Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Perbandingan Kandungan Phospor Lahan Gambir Setelah Penanaman 30 Tahun Terhadap Lahan Hutan Sekitar Afner, Synthia Ona Guserike; Marta, Andrik; Batubara, Fanny Yuliana
LUMBUNG Vol 17 No 2 (2018): Juli
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.628 KB) | DOI: 10.32530/lumbung.v17i2.39

Abstract

Gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional dari Provinsi Sumatera Barat dan Riau. Tanaman gambir termasuk dalam famili Rubiaceae. Dalam proses budidayanya, tanaman gambir masih dibudidayakan secara tradisional, dan untuk membuka lahan petani masih memakai metode pembakaran. Petani dalam melakukan budidaya gambir lebih mengandalkan kesuburan lahan tanpa melakukan pemupukan, sehingga umur produktifnya hanya 5-6 tahun, karena tanaman sudah tidak subur. Pembakaran lahan memberikan dampak yang sangat besar terhadap ekosistem, salah satunya terhadap kandungan unsur hara. Jenis analisis kimia tanah yang dilakukan meliputi : Analisis sifat kimia: (1) penetapan pH H2O, (2) penetapan P tersedia,(3) Analisis sifat fisika dibatasi hanya Tekstur saja.Pembakaran dapat menghilangkan komponen air dan organik dari bahan tumbuhan (serasah, tegakan) dan meninggalkan sisa berupa bahan endapan yang disebut abu. abu dikatakan mengandung konsentrat hara yang kaya Ca, Mg, K, dan P yang bersifat mobile. Dalam keadaan normal, unsur-unsur hara dalam tumbuhan yang semula berasal dari tanah dibebaskan secara berangsur-angsur oleh proses dekomposisi biologi dan masuk kembali ke dalam tanah.  Dengan metode tebang-bakar lahan yang memiliki kandungan unsur hara terbaik berada pada lahan yang baru dibuka. Hal ini disebabkan oleh variasi vegetasi yang menjadi sumbangan abu yang masuk ke dalam tanah lebih banyak dibandingkan dengan usia penggunaan lahan lain. Dari keseluruhan pengamatan, unsur P menunjukkan nilai tertinggi yaitu sebesar 111,54 ppm sedangkan lahan hutan disekitarnya hanya memiliki nilai P sebesar 4,87 ppm dan 8,97 ppm. Hal ini membuktikan bahwa pembakaran meningkatkan kapasitas sorpsi P pada permukaan abu.
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BULBIL PORANG (Amorphophallus oncophyllus PRAIN.) PADA TANAH INCEPTISOL BEKAS LAHAN BUDIDAYA GAMBIR KABUPATEN 50 KOTA Andrik Marta Marta; Shintya Ona Guserike Afner; Fatardho Zudri Zudri; Fery Endang Nasution
Jurnal AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan Vol 7, No 2 (2022): JURNAL AGROHITA
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jap.v7i2.8039

Abstract

Porang (Amorphophallus oncophyllus PRAIN.) salah satu tanaman penghasil karbohidat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan, selain itu porang juga merupakan salah satu tanaman dengan nilai ekonomis tinggi.  Manfaat porang yang begitu besar mengakibatkan permintaan porang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Untuk melaksanakan budidaya porang dibutuhkan lahan yang mencukupi dan mendukung pertumbuhan tanaman, lahan dengan tipe tanah inceotisol merupakan lahan yang tersebarluas di Kabupaten Lima Puluh Kota, lahan dengan tipe tanah inceptisol biasa digunakan oleh petani sebagi area budidaya tanaman gambir sampai gambir tersebut berumur 30 tahun. Perbanyakan porang secara vegetatif menggunakan umbi bulbil ataupun umbi akar, penggunaan umbi bulbil dianggap efektif karena membutuhkan waktu yang tidak lama dalam proses produksinya. Penanaman bulbil porang pada tanah inceptisol lahan gambir memberikan informasi bahwa tanaman porang mampu tumbuh dengan baik pada lahan bukaan baru, lahan umur gambir 15 dan lahan dengan umur gambit 30 tahun, hal ini juga menggambarkan bahwa porang mempunyai potensi sebagai tanaman tumpangsari bagi tanaman gambir
Taram Rural Tourism Development Post Covid-19 Pandemic Iis Ismawati; Nurul Fauzi; Ranti Komala Dewi; Andrik Marta; Ermiati
International ABEC Vol. 2 (2022): Proceeding International Applied Business and Engineering Conference 2022
Publisher : International ABEC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (954.616 KB)

Abstract

The Covid-19 pandemic has caused an enormous impact on the tourism industry not only at the global level but also at the local level. The result of this pandemic turned out to be worse than the effects of previous crises such as the SARS pandemic in 2003 and the shock of the 2009 economic crisis. Presently the tourism sector is trying to recover and revive from adversity. Several studies show that successful companies and communities in the pandemic era are those who can transform into the mega-shifts of the new tourism industry landscape. Characterized by four characteristics namely Hygiene, Low-Touch, Less-Crowd, and Low Mobility Based on these characteristics, the rural tourism industry is a kind of tourism that is considered suitable for it. Because in general, rural areas have many natural tourist destinations. Where natural tourism has become a trend for post-Covid-19 pandemic tourist destinations. The sudden pandemic Covid-19 has fostered new habits, making health and safety a top priority for visitors. Nature tourism is a popular trend that is favored by the public in new normal conditions. In the future, the types of destinations and attractions that offer the concept of nature, eco, wellness, and adventure (NEWA) will be more in demand and become the new mainstream in the tourism industry. In the future, NEWA's innovations will evolve rapidly to capture this shift in traveler preferences. This Assistance's purpose to explore the potential of rural Taram in developing the tourism sector which had slumped due to the impact of the Covid-19 pandemic. Tourism is a strategic sector for rural Taram because it can become the largest contributor to Original Local Government Revenue. Assistance implementation methods include potential surveys, Focus Group Discussions, and mentoring. The results confirm that the village of Taram has potential assets in the form of a diversity of natural resources, especially forestry and agriculture, the strength of human resources that are open to change, economic assets, social capital, physical assets, and historical, cultural, and spiritual assets. Local government should determine priority potential assets to be developed as tourist destinations. Natural and cultural tourism based on local potential has the opportunity to be further developed in the future. The Development of rural tourism could enable destinations to manage unpredictable crises, apply the sustainable tourism and resilience concepts
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Minat Petani Dalam Budidaya Kentang Varietas Cingkariang Di Kabupaten Agam Andrik Marta; Indria Ukrita; John Nefri; Darnetti Darnetti
Journal of Agribusiness and Community Empowerment (JACE) Vol. 6 No. 1 (2023): March
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.398 KB) | DOI: 10.32530/jace.v6i1.632

Abstract

Rendahnya minat petani dalam budidaya kentang unggul lokal Varietas Cingkariang di Kabupaten Agam dikhawatirkan akan menyebabkan varietas unggul lokal tersebut langka atau hilang dari daerah asalnya, padahal kentang ini masih menjadi produk yang disukai oleh masyarakat sebagai bahan utama olahan makanan seperti kentang rendang, keripik dan pargedel. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor penyebab turunnya minat petani kentang di Kabupaten Agam untuk membudidayakan kentang Varietas Cingkariang. Penelitian dilakukan pada tiga Kecamatan sentra tanaman kentang Varietas Cingkariang di Kabupaten Agam yaitu Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Sungai Puar dan Kecamatan Ampek Koto. Metode pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi wawancara dan pengisian kuisioner, penentuan sampel dilakukan dengan metode snowball sampling kemudian data ditabulasikan dan dilanjuktan analisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitattif. Berdasarkan hasil analisis penelitian didapatkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan turunnya minat petani untuk melakukan budidaya kentang Varietas Cingkariang adalah karena rendahnya produksi tanaman dibandingkan dengan tanaman kentang varietas lain, ketersediaan saprodi yang sangat kurang terutama bibit tanaman kentang yang berkualitas dan, jumlah pedagang pengumpul yang terbatas sebagai penampung utama hasil tanaman kentang petani.
Perbandingan Kandungan Phospor Lahan Gambir Setelah Penanaman 30 Tahun Terhadap Lahan Hutan Sekitar Synthia Ona Guserike Afner; Andrik Marta; Fanny Yuliana Batubara
LUMBUNG Vol. 17 No. 2 (2018): Juli
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.628 KB) | DOI: 10.32530/lumbung.v17i2.39

Abstract

Gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional dari Provinsi Sumatera Barat dan Riau. Tanaman gambir termasuk dalam famili Rubiaceae. Dalam proses budidayanya, tanaman gambir masih dibudidayakan secara tradisional, dan untuk membuka lahan petani masih memakai metode pembakaran. Petani dalam melakukan budidaya gambir lebih mengandalkan kesuburan lahan tanpa melakukan pemupukan, sehingga umur produktifnya hanya 5-6 tahun, karena tanaman sudah tidak subur. Pembakaran lahan memberikan dampak yang sangat besar terhadap ekosistem, salah satunya terhadap kandungan unsur hara. Jenis analisis kimia tanah yang dilakukan meliputi : Analisis sifat kimia: (1) penetapan pH H2O, (2) penetapan P tersedia,(3) Analisis sifat fisika dibatasi hanya Tekstur saja.Pembakaran dapat menghilangkan komponen air dan organik dari bahan tumbuhan (serasah, tegakan) dan meninggalkan sisa berupa bahan endapan yang disebut abu. abu dikatakan mengandung konsentrat hara yang kaya Ca, Mg, K, dan P yang bersifat mobile. Dalam keadaan normal, unsur-unsur hara dalam tumbuhan yang semula berasal dari tanah dibebaskan secara berangsur-angsur oleh proses dekomposisi biologi dan masuk kembali ke dalam tanah. Dengan metode tebang-bakar lahan yang memiliki kandungan unsur hara terbaik berada pada lahan yang baru dibuka. Hal ini disebabkan oleh variasi vegetasi yang menjadi sumbangan abu yang masuk ke dalam tanah lebih banyak dibandingkan dengan usia penggunaan lahan lain. Dari keseluruhan pengamatan, unsur P menunjukkan nilai tertinggi yaitu sebesar 111,54 ppm sedangkan lahan hutan disekitarnya hanya memiliki nilai P sebesar 4,87 ppm dan 8,97 ppm. Hal ini membuktikan bahwa pembakaran meningkatkan kapasitas sorpsi P pada permukaan abu.
KAJIAN FORMULASI NUTRISI TERHADAP PRODUKSI PAK CHOY (Brassica rapa L.) PADA BUDIDAYA HIDROPONIK Andrik Marta; Fatardho Zudri; Fedri Ibnusina; Nofrianil Nofrianil
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 8, No 1 (2023): AGROVITAL VOLUME 8, NOMOR 1, MEI 2023
Publisher : Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/agrovital.v8i1.3912

Abstract

Lahan subur terbatas dengan meningkatnya konservasi lahan dan peruntukkan lahan untuk komoditi unggulan dari pangan dan perkebunan. Upaya mengatasi persoalan tersebut dengan budidaya tanaman secara hidroponik memanfaatkan ruang yang sempit, tanpa media tanah, dan efisiensi waktu proses budidaya. Budidaya hidroponik untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi dibutuhkan nutrisi yang tepat.  Nutrisi yang umumnya diberikan merupakan nutrisi sintetis disebut dengan nutrisi AB mix, nutrisi AB terbilang efektif untuk hidroponik namun menimbulkan biaya yang besar. Usaha yang dapat dilakukan yaitu membuat nutrisi agar tersedia saat dibutuhkan dengan harga yang murah, formulasi nutrisi yang digunakan adalah kadar 10% dan 25% kemudian dibandingkan dengan larutan AB mix. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan AB mix  masih memberikan hasil yang terbaik baik dari segi pertumbuhan serta hasil tanaman pakchoy yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik, menurut uji DMRT pengunaan formula 10% dan 25% memberikan hasil yang sama. 
Analisa Keberlanjutan Usaha Tani Kopi Rakyat di Nagari Tabek Sirah Kecamatan Talamau fatardho zudri; Synthia Ona Guserike Afner; Andrik Marta; Andi Eviza
Journal of Agribusiness and Community Empowerment (JACE) Vol. 7 No. 1 (2024): March
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32530/jace.v7i1.733

Abstract

Nagari Tabek Sirah, Kecamatan Talamau merupakan salah satu Nagari menghasilkan kopi rakyat dengan luasan mencapai 80ha dari total luasan yang ditanamai kopi 899ha. Produksi kopi dan harga kopi baik di nasional ataupun internasional dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan usahatani kopi rakyat. Kebutuhan kopi semakin meningkat dengan perubahan gaya hidup. Mutu dan kualitas kopi menjadi nilai jual suatu produk. Tujuan Penelitian mendapatkan informasi keberlanjutan dan mendapatkan indikator yang dapat meningkat usahatani rakyat di Nagari Tabek Sirah Kabupaten Pasaman Barat.  Penelitian ini menggunakan kuesioner, dengan sampel pengamatan 30 orang petani usaha tani kopi dan pihak terkait dalam pengambilan data. Metode survey dan secara sengaja (purposive)menjadi metode penelitian. Dimensi ekologi, sosial dan kelembagaan, ekonomi dan teknologi yang akan dilakukan simulasi dan dianalisis dengan menggunakan program Rapfish yang telah dimodifikasi. Hasil analisis berdasarkan simulasi Rapfish terhadap keberlanjutan usaha tani kopi rakyat Nagari Tabek Sirah adalah 40,87%. Nilai rata-rata keberlanjutan menunjukkan kurang berkelanjutan sehingga diperlukan perbaikan dengan skala prioritas terhadap indikator yang sensitif yang ada dalam masing-masing dimensi. Ekologi yaitu sistem pemeliharaan tanaman kopi, ketinggian tempat, kesesuaian tata guna lahan, tingkat pemanfaatan lahan, peralatan pengolahan lahan, pengelolaan lahan, Ekonomi yaitu kontribusi terhadap pendapatan petani, kelayakan finansial, Sosial yaitu keanggotaan kelompok tani, Kelompok tani perkebunan, umur pekerja yang berkerja di bidang perkebunan kopi, frekuensi penyuluhan dan pelatihan. Teknologi yaitu teknis pengeringan kopi, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan pada tajuk tanaman, sortasi terhadap biji kopi, pemecahan kulit buah dan pelepasan kulit tanduk.