Emil Reppie
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Pengaruh umpan buatan terhadap hasil tangkapan pancing layang-layang di Selat Bangka La Sudiono; Emil Reppie; Alfret Luasunaung
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2: Edisi Khusus: Januari 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.0.2015.6965

Abstract

Salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan Selat Bangka Sulawesi Utara adalah ikan cendro (Tylosurus sp), dan dikenal dengan nama  lokal sebagai ikan sako. Alat tangkap yang umum digunakan untuk menangkap ikan cendro ialah jaring insang permukaan, jaring insang hanyut  dan pancing tonda; tetapi pancing layang-layang lebih populer di Selat Bangka. Keberhasilan penangkapan ikan dengan pancing layang-layang, sangat bergantung pada ketersediaan umpan alami berukuran kecil. Umpan alami tersebut hanya tertangkap dengan bagan pada sekitar bulan gelap. Oleh karena itu perlu dicobakan penggunaan umpan buatan; sehingga penelitian ini ditujukan untuk untuk mengetahui pengaruh umpan buatan terhadap hasil tangkapan pancing layang-layang. Penelitian ini dilakukan di Selat Bangka didasarkan pada metode eksperimental. Dua jenis umpan yang digunakan, yaitu umpan alami ikan japuh (Dussumieria acuta) dan umpan buatan dari ikan karet. Data tangkapan dikumpulkan menggunakan empat unit pancing layang-layang; dan data dianalisis dengan uji t. Hasil tangkapan selama penelitian berjumlah 40 ekor ikan cendro dan hanya jenis Tylosurus crocodilus; sebanyak 22 ekor tertangkap dengan umpan alami dan 18 ekor tertangkap dengan umpan buatan. Analisis uji t menunjukan bahwa 0,38< t tabel 0,05;5 = 2,571;  yang berarti penggunaan umpan alami tidak berbeda nyata dengan umpan buatan pada pancing layang-layang untuk menangkap ikan cendro di perairan Selat Bangka. Ikan cendro dapat tertangkap pada kecepatan angin antara 4–7 knot.
Pengelolaan sumberdaya ikan lema (Ratrelliger kanagurta) yang berbasis kearifan lokal di Kampung Warsamdin dan Lopintol, Distrik Teluk Mayalibit, Provinsi Papua Barat Wahalid Najamudin; Emil Reppie; Lefrand Manoppo
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 1: Juni 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.1.2015.8332

Abstract

ABSTRACT People in the villages of Lopintol and Warsamdin, Raja Ampat have local knowledge called lobe in managing mackerel resource (Rastrelliger kanagurta), which set the pattern of utilization and do not damage the ecosystem of coastal waters through a religious approach. The purpose of this research is to describe the local knowledge of Lopintol and Warsamdin villages communities in managing mackerel resources; to inventory and identify the type of goto used; and to determine the composition of catch length.           This research was conducted in December 2014. Lobe is local knowledge about catching mackerel, which is attracted with light at night in the middle of the bay; directed to shore up into the goto, then captured with a scoop net. The amount goto in Lopintol village is 44 units and entirely made of stone; while in Warsamdin village is 24 units; where 14 units made of stone, 4 units made of board, and 6 units made of wood. The catch during the study (14 trips) is 12516 fish. The percentage of fish fork length of 20-20.9 cm was 7. 3%, 21-21.9 cm (37.7 %), 22-22.9 cm (15,0%), and fork length 23-23.9 was 39.9%. The fish caught had generally already ever done spawning reproduction. Keywords: mackerel, lobe wisdom, goto, Mayalibit Bay   ABSTRAK Masyarakat di Kampung Warsamdin dan Kampung Lopintol, Kabupaten Raja Ampat memiliki kearifan lokal yang disebut lobe dalam mengelola sumberdaya ikan lema (Rastrelliger kanagurta) dengan mengatur pola pemanfaatan serta tidak merusak ekosistem perairan pantai melalui pendekatan religius yang mereka anut. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan kearifan lokal masyarakat kampung Warsamdin dan Lopintol dalam mengelola sumberdaya ikan lema; mengidentifikasi jenis goto yang digunakan dan mengetahui komposisi ukuran panjang hasil tangkapan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014. Lobe merupakan pengetahuan lokal tentang penangkapan ikan kembung yang dikumpulkan dengan cahaya lampu pada malam hari di tengah teluk, kemudian digiring ke pantai sampai masuk ke dalam goto, kemudian ditangkap dengan serok. Jumlah goto yang ada di kampung Lopintol sebanyak 44 goto seluruhnya goto batu, sedangkan di kampung Warsamdin sebanyak 24 buah yang terdiri dari goto batu 14 unit, goto papan 4 unit dan goto kayu 6 unit. Hasil tangkapan selama penelitian (14 trip) berjumlah 12.516 ekor. Presentase panjang garpu ikan 20-20,9 cm sebanyak 7,3%, 21-21,9 cm (37,7%), 22-22,9 cm (15,0%) dan 23-23,9 cm sebanyak 39,9%. Ikan-ikan yang tertangkap umumnya sudah pernah memijah. Kata-kata kunci: ikan kembung, kearifan lobe, goto, Teluk Mayalibit
Pengaruh ekstrak goldenfish pada umpan bubu dasar terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang Joandi C. Arendege; Emil Reppie; Ivor L. Labaro
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 2: Desember 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.2.2015.9235

Abstract

Bubu dasar merupakan salah satu alat tangkap yang umum digunakan oleh masyarakat nelayan untuk menangkap ikan-ikan karang, karena konstruksinya sederhana, relatif murah dan mudah dioperasikan dengan kapal atau perahu ukuran kecil. Keberhasilan alat tangkap berumpan sangat ditentukan oleh aktivitas hidup ikan dalam hal mencari dan menangkap makanan. Pemberian ekstrak goldenfish pada umpan, diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari bubu dasar. Namun informasi ilmiah seperti ini belum banyak tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian ekstrak goldenfish pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang; dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan yang tertangkap. Penelitian ini dikerjakan di perairan pantai Kampung Bira, Kecamatan Tabukan Tengah, Kapupaten Kepulauan Sangihe; didasarkan pada metode eksperimental. Enam unit bubu bambu dioperasikan selama sembilan trip untuk mengumpulkan data; dimana tiga unit menggunakan umpan malalugis yang disuntikan dengan ekstrak goldenfish; dan tiga unit lainnya menggunakan umpan malalugis tanpa ekstrak goldenfish; dan data tangkapan dinalisis dengan uji t. Hasil tangkapan bubu selama penelitian berjumlah 176 ekor, sebanyak124 ekor tertangkap dengan umpan berekstrak dan 52 ekor tertangkap dengan umpan bubu tanpa ekstrak. Analisis uji t menunjukkan bahwa bahwa penggunaan umpan berekstrak pada bubu memberikan hasil tangkapan yang nyata lebih baik dibandingkan dengan umpan tanpa ekstrak pada bubu. Kata-kata kunci: bubu dasar, ekstrak goldenfish, umpan, ikan karang
Ghost fishing pada perikanan bubu di Perairan Sario Tumpaan Teluk Manado Provinsi Sulawesi Utara Dimas P. Wijaya; Emil Reppie; Lefrand Manoppo; Aglius T.R. Telleng
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 3: Juni 2016
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.3.2016.11447

Abstract

ABSTRACT Fish trap made of bamboo is one of the common fishing gears used by fishermen in reef waters, due to its simple in construction, relatively inexpensive and easy to operate. If this trap got lost, however, it will give impact on fish mortality, with respect to ghost fishing. This study aims to determine the impact of ghost fishing traps to fish resources in Sario Tumpaan waters of Manado Bay; based on the descriptive method. Three units of bamboo traps placed in the bottom waters at a depth of about 6 m, and then observed by divers every day for a month. The impact of ghost fishing in the traps that have a net volume of 0.22 m3 was 4 fish per day, or 18 fish per day in traps that have a net volume of 1 m3. Keywords: ghost fishing, maximum catch, traps, Manado Bay   ABSTRAK Bubu yang terbuat dari bambu merupakan salah satu alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan di perairan karang, karena konstruksinya sederhana, relatif murah dan mudah dioperasikan. Tetapi jika alat ini hilang, maka akan memberikan dampak mortalitas ikan, sehubungan dengan ghost fishing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak bubu yang bersifat ghost fishing terhadap sumberdaya ikan, di perairan Sario Tumpaan Teluk Manado; yang didasarkan pada metode deskriptif. Tiga unit bubu bambu dipasang di dasar perairan pada kedalaman sekitar 6 m, kemudian dikunjungi oleh penyelam setiap hari selama sebulan. Dampak ghost fishing pada bubu yang mempunyai volume bersih sebesar 0.22 m3 adalah 4 ekor ikan per hari, atau 18 ekor ikan per hari pada bubu yang mempunyai volume bersih 1 m3. Kata-kata kunci: ghost fishing, tangkapan maksimum, bubu, Teluk Manado
Pengaruh ekstrak minyak cumi pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan kepiting bakau dan rajungan di Perairan Malise Kecamatan Tabukan Tengah Maichel Arvan Pananggung; Ivor L. Labaro; Emil Reppie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 3: Juni 2016
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.3.2016.11449

Abstract

ABSTRACT Mangrove crab (Scylla serrata) and swimming crab (Portunus pelagicus) are economically important marine commodities produced from the coastal waters of Sangihe Islands Regency. But those marine commodity products are usually only caught accidentally with a bottom gill net. There has been a special trap fishing gear for that resources, but not known well by local fishermen. Addition of squid oil extraction baits could increase the fishing power of mangrove crab and swimming crab traps. This research aims to study the effect of squid oil extract on traps bait to catch mangrove crab and swimming crab; and identify the types of biota captured. This research was done in coastal waters of Malise village, Tabukan Tengah District of Sangihe Islands Regency for 2 weeks September 2015; based on experimental method. Six unit traps were operated ten trips where three units of them used scad mackerel bait that injected with squid oil extract, and tree other units just used scad mackerel bait without extract; and the capture data were analyzed using t test. The catch was 142 individuals (135 mangrove crabs and 7 swimming crab); where 86 crabs was caught by scad mackerel bait with squid oil extract, and 56 crabs caught with bait without squid oil extract. The analysis showed that the use of squid oil extracts on trap baits increased the catch. Keywords: mangrove crab, swimming crab,trap baits, squid oil extract, Sangihe   ABSTRAK[1] Kepiting bakau (Scylla serrata) dan rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tetapi komoditi hasil laut tersebut biasanya hanya tertangkap tanpa sengaja (by catch) dengan jaring insang dasar. Sebenarnya telah ada alat tangkap bubu khusus untuk kepiting bakau dan rajungan, tetapi belum dikenal oleh nelayan lokal. Pemberian ekstrak minyak cumi pada umpan, diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari bubu kepiting bakau dan rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak minyak cumi pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan kepiting bakau dan rajungan, dan mengidentifikasi jenis-jenis biota yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di perairan Malise Kecamatan Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe; selama 2 minggu pada bulan September 2015; yang didasarkan pada metode eksperimental. Enam unit bubu dioperasikan selama sepuluh trip untuk mengumpulkan data; di mana tiga unit menggunakan umpan ikan layang yang disuntikan ekstrak minyak cumi, dan tiga unit lainnya hanya menggunakan umpan ikan laying tanpa ekstrak; dan data dianalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 142 ekor (135 ekor kepiting bakau dan 7 ekor rajungan); di mana 86 ekor tertangkap dengan umpan layang yang diberi ekstrak minyak cumi, dan 56 ekor tertangkap dengan umpan tanpa ekstrak. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak minyak cumi pada umpan bubu, memberikan hasil tangkapan yang sangat berbeda dibandingkan dengan umpan tanpa ekstrak minyak cumi. Kata-kata kunci: kepiting bakau, rajungan, umpan bubu, ekstrak minyak cumi, Sangihe  
Distribusi hasil tangkapan pada soma landra rakit di perairan Teluk Manado Frisky J Tamaka; Emil Reppie; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 3: Juni 2016
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.3.2016.12328

Abstract

ABSTRACT
Ketaatan Kapal Penangkap Jaring Insang di Laut Arafura yang Berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (The obedience gill nets boats in the Arafura Sea that based in Bitung Oceanic Fisheries Port) Bahrul Y. N. I. Syah; Lefrand Manoppo; Emil Reppie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 4: Desember 2016
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.4.2016.14034

Abstract

Arafura Sea waters are one of the good fishing ground for gill net boats over than 30 GT.Currently, there are 14 gill nets boats that fishing in these waters and are based in Bitung Oceanic Fisheries Port.Therefore, it is necessary to study the boat obedience-based during fishing activities. This study aimed to evaluate compliance gill net vessels based in Bitung Oceanic Port according long days operation in each trip and port based.  This research was conducted from August to September 2015 in Marine and Fisheries Resources Supervision Base and Bitung Oceanic Fisheries Port; and done with descriptive method.  Results of the analysis showed that 79% of gill net boats based in Bitung Oceanic Fisheries Port disobedient in day fishing operations; and 14% of the boats did not obey the appropriate port based.Key words: Gill net, Arafura Sea, obedience day operations, obedience-port based ABSTRAKPerairan Laut Arafura merupakan salah satu fishing ground yang cocok untuk pengoperasian jaring insang dengan kapal berukuran di atas 30 GT. Saat ini terdapat 14 kapal jaring insang yang menangkap ikan di perairan tersebut dan berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera  Bitung. Oleh karena itu, perlu di lakukan kajian mengenai ketaatan berpangkalan kapal–kapal tersebut saat melakukan kegiatan perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketaatan kapal jaring insang yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung berdasarkan lama hari operasi dalam setiap trip dan pelabuhan pangkalan.  Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Bitung dan Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung; dikerjakan dengan metode deskriptif.  Hasil analisis menunjukan bahwa 79% kapal jaring insang yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung tidak taat menurut hari operasi penangkapan; dan 14% kapal tidak taat sesuai pelabuhan pangkalan. Kata kunci: Jaring insang, Laut Arafura, ketaatan hari operasi, ketaatan berpangkalan