Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Manuju : Malahayati Nursing Journal

Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Hidrasi Kulit pada Kelompok Usia Produktif Alexander Halim Santoso; Giovanno Sebastian Yogie; Yohanes Yohanes; Sukmawati Tansil Tan; Firmansyah Firmansyah
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 6 (2023): Volume 5 Nomor 6 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i6.10036

Abstract

ABSTRACT Well-hydrated skin can perform its function as a good skin barrier. Chronically high levels of glucose level in the blood can disrupt skin hydration homeostasis thereby increasing the incidence of skin disorders. In India 2016, 151 respondence with type 2 diabetes on working age group 85,4% experienced skin disorders. to understand the relationship of random blood glucose levels to skin hydration, especially in working age group. This is a cross-sectional study conducted at the Kalam Kudus II Foundation, Jakarta in February 2023. The sample for this study was employees aged 18-65 years. The required sample size is 75 respondents with total sampling technique. Descriptive data analysis in the form of data distribution for quantitative data, and proportion (%) for qualitative data. Analytical data analysis uses linear regression to see the relationship between variables. The results of statistical analysis using linear regression explained that there was a significant relationship between random blood glucose level (mg/dL) and skin hydration levels (%) (P-value <0.001). The results of the scatter plot graph show a negative gradient line which indicates that the higher random blood glucose level (mg/dL), the lower the skin hydration level (%) (R Square: 0.288). There is a significant relationship between random blood glucose levels with skin hydration in the respondents. The higher random blood glucose level, the lower the skin hydration level. Keywords: Random Blood Glucose, Skin Hydration, Diabetes  ABSTRAK Kulit yang terhidrasi dengan baik dapat menjalankan fungsinya sebagai skin barrier yang baik. Tingginya kadar glukosa dalam darah yang kronis dapat mengganggu homeostasis hidrasi kulit sehingga meningkatkan kejadian gangguan kulit. Di India tahun 2016, dari 151 responden dengan diabetes tipe 2 pada usia produktif 85,4% mengalami gangguan kulit. Mengetahui hubungan dari kadar glukosa darah sewaktu terhadap hidrasi kulit khususnya pada usia produktif. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilaksanakan di Yayasan Kalam Kudus II Jakarta pada Februari 2023. Sampel penelitian ini adalah karyawan berusia 18-65 tahun. Besar sampel yang dibutuhkan 75 responden dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Analisa data deskriptif berupa sebaran data terpusat untuk data kuantitatif, dan proporsi (%) untuk data kualitatif. Analisa data analitik menggunakan Regresi Linear untuk melihat hubungan antar variabel. Hasil analisa statistik menggunakan regresi linear memaparkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Gula Darah Sewaktu (mg/dL) dengan Kadar Hidrasi Kulit (%) (P-value < 0,001). Hasil grafik scatter plot menunjukan garis gradien negatif yang menandakan bahwa semakin tinggi kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dL) maka akan semakin rendah Kadar Hidrasi Kulit (%) (R Square: 0,288). Terdapat hubungan bermakna antara kadar gula darah sewaktu dengan hidrasi kulit pada responden, dimana semakin tinggi kadar gula darah sewaktu semakin rendah kadar hidrasi kulit.  Kata Kunci: Gula Darah Sewaktu, Hidrasi Kulit, Diabetes
Pengaruh Kadar Profil Lipid, Asam Urat, Indeks Massa Tubuh, Tekanan Darah, dan Kadar Gula Darah Terhadap Penurunan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Usia Produktif Ernawati Ernawati; Eko Kristanto Kunta Adjie; Yohanes Firmansyah; Giovanno Sebastian Yogie; William Gilbert Setyanegara; Joshua Kurniawan
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 8 (2023): Volume 5 Nomor 8 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i8.10414

Abstract

ABSTRACT Decreased lung function is a common health problem that affects millions of people worldwide. The prevalence of decreased lung function in the general population has increased from 11.2% to 28.8% in individuals over the age of 50 years. The exact mechanism of these relationships is not fully understood. This study aims to determine the effect of obesity, hypertension, dyslipidemia, hyperuricemia, and diabetes mellitus on the decline in lung function among working-age workers. This research is a cross-sectional study carried out at the Kalam Kudus Foundation in the period of May 2023 involving productive age respondents aged 18 to 60 years. The minimum sample size required in this study is 50 respondents according to the rule of thumb formula. Descriptive data analysis in the form of centralized data distribution for quantitative data and proportion (%) for qualitative data. Analytical data analysis uses the Linear Regression method, enter method to see which factor has the strongest influence on the dependent variable. The results of the linear regression statistical test revealed that only the Low-Density Lipoprotein (LDL) level variable had a significant role in affecting lung vital capacity (OR: 0.433; p-value: 0.030). From the analysis results, it was found that LDL levels significantly affect the vital capacity of the lungs. Further research is needed to assess other factors that affect lung vital capacity. Keywords: Lung Vital Capacity, Lipid Profile, Uric Acid, BMI, Blood Pressure, Blood Glucose Level.  ABSTRAK Penurunan fungsi paru-paru adalah masalah kesehatan umum yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Prevalensi penurunan fungsi paru pada populasi umum mengalami peningkatan dari 11,2%, menjadi 28,8% pada individu di atas usia 50 tahun. Mekanisme yang tepat hubungan-hubungaan ini tidak sepenuhnya dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh dari obesitas, hipertensi, dislipidemia, hiperurisemia, dan diabetes mellitus terhadap penurunan fungsi paru di kalangan pekerja usia produktif. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilaksanakan di Yayasan Kalam Kudus pada periode bulan Mei 2023 dengan mengikutsertakan responden usia produktif berusia 18 hingga 60 tahun. Besar sampel minimum yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 50 responden berdasarkan rumus rule of thumb. Analisa data deskriptif berupa sebaran data terpusat untuk data kuantitatif dan proporsi (%) untuk data yang bersifat kualitatif. Analisa data analitik menggunakan metode Regresi Linear, enter method untuk melihat faktor mana yang memiliki pengaruh terkuat dalam mempengaruhi variabel tergantung. Hasil uji statistik regresi linear mengungkapkan bahwa hanya variabel kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang berperan signifikan dalam mempengaruhi kapasitas vital paru (OR: 0,433; p-value: 0,030). Dari hasil analisis didapat kadar LDL mempengaruhi kapasitas vital paru secara signifikan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai faktor lain yang mempengaruhi kapasitas vital paru. Kata Kunci: Kapasitas Vital Paru, Profil Lipid, Asam Urat, IMT, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah
Profil Neuropati Perifer dan Korelasinya dengan Kadar Gula Darah Sewaktu di Panti Lansia Santa Anna Alfred Sutrisno Sim; Dean Ascha Wijaya; Fernando Nathaniel; Giovanno Sebastian Yogie; Yohanes Firmansyah; Hans Sugiarto; Stephanie Amadea; Alexander Halim Santoso
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 9 (2023): Volume 5 Nomor 9 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i9.11121

Abstract

ABSTRACT Diabetes, as a global disease, continues to increase worldwide without being limited by location. The burden of diabetes in the elderly population is a significant health issue. Peripheral neuropathy caused by diabetes is strongly associated with physical limitations in older individuals. This cross-sectional study aims to determine the characteristics of peripheral neuropathy in participants who meet the criteria, using a total sampling at Santa Anna on July 15, 2023, and explore its correlation with blood sugar levels. Evaluation of sensory and motor clinical symptoms using Neuropathy Symptom Score (NSS) questionnaire. Abnormal reflexes and sensory function were assessed using Neuropathy Deficit Score (NDS) questionnaire. Blood sugar levels were measured using POCT method following standard procedures. Statistical analysis using the Kruskall Wallis test. Out of the 68 participants, the average age was 74.06 years, with 67.6% of the participants being female. The overall average blood sugar level was found to be 115.82 mg/dL. Based on the NSS and NDS classifications, 8.8% and 23.5% of the total participants were categorized as having severe symptoms, respectively. The statistical analysis revealed a significant difference in mean blood sugar levels between the NSS groups (p-value: 0.003). However, no significant difference was observed in mean blood glucose levels between the NDS groups (p-value: 0.264). Clinically, the severe symptom group had a higher median blood glucose level compared to the normal group. It is noteworthy that elevated transient blood sugar levels tend to impact the subjective symptoms (NSS) of peripheral neuropathy earlier than the objective symptoms (NDS). Keywords: Blood Glucose, Clinical Symptom, Peripheral Neuropathy  ABSTRAK Sebagai penyakit yang tersebar di seluruh dunia, diabetes terus berkembang tanpa memandang tempat dengan jumlah pasien yang semakin meningkat. Beban diabetes pada populasi lanjut usia merupakan masalah kesehatan yang krusial. Neuropati perifer yang diakibatkan oleh diabetes dikaitkan dengan disabilitas fisik yang signifikan pada populasi lanjut usia. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui profil neuropati perifer pada responden yang memenuhi kriteria dengan menggunakan total sampling di Panti Santa Anna pada 15 Juli 2023 serta korelasinya dengan kadar gula darah sewaktu. Evaluasi gejala klinis sensorik dan motorik menggunakan kuesioner Neuropathy Symptom Score (NSS). Refleks tidak normal dan penilaian sensorik dieevaluasi menggunakan kuesioner Neuropathy Deficit Score (NDS). Gula darah sewaktu diukur menggunakan POCT sesuai prosedur standar. Analisis statistik menggunakan uji Kruskall Wallis. Dari 68 responden, rata-rata usia adalah 74,06 tahun dengan 67,6% responden adalah perempuan. Dari seluruh responden, didapatkan rata-rata gula darah sewaktu sebesar 115,82 mg/dL. Berdasarkan NSS dan NDS, persentase responden yang termasuk dalam klasifikasi berat adalah sebesar 8,8% dan 23,5% dari keseluruhan responden. Hasil uji statistik Kruskall Wallis menyatakan adanya perbedaan rerata kadar gula darah sewaktu antar kelompok NSS (p-value : 0,003). Namun, didapatkan tidak adanya perbedaan rerata kadar gula darah sewaktu antar kelompok NDS (p-value : 0,264). Secara klinis, kelompok dalam kategori berat memiliki nilai median kadar gula darah sewaktu lebih tinggi dibanding kelompok normal. Kadar gula darah sewaktu yang tinggi cenderung mempengaruhi gejala subjektif (NSS) dari neuropati perifer terlebih dahulu dibandingkan dengan gejala objektif (NDS) dari neuropati perifer. Kata Kunci: Gejala Klinis, Gula Darah, Neuropati Perifer
Hubungan Kadar 25(OH)D3 dengan Lingkar Betis Pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Santa Anna: Studi Potong-Lintang Alexander Halim Santoso; Susi Olivia Lontoh; Yohanes Firmansyah; Giovanno Sebastian Yogie; Daniel Goh; Andini Ghina Syarifah; Stanislas Kotska Marvel Mayello Teguh; Anthon Eka Prayoga Khoto
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13124

Abstract

ABSTRACT The research on vitamin D is still developing until its role in the immune system, the absorption of phosphate from the intestine, and preventing its excretion in the kidneys are known. The prevalence of low levels of vitamin D is high, and recently, it was discovered that there was a relationship between vitamin D deficiency and the incidence of sarcopenia in the elderly. Determining vitamin D levels and the incidence of sarcopenia in the elderly at the Santa Anna Nursing Home. This study was an analytical study with a cross-sectional design conducted on elderly residents of the Santa Anna Nursing Home in July 2023 to assess vitamin D levels and calf circumference to assess sarcopenia. The data obtained were analyzed using Mann-Whitney. Result Of the 32 respondents, the average age was 72.66 years, and 22 (68.7%) respondents were women. It was found that 30 (93.8%) respondents experienced vitamin D deficiency, and 15 (46.9%) respondents experienced sarcopenia. The results of statistical tests showed that there was no difference in the mean levels of vitamin D between the sarcopenic and non-sarcopenic groups. However, the group of patients with sarcopenia had vitamin D levels that tended to be lower compared to the group without sarcopenia (18 vs. 21 ng/mL; MR 15.50 vs. 17.38). There was no statistically significant difference in mean vitamin D levels between the groups with and without sarcopenia. However, there is a tendency for groups of patients with sarcopenia to have vitamin D levels that tend to be lower than those in groups without sarcopenia. Keywords: Vitamin D, Sarcopenia, Elderly  ABSTRAK Hingga saat ini, penelitian terhadap vitamin D terus berkembang hingga diketahui perannya dalam sistem imun, absorpsi fosfat dari usus dan mencegah terekskresinya pada ginjal. Tingginya prevalensi kurangnya kadar vitamin D dan baru-baru ini, diketahui ada hubungan defisiensi vitamin D dengan kejadian sarkopenia pada lansia. Mengetahui kadar vitamin D dengan kejadian sarkopenia pada lansia di Panti Werda Santa Anna. Penelitian ini adalah analitik dengan desain potong lintang yang dilakukan pada lansia penghuni Panti Werdha Santa Anna pada Juli 2023 untuk menilai kadar vitamin D dan lingkar betis untuk menilai sarkopenia. Data yang didapat kemunian dianalisis menggunakan Mann-Whitney. Didapat 32 responden dengan rerata usia 72,66 tahun dan sebanyak 22 (68,7%) responden adalah perempuan. Didapat 30 (93,8%) responden mengalami defisiensi vitamin D dan 15 (46,9%) responden mengalami sarkopenia. Hasil uji statistic didapat hasil tidak terdapat perbedaan rerata kadar vitamin D antara kelompok sarkopenia dan tidak. Namun dapat terlihat bahwa kelompok pasien dengan sarkopenia memiliki kadar vitamin D yang cenderung lebih rendah dibandingan dengan kelompok tanpa sarkopenia (18 vs 21 ng/mL; MR 15,50 vs 17,38). Tidak terdapat perbedaan rerata kadar vitamin D yang bermakna secara statistik antara kelompok dengan atau tanpa sarkopenia. Namun terdapat kecenderungan kelompok pasien dengan sarkopenia memiliki kadar vitamin D yang cenderung lebih rendah dibandingan dengan kelompok tanpa sarkopenia. Kata Kunci: Vitamin D, Sarkopenia, Lanjut Usia