Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

BUDAYA TERTIB BERLALU-LINTAS “KAJIAN FENOMENOLOGIS ATAS MASYARAKAT PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI KOTA BANDUNG” Sadono, Soni
CHANNEL Jurnal Komunikasi Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.251 KB)

Abstract

Lemahnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan berlalu-lintas terlihat dari rendahnyatingkat kedisiplinan masyarakat dalam berkendara, sehingga melahirkan budaya tidak disiplin pada masyarakat. Kurang sadarnya masyarakat dalam hukum berlalu-lintas dapat dilihat dalam perilaku seperti semakin meningkatnya pelanggaran lalu lintas oleh pengendara motor. Hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya pelnggaran rambu lalu lintas di kota Bandung pada tahun 2014 dengan jumlah 39.205 pelanggaran (Sumber: Polwiltabes Kota Bandung, 2015). Perilaku ketidakdisiplinan masyarakat dalam berlalu-lintas seperti mengendarai kendaraan melebihi batas kecepatan yang ditentukan, menerobos lampu lalu lintas, melewati marka pembatas jalan, tidak melengkapi alat keselamatan seperti halnya tidak menggunakan helmet, spion, lampu-lampu kendaraan, ketidaklengkapan surat-surat kendaraan bermotor, tidak taat membayar pajak, menggunakan kendaraan tidak layak pakai. Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi juga melibatkan cara pengendara yang “menerabas antrian kendaraan, berkendara zigzag dengan kecepatan tinggi, beberapa kali pernah menerabas lampu lalu lintas, dan melanggar rambu yang dilarang menikung” (Hendratno, 2009:499). Jurnal ini berupaya untuk menjelaskan secara literatur dan field research terhadap permasalahan budaya tertib berlalu-lintas, dengan pendekatan kualitatif. Kata kunci: Budaya Berlalu-Lintas, Sikap Disiplin, Fenomenologis.
BUDAYA TERTIB BERLALU-LINTAS: Kajian Fenomenologis atas Masyarakat Pengendara Sepeda Motor di Kota Bandung Sadono, Soni
LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 3, No 3 (2015): LONTAR JURNAL ILMU KOMUNIKASI
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.588 KB) | DOI: 10.30656/lontar.v3i3.536

Abstract

The weak of public awareness of traffic regulation seen from low level of the discipline in driving, that produce undisciplined culture to the society. Lacking awareness from people in traffic rules can be seen in behavior like an increased by offense traffic motorists. This was found in many offense of the traffic signs in Bandung in 2014 by the number of 39.205 offense (Source : Polwiltabes Bandung, 2015). Undisciplined behaviour of people in traffic as driving exceeds the speed limit determined, passing traffic lights, passing marka roadblock, no complete safety equipment as well not use helmet, informer to, vehicles lights, incompleteness motor vehicles letter, disobedient pay taxes, and could not be used vehicles. A traffic violation often happens also involved in ?a rider breaking the traffic congestion, driving zigzag at high speed, and even had breaking the traffic lights, and breaking the banned curvy? (Hendratno, 2009 :499). This journal trying to elaborate on literature and field research of the problems of culture orderly traffic, with a qualitative approach.                                                                                                   Keywords : culture, traffics, discipline attitude, phenomenologyThe weak of public awareness of traffic regulation seen from low level of the discipline indriving, that produce undisciplined culture to the society. Lacking awareness from people intraffic rules can be seen in behavior like an increased by offense traffic motorists. This wasfound in many offense of the traffic signs in Bandung in 2014 by the number of 39.205 offense(Source : Polwiltabes Bandung, 2015). Undisciplined behaviour of people in traffic as drivingexceeds the speed limit determined, passing traffic lights, passing marka roadblock, no completesafety equipment as well not use helmet, informer to, vehicles lights, incompleteness motorvehicles letter, disobedient pay taxes, and could not be used vehicles. A traffic violation oftenhappens also involved in ?a rider breaking the traffic congestion, driving zigzag at high speed,and even had breaking the traffic lights, and breaking the banned curvy? (Hendratno, 2009 :499). This journal trying to elaborate on literature and field research of the problems of cultureorderly traffic, with a qualitative approach.Keywords : culture, traffics, discipline attitude, phenomenology
BUDAYA DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS KENDARAAN RODA DUA DI KOTA BANDUNG Sadono, Soni
PKn Progresif Vol 12, No 1 (2017): .
Publisher : PKn Progresif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.655 KB)

Abstract

This research was conducted as concerns against the traffic of Bandung is increasingly solid ESP. two-wheeled vehicle. It is caused by the increase of vehicles which are not accompanied by a good level of discipline. Two-wheel vehicle ownership from the socio-cultural community is a reflection of social status. The approach used in the study is qualitative method with Phenomenology. Engineering data collection done by observation or field observations, interviews, and documentation. Meanwhile, engineering data analysis done by stages in accordance with the phenomenological method. The findings of the research is two-wheel drive discipline internalization in Bandung can be realized by establishing: (a) the attitude of discipline as a development that comes from practice, mind control and the control of other persons, (b) the planting of a good understanding of the regulatory system for two-wheel drive disciplined behavior, (c) behavioural Attitude or behavior that reasonably indicate the seriousness of heart, to keep everything orderly and carefully.
Nasionalisme dan Tasamuh – Suatu Tinjauan Ulama Tanah Sunda Abah Anom Soni Sadono
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 8, No 3 (2021)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v8i3.20750

Abstract

The negative stigma lately is often carried by Muslims. This often occurs in acts of violence and intolerance carried out by radical Islamic community organizations. They are provoked by their leaders through lectures and da'wah. For this reason, the influence and example of nationalist and tasamuf religious leaders are needed. Abah Anom was the leader of the Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Islamic Boarding School, the Suryalaya Islamic Boarding School in Tasikmalaya, West Java. One of the cleric who can be a role model in the syiar of Islam and the life of the nation and state. Apart from being a nationalist cleric, he also highly respects the local wisdom. Through this paper, it is hoped that it will inspire the younger generation of Islam to practice religion without forgetting local wisdom. Another thing is the need to foster nationalism and accept the differences that exist in society. The research method uses library research methods where the library sources are taken from books and journals / proceedings. Through his example and also his works can be learned about the role of nationalism and creativity in his broadcast. His view of local wisdom, especially Sundanese culture, is precisely to strengthen the Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Tarekat. Abah Anom's role model is needed for the young generation of Islam today, in this global era and the fading of their nationalistic values.      Keywords: Abah Anom, nasionalism, tasamuhAbstrakStigma negatif akhir-akhir ini kerap disandang oleh umat Islam. Hal ini dikarenakan sering terjadi aksi kekerasan dan intoleran yang dilakukan oleh kelompok ormas Islam radikal. Mereka terprovokasi oleh pemimpinnya melalui ceramah dan dakwah. Untuk itu pengaruh dan teladan seorang pemimpin keagamaan yang nasionalis dan tasamuf sangat diperlukan. Abah Anom merupakan pemimpin Pesantren Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah yakni Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Salah satu ulama yang dapat menjadi panutan dalam syiar Islam maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain seorang ulama yang nasionalis, beliau juga sangat menghormati kearifan lokal dimana pesantren ini berada. Melalui tulisan ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda Islam untuk dapat mengamalkan ajaran agama tanpa melupakan kearifan lokal setempat. Selain itu juga perlunya memupuk rasa kebangsaan dan menerima perbedaan yang ada di masyarakat. Metode penelitian menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dimana sumber pustaka diambil dari buku-buku, jurnal, prosiding, majalah dan koran. Melalui teladan kehidupannya dan juga karya-karyanya bisa dipelajari tentang peran nasionalisme dan kreativitas dalam syiarnya. Pandangannya terhadap kearifan lokal khususnya budaya Sunda justru untuk memperkokoh Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Suri teladan Abah Anom perlu ditiru oleh generasi muda Islam saat ini, di tengah arus global dan lunturnya nilai-nilai nasionalismenya yang mereka alami.      Keywords: Abah Anom, nasionalisme, tasamuh
Budaya Tertib Berlalu-Lintas Kajian Fenomenologis atas Masyarakat Pengendara Sepeda Motor di Kota Bandung Soni Sadono
CHANNEL: Jurnal Komunikasi Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.251 KB) | DOI: 10.12928/channel.v4i1.4207

Abstract

Lemahnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan berlalu-lintas terlihat dari rendahnyatingkat kedisiplinan masyarakat dalam berkendara, sehingga melahirkan budaya tidak disiplin pada masyarakat. Kurang sadarnya masyarakat dalam hukum berlalu-lintas dapat dilihat dalam perilaku seperti semakin meningkatnya pelanggaran lalu lintas oleh pengendara motor. Hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya pelnggaran rambu lalu lintas di kota Bandung pada tahun 2014 dengan jumlah 39.205 pelanggaran (Sumber: Polwiltabes Kota Bandung, 2015). Perilaku ketidakdisiplinan masyarakat dalam berlalu-lintas seperti mengendarai kendaraan melebihi batas kecepatan yang ditentukan, menerobos lampu lalu lintas, melewati marka pembatas jalan, tidak melengkapi alat keselamatan seperti halnya tidak menggunakan helmet, spion, lampu-lampu kendaraan, ketidaklengkapan surat-surat kendaraan bermotor, tidak taat membayar pajak, menggunakan kendaraan tidak layak pakai. Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi juga melibatkan cara pengendara yang “menerabas antrian kendaraan, berkendara zigzag dengan kecepatan tinggi, beberapa kali pernah menerabas lampu lalu lintas, dan melanggar rambu yang dilarang menikung” (Hendratno, 2009:499). Jurnal ini berupaya untuk menjelaskan secara literatur dan field research terhadap permasalahan budaya tertib berlalu-lintas, dengan pendekatan kualitatif. Kata kunci: Budaya Berlalu-Lintas, Sikap Disiplin, Fenomenologis.
AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN TIONGHOA DALAM ARSITEKTUR MASJID AL IMTIZAJ CIKAPUNDUNG BANDUNG Soni Sadono; Agus Dody Purnomo
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 2 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i2.21894

Abstract

AbstrakMasjid dengan tampilan bentuk dari akulturasi budaya Islam dan budaya Tionghoa sehingga menghasilkan bentuk yang unik. Penelitian ini mengkaji keberadan masjid tersebut melalui bentuk arsitekturnya dan hasil akulturasi dari dua budaya yang berbeda. Metode penelitian menggunakan deskriptif-analitis. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa akulturasi atau percampuran budaya tersebut menghasilkan budaya baru dengan tidak menghilangkan ciri masing-masing. Arsitektur masjid yang memiliki beragam percampuran budaya Tionghoa, Islam dan Arab sebagai bentuk pembauran etnis Tionghoa dengan umat muslim lainnya. Arsitektur tersebut juga dapat memperkaya khasanah bangunan masjid di Indonesia khususnya di kota Bandung.  Kata Kunci: masjid, akulturasi, budaya, islam, tionghoa.AbstractThe mosque acculturated with the appearance of Islam and Chinese produces a unique culture. This research examines the mosque through its architecture and cultural acculturation. The research method uses descriptive analytical. The research can be seen that acculturation produces a new culture by not eliminating the characteristics of each. The mosque has a diverse mix of Chinese, Islamic and Arabic culture as a form of mixing ethnic Chinese with other moslem. The architecture can enrich the repertoire of mosque in Indonesia, especially in the city of Bandung.Keywords: mosque, acculturation, culture, islam, chinese. 
CITRA PENARI TOPENG BANJET GRUP SINAR PUSAKA WARNA KARAWANG Soni Sadono; Paramitha Pebrianti2; Teddy Ageng Maulana
PANGGUNG Vol 32, No 1 (2022): Varian Model Proses Kreatif dalam Cipta Karya Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.05 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v32i1.1986

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui citra,  gambaran, dan kesan penari dalam kelompok seni Topeng Banjet. Penelitian ini dilakukan dengan berfokus pada kelompok seni Sinar Pusaka Warna Kabupaten Karawang pimpinan Bah Pendul yang merupakan kelompok Topeng Banjet tertua di Karawang. Melalui pemaparan data secara deskriptif  dan analitik, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan memberikan gambaran masyarakat di Kabupaten Karawang, maka dapat diketahui bahwa kesan-kesan erotis yang disuguhkan oleh penari pada pertunjukan Topeng Banjet dipengaruhi oleh latar belakang pola hidup masyarakat Karawang. Sampai lahirkah sebuah istilah Goyang Karawang yang menjadi sebutan untuk perantau dari Karawang sebagai identitas orang dari Karawang. Minatnya masyarakat terhadap tarian tersebut kemudian melahirkan penari dan kelompok-kelompok seni di Karawang. Kata kunci : Penari Topeng Banjet, Bah Pendul, Goyang Karawang
Pewarisan Kesenian Wayang Golek di Jawa Barat Soni Sadono; Catur Nugroho; Kharisma Nasionalita
JURNAL RUPA Vol 3 No 2 (2018): Open Issue
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/rupa.v3i2.1822

Abstract

As the improvement of increasingly sophisticated technology and the variety of modern communication media, such as television, radio, magazines, and the internet, the communities experienced a change of communication and entertainment media. So diverse regional arts and culture in Indonesia provides opportunities for various parties to be able to pass on to the younger generation and use it as a medium of communication. One of the local cultural arts passed down from generation to generation is Golek Puppets (Wayang Golek). Wayang Golek indeed been utilized by leaders and government in conveying information, knowledge and teachings to the community. Dissemination of information that is still centred on the urban areas, led to information gap between the people who live in urban areas with the people who live in the countryside. Meanwhile, the condition of people in West Java is still largely residing in rural areas. This is one of the reasons why this medium of Golek Puppet folk art is still used in guarding cultural and values heritage, also as dissemination of information media. This research is related to guarding of cultural heritage and development communication strategy. The theory used in this paper is Heriter La Culture Theory which describes the concept of cultural inheritance. While the method used is the method of phenomenology, where research focused on phenomena or events that are unique and special. In this research, the use of wayang golek folk art as a communication medium is something unique because while technology is more modern, some parties in West Java still maintain the traditional communication media that is, the art of wayang golek show. In the development of wayang golek in West Java, almost all stakeholders involved using the conservation, reinterpretation, and revitalization system.
JEJAK AKULTURASI BUDAYA JAWA DAN KALIMANTAN DI TAMAN PURBAKALA CANDI AGUNG DI AMUNTAI, KALIMANTAN SELATAN [TRACES OF ACCULTURATION BETWEEN JAVA AND KALIMANTAN AT THE CANDI AGUNG ARCHAEOLOGICAL PARK IN AMUNTAI, SOUTH KALIMANTAN] Soni Sadono; Didit Endriawan
Naditira Widya Vol 15 No 2 (2021): NADITIRA WIDYA VOLUME 15 NOMOR 2 OKTOBER 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v15i2.462

Abstract

Tulisan ini membahas situs-situs Candi Agung, Tiang Mahligai Junjung Buih, dan Pertapaan Pangeran Suryanata di Taman Purbakala Candi Agung, Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini adalah memahami akulturasi budaya asli dan asing yang telah terjadi pada ketiga situs tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan arkeologi dan semiotika budaya dengan mengelaborasi aspek-aspek kualitatif datanya. Aspek-aspek yang dibahas adalah bentuk dan fungsi candi, nama dan fungsi situs pemandian dan pertapaan, nama-nama tokoh legenda yang terkait dengan keberadaan candi, dan peristiwa-peristiwa dalam legenda. Subjek kajian terdiri atas dua aspek dokumentasi, yaitu visual (foto-foto situs) dan verbal (legenda). Subjek visual berupa dokumentasi pribadi pada tahun 2010. Subjek verbal terdiri atas buku-buku dan jurnal-jurnal yang membahas subjek penelitian, yaitu Hikayat Banjar, Hikayat Lambung Mangkurat, dan Tutur Candi. Hasil penelitian menunjukkan adanya akulturasi budaya Jawa dan Kalimantan, baik dalam bentuk bangunan candi, keberadaan situs pertapaan, nama-nama tokoh legenda, dan juga peristiwa.This paper discusses the sites of Candi Agung, Tiang Mahligai (bathing) Junjung Buih, and Pertapaan (hermitage) Pangeran Suryanata in the Archaeological Park of Candi Agung, South Kalimantan Province. The purpose of this study is to understand the acculturation between native and foreign cultures that had occurred at the three sites. This research uses the archaeological and cultural semiotics approach by elaborating the qualitative aspects of the data. The aspects discussed are the form and function of the temple, the name and function of the bathing and hermitage sites, the names of the legendary figures associated with the existence of the temple, and the events mentioned in the legend. The subject of the study consists of two aspects of documentation, i.e. visual (photos of the site) and verbal (legends). Visual subjects were of personal documentation obtained in 2010. Verbal subjects consist of books and journals that discuss the research subject, i.e. Hikayat Banjar, Hikayat Lambung Mangkurat, and Tutur Candi. Research results showed the occurrence of acculturation of Javanese and Kalimantan cultures, both in the form of temple buildings, the existence of hermitage sites, names of legendary figures, and cultural events.
PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN PRODUK-PRODUK HASIL UMKM DI PESANTREN AL-KHOLILI Leni Cahyani; Asep Sufyan Muhakik; Didit Endriawan; Tri Haryotedjo; Harrie Lutfie; Rahmat Hidayat; Sampurno Wibowo; Donny Trihanondo; Soni Sadono
Jurnal Akrab Juara Vol 6 No 5 (2021)
Publisher : Yayasan Akrab Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Digitalisasi menjadi semakin penting karena melalui suatu aplikasi/platform, pesantren dapat memasarkan produk ataupun menyampaikan pesan dakwah ke masyarakat luas tanpa harus melakukan tatap muka. Pengabdiaan kepada masyarakat ini pelaksanaannya membantu dalam membimbing pelaku UMKM di pesantren, dan juga bisa menjadi e-commerce (perdagangan elektronik) yang bisa memasarkan ke luar pesantren baik secara offline dan online. Dan produk-produk masyarakat yang dibina oleh pesantren menjadi jembatan, sehingga kehadiran pesantren sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dengan menciptakan sistem agar seseorang dapat bertranskaksi dengan mudah hanya dengan menggunakan handphone, memasarkan produknya juga dapat dilakukan secara online. Ternyata di pesantren Al-Kholili saat ini sudah memiliki produk UMKM-nya sendiri, dan juga sudah digerakkan melalui gerakan OPOP (one pesantren one product). Namun dalam memasarkan produk UMKM yang dihasilkan di pondok pesantren tersebut tentu ada kendala yang dihadapi. Maka dibutuhkan adopsi teknologi digital yang tepat, yang sekiranya dapat mendukung penuh model pemasaran digital untuk memudahkan dan memperluas pemasaran produk hasil UMKM di pesantren tersebut, terlebih pada masa pemulihan pademi COVID-19 seperti saat ini.