Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Uji Cemaran Mikroba Pada Kosmetik Eye Liner Dengan Metode Alt (Angka Lempeng Total) Muhammad Nizar; Ira Ulfa Yunika
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.784 KB) | DOI: 10.36086/jkpharm.v3i1.893

Abstract

Latar Belakang : Untuk mengetahui angka lempeng total dalam sediaan eye liner yang telah dipakai berulang-ulang. Eye liner merupakan jenis kosmetik yang banyak digunakn dikalangan remaja dan dewasa. Sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, yang sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Untuk mengetahui apakah sifat dan karakteristik eye liner masih dapat diterima, perlu dilakukan uji cemaran mikroba yang terdapat pada kosmetik eye liner dengan metode ALT (Angka Lempeng Total). Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental deskriptif dengan pengujian ALT (Angka Lempeng Total). Hasil : Pada hasil penelitian ini dapat diperoleh angka lempeng total yang tedapat dari nilai terkecil 0 Koloni/ml dan sampai terbesar 2,8 ͯ 103 koloni/ml . Kesimpulan : Sediaan eye liner yang telah dipakai berulang- ulang ada yang memenuhi persyaratan keamanan dan ada yang tidak memenuhi persyaratan keamanan. Abstract Background: To know the total number of plates in eye liner preparations that have been used repeatedly. Eye liner is a type of cosmetics that is widely used among adolescents and adults. A stable cosmetic preparation is a preparation that is still within acceptable limits during the period of storage and use, which is the same characteristics and characteristics as it had when it was made. To determine whether the properties and characteristics of the eye liner are still acceptable, it is necessary to test microbial contamination found in the eye liner cosmetics with the ALT method (Total Plate Number). Method: This type of research is descriptive non-experimental research with ALT testing (Total Plate Number). Results: In the results of this study can be obtained the total number of plates that are available from the smallest value of 0 Colonies / ml and up to the largest 2,8 ͯ 103 colonies / ml. Conclusion: Eye liner preparations that have been used repeatedly have met safety requirements and some do not meet safety requirements.
Uji Aktivitas Antijamur Beberapa Jamu Untuk Pengobatan Keputihan Yang Disebabkan oleh Jamur Candida albicans Muhammad Nizar; Lia Anggraeni
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.521 KB) | DOI: 10.36086/jkpharm.v3i2.1085

Abstract

ABSTRAK Keputihan atau leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina. Keputihan bersifat fisiologis (dalam keadaan normal) dan patologis (karena penyakit). Gejala keputihan fisiologis antara lain cairan dari vagina tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal, jumlah cairan bisa sedikit, bisa banyak. Lalu gejala keputihan patologis antara lain cairan dari vagina keruh dan kental, warna kekuningan, keabuabuan, atau kehijauan, berbau busuk, amis, dan terasa gatal, jumlah cairan banyak. Untuk mengatasi hal tersebut, banyak obat dan jamu yang berkhasiat mengatasi keputihan. Sebab itulah, penulis melakukan penelitian tentang uji aktivitas antijamur beberapa jamu untuk pengobatan keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida Albicans. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antijamur dengan menentukan diameter zona hambat. Jenis penelitian ini adalah penelitian desktiptif yang dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat pada antijamur beberapa jamu untuk pengobatan keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida Albicans. Pengujian aktivitas antijamur dilakukan dengan metode difusi agar yang dibuat dengan berbagai konsentrasi yaitu 50%, 75%, 100%. Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambat pada beberapa jamu yang berkhasiat mengatasi keputihan dengan berbagai konsentrasi, hanya sampel C yang mempunyai zona hambatnya dengan konsentrasi 50%, 75%, 100% yang masing-masing zona hambatnya 14mm; 15,5mm; 18mm. Kontrol negatif aquadest 0mm dan kontrol positif berupa nistatin berdiameter 17mm. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sampel C memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans.
Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Sediaan Krim Antijerawat Mengandung Antibiotik yang Diracik di Apotek Terhadap Aktivitas Antibakteri Staphylococcus aureus Muhammad Nizar; Tedi Tedi; Sarmadi Sarmadi
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.193 KB) | DOI: 10.36086/jpharm.v4i1.1254

Abstract

Abstrak Latar Belakang : Jerawat merupakan penyakit kulit yang umum terjadi, peradangan dapat dipicu oleh bakteri seperti Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. Sediaan antibiotik topikal seperti neomycin, tetrasiklin, klindamisin, dan kloramfenikol cukup berguna untuk kebanyakan pasien dengan kondisi jerawat ringan hingga parah. Antibiotik topikal dapat berupa salep dan krim yang dapat mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh suhu sehingga penyimpanannya harus diperhatikan. Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental karena ada perlakuan terhadap sediaan krim antijerawat racikan yang dipengaruhi suhu dan lama penyimpanan terhadap aktivitas antibakteri dengan cara mengukur diameter zona hambat aktivitas antibakteri. Hasil: Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambat pada sediaan krim antijerawat racikan yang mengandung antibiotik pada penyimpanan hari ke-28 sediaan mengalami penurunan kecuali pada krim A yang mengandung antibiotik klindamisin mengalami kenaikan. Kesimpulan : Adanya pengaruh suhu dan lama penyimpanan sediaan krim antijerawat racikan yang mengandung antibiotik terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus dengan adanya penurunan daya hambat sediaan diakhir penyimpanan. Abstract Background : Acne is a common skin disease, inflammation can be triggered by bacteria like Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, and Staphylococcus aureus. Topical antibiotic preparations such as neomycin, tetracycline, clindamycin, and cloramphenicol are quite useful for most patients with mild to severe acne conditions. Topical antibiotics can be in the form of ointments and creams that can experience changes because they are affected by temperature so that storage must be considered. Method : This type of research is an experimental research because there is a treatment of preparations for anti-acne creams which are influenced by temperature and storage time for antibacterial activity by measuring the diameter of the inhibitory zone of antibacterial activity. Results : Based on the measurement of inhibitory zone diameter on antifungal cream preparations containing antibiotics in storage 28 days the dosage decreased except in cream A which contained antibiotic clindamycin increased. Conclusion : The effect of temperature and storage duration of anti-acne cream preparations containing antibiotics on the inhibitory power of Staphylococcus aureus bacteria with a decrease in dosage inhibition at the end of storage.
Uji Daya Hambat Lendir Bekicot (Achatina fulica) Terhadap Aktivitas Bakteri Mycobacterium tuberculosis dan Staphylococcus aureus Muhammad Nizar; Kirana Aling
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jkpharm.v2i2.1695

Abstract

Pemukiman dengan kondisi tidak memenuhi syarat kesehatan dapat memicu penularan penyakit Tuberkulosis. Peningkatan kasus Tuberkulosis dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian lingkungan. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. Maka dari itu, pengobatan Tuberkulosis dengan bahan alam sangat dicari sebagai alternatif antibiotik. Masyarakat Dinoyo Malang menggunakan Bekicot (Achatina fulica) sebagai obat penyakit pernapasan. Bekicot (Achatina fulica) digunakan sebagai pengobatan Tuberkulosis namun penggunaannya masih menggunakan cara tradisional dan belum terdapat penelitian untuk memastikan kebenarannya. Selain itu, lendir Bekicot (Achatina fulica) juga digunakan sebagai alternatif pengobatan jerawat yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan mengetahui lendir Bekicot (Achatina fulica) pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dapat menghambat aktivitas pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat pada sekeliling cawan petri yang telah ditanam pengenceran lendir Bekicot (Achatina fulica). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lendir Bekicot (Achatina fulica) tidak dapat menghambat aktivitas bakteri Mycobacterium tuberculosis. Namun lendir Bekicot (Achatina fulica) konsentrasi 80% dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. Hal tersebut ditandai dengan adanya zona hambat yang terbentuk pada sekeliling cawan petri. Dapat diambil kesimpulan bahwa, lendir Bekicot (Achatina fulica) tidak dapat digunakan sebagai alternatif untuk penyakit Tuberkulosis dan dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus.