diambil dari thallus muda yang diikat menjadi satu rumpun dan ditagging. Setelah itu, Gracilaria ditimbang dan ditebar pada Pen-culture sebanyak 20 rumpun/ Pen-culture.Pengamatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup teripang pasir dan Gracilaria sp. dilakukan  seminggu sekali. Pada waktu yang bersamaan, dilakukan juga pengontrolan predator pada Pen-culture dan pengukuran kualitas air. Hasil penelitian diketahui bahwa teripang mengalami rata-rata pertumbuhan mutlak dan kelangsungan hidup, masing-masing sebesar 18.20 g dan 92.5 %. Gracilaria sp yang dipelihara tidak mengalami pertumbuhan, sedangkan presentase kelangungan hidup Gracilaria sp sebesar 20 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Polikultur teripang pasir, H. scaba dan rumput laut, Gracilria sp tidak efektif jika Gracilria sp ditebar pada dasar Pen-culture. Kata kunci : Teripang pasir, Gracilaria, Polikultur
The Nursery Technique of Juvenile Sandfish, Holothuri scabra Pitjont Tomatala; Petrus Paulus Letsoin; Evangelin Martha Yulia Kadmaer
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 8 No. 1 (2020): ISSUE JANUARY-JUNE 2020
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.8.1.2020.28286

Abstract

Sea cucumbers are an Indonesian fisheries export commodity. Sea cucumber populations that are endangered in nature encourage sea cucumbers to be produced through hatchery and nursery. Through nursery, it is expected that sea cucumber juveniles are stronger and can increase survival rate when stocked in growth containers or restocked. This study aims to provide better sandfish nursery techniques and local area characteristics to support hatchery activities. This study was conducted in May - July 2018 at the Hatchery CV Pesona Manir Rat, Southeast Maluku Regency. Juvenile sandfish 30-36 days old, rearing in hapa measuring 100 x 100 x 70 cm with a density of 200 individuals/hapa. In one tank rearing is placed one hapa. During rearing, 100-150% of water is changed and given one-liter Navicular sp. every day. Aeration was installed 4 points on each hapa and water quality measurement was conducted every day. At the end of the study, body length measurements and mortality calculations were conducted. The result is that sea cucumber juvenile which is maintained has absolute growth ranging from 1.98 to 2.1 cm with an average absolute growth of 2.03 cm. The average mortality obtained was 53.83% with a range of 53% - 55%. Based on the discussion it was concluded that this technique can be applied in sandfish nursery. ABSTRAKTeripang merupakan komuditi eksport perikanan Indonesia. Populasi teripang yang terancam di alam mendorong teripang harus diproduksi melalui pembenihan dan pendederan. Melalui pendederan diharapakan anakan teripang lebih kuat dan dapat bertahan hidup lebih baik ketika ditebar pada wadah pembesaran atau direstoking. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi teknik pendederan teripang pasir yang lebih baik dan berkarakteristik daerah setempat guna menopang kegiatan pembenihan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2018 di Hatchery CV Pesona Manir Rat, Kabupaten Maluku Tenggara. Juvenil teripang pasir berusia 30 – 36 hari, dipelihara pada hapa berukuran 100 x 100 x 70 cm dengan kepadatan 200 individu / hapa. Pada satu bak pemeliharaan ditempatkan satu buah hapa. Selama pemeliharaan dilakukan pergantian air sebanyak 100 – 150 % dan diberikan satu liter Navicular sp. setiap hari. Aerasi dipasang sebanyak 4 titik pada setiap hapa dan dilakukan pengukuran kualitas air setiap hari. Diakhir penelitian, dilakukan pengukuran panjang tubuh dan perhitungan mortalitas. Hasilnya juvenile teripang yang dipelihara mengalami pertumbuhan mutlak berkisar antara 1,98 – 2,1 cm dengan rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 2,03 cm. Mortalitas rata-rata yang diperoleh sebesar 53, 83 % dengan kisaran 53 % - 55 %. Berdasarkan pembahasan disimpulkan bahwa teknik ini dapat diterapkan dalam pendederan teripang pasir. 
Implementasi Teknologi Pendederan Dan Pembesaran Teripang Pasir Pada Kelompok Salterai Pitjont Tomatala; Petrus Paulus Letsoin; Siska Diana Rahakbauw
LOSARI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2022): Vol. 4 No. 2 (2022): Desember 2022
Publisher : LoSaRI Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53860/losari.v4i2.97

Abstract

Teripang pasir, Holothurian scabra merupakan salah satu komuditi laut yang bernilai ekonomis penting. Teripang sering ditangkap dan dijual oleh Kelompok Salterai (Mitra) yang berada di desa Ohoitel, Kota Tual. Mitra juga memelihara (budidaya) teripang jenis ini di desa Taar yang perairannya bersifat tertutup (berteluk). Nilai manfaat yang telah dirasakan memotifasi Mitra untuk mencoba membudidayakan (Pembesaran dan Pembenihan) teripang dengan memanfaatkan kondisi perairan di desa Ohoitel yang bersifat terbuka (tidak berteluk). Keterbatasan pengetahuan mengenai teknik pembuatan wadah budidaya teripang, teknologi pendederan teripang dan manajemen usaha teripang merupakan permasalahan yang dihadapi Mitra. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu mitra menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu penyuluhan, pelatihan dan monitoring. Dari hasil kegiatan diketahui bahwa mitra telah mempunyai ilmu dan keterampilan sehingga mereka mampu membuat wadah budidaya pembesaran dan wadah pendederan teripang dengan baik, mampu mendederkan juvenil teripang dan mitra mampu melakukan manajemen usaha teripang secara baik.