Tanaman kelapa sawit berumur > 10 tahun seringkali mengalami patah pangkal pelepah. Penyebab patah pangkal pelepah sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pokok yang mengalami patah pangkal pelepah, jumlah pelepah patah per pokok, panjang pelepah serta hubungannya dengan curah hujan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2023 di Kebun Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian menggunakan metode survey, sebagai objek penelitian yakni tanaman kelapa sawit tahun tanam 2011 sebanyak 2 blok. Pengambilan sampel yakni sejumlah 1680 tanaman pada Blok 8 dan 1224 tanaman pada Blok 20 atau 50%Â dari luas areal. Pengamatan yang dilakukan yaitu jumlah pokok yang mengalami patah pangkal pelepah, jumlah pelepah patah per pokok, serta pengukuran panjang pelepah, selanjutnya data dianalisis dengan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukan, dalam satu hektar tanaman kelapa sawit mengalami patah pangkal pelepah 36% hingga 46%, bahwa terjadi peningkatan jumlah pelepah yang mengalami patah pangkal pada setiap bulannya. Curah hujan yang rendah berdampak terhadap jumlah patah pangkal pelepah, dimana curah hujan dan gejala patah pangkal pelepah memiliki korelasi negatif. Tanaman yang memiliki ukuran pelepah lebih panjang, lebih rentan patah dimana ukuran pelepah yang panjang menarik pelepah kebawah.