Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Upaya Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Melalui Penggunaan Air Rebusan Sirih Hijau Yuliaswati, Enny; Kamidah, .
IJMS - Indonesian Journal on Medical Science Vol 5, No 1 (2018): IJMS 2018
Publisher : IJMS - Indonesian Journal on Medical Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.808 KB)

Abstract

Abstract: The majority of births occur in the world is a type of vaginal deliveries. Almost every process of vaginal delivery avoid injury on the perineum. Injury to the perineum during childbirth caused the need for a proper treatment so that the injured recover soon. Perineal wound healing in post partum takes an average of 7-10 days. This time is enough time for micro-organisms can multiply within 48 hours (2 days), plus the condition of the perineum during childbirth are always moist by lokhea that can cause infection. During this time, to prevent infection of the perineal wound by applying an antiseptic on the wound material. In fact antiseptic drugs mempuyai weakness, which cause allergies and long enough healing time is 7-10 days. The method is very simple and has been done by the community stout is to wash the wound with betel leaf immersion topically on wound care.To know the effectiveness of green betel in accelerating wound healing of the perineum. This study design with Quasi experiment. a long perineal wound healing in the experimental group average of 5.85 + 1.226, while the control group average of 6.85 + 0.988. Use of green betel perimium can accelerate wound healing. The value of p = 0.010 (p <0.05), which means that there are significant differences between the old wound healing perimium experimental and control groups.Key word: perineal wound, green betelAbstrak: mayoritas persalinan yang terjadi di dunia merupakan jenis persalinan pervaginam. Hampir setiap proses persalinan pervaginam terjadi perlukaan pada perineum. Perlukaan pada daerah perineum yang ditimbulkan saat persalinan perlu suatu perawatan yang tepat agar luka tersebut segera pulih. Penyembuhan luka perineum pada masa nifas rata-rata membutuhkan waktu 7-10 hari. Waktu ini dirasa cukup lama karena mikro organisme dapat berkembang biak dalam waktu 48 jam (2 hari), di tambah dengan kondisi perineum dalam masa nifas yang selalu lembab oleh lokhea sehingga dapat menimbulkan infeksi. Selama ini, untuk mencegah infeksi pada luka perineum dengan cara mengoleskan  bahan antiseptic pada luka tersebut. Pada kenyataanya obat-obat antiseptic mempuyai  kelemahan, yaitu  menimbulkan alergi dan waktu penyembuhan cukup lama yaitu 7-10 hari. Metode yang sangat sederhana dan sudah bayak dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan membasuh luka dengan rendaman daun sirih sebagai obat luar pada perawatan luka. mengetahui efektifitas sirih hijau dalam mempercepat penyembuhan luka perineum. Desain penelitian ini dengan Quasi eksperimen. Hasil: lama penyembuhan luka perineum pada kelompok eksperimen rata-rata 5,85 + 1,226, sedangkan kelompok kontrol rata-rata 6,85 + 0,988. penggunaan sirih hijau dapat mempercepat penyembuhan luka perimium. Nilai p=0,010 (p<0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan lama penyembuhan luka perimium antara kelompok eksperimen dan kontrol.Kata Kunci:  luka perineum, sirih hijau
PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG IVA TES UNTUK DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM Yuliaswati, Enny; Kamidah, K
GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 2 (2019): NOPEMBER
Publisher : P3M STIKES Aisyiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.305 KB) | DOI: 10.30787/gemassika.v3i2.518

Abstract

 Background: Cervical cancer in Indonesia occupies the top position as a malignancy that causes death in women. Cervical cancer that infects women can actually be detected in various ways. One of them is through IVA examination. IVA examination is easy and inexpensive. But there are many obstacles that occur, so the majority of women are reluctant to do so. Embarrassed, feeling that there are no complaints and lack of knowledge dominates many women who are not willing to do an IVA examination. Objective: Community service is to increase knowledge about early detection of cervical cancer through IVA examination. Method: This activity was conducted one day in the form of an interactive discussion with material about early detection of cervical cancer. Based on observations during community service activities, several positive results were obtained, such as: 1). Participants consisting of 45 participants consisting of student guardians and teachers 2). The participants were active in the question and answer session. Results: Increased knowledge regarding methods of early detection of cervical cancer. The post-test results found 35 participants or 78% of participants answered correctly. The conclusion of this activity is education with interactive discussion can increase knowledge about how to detect early cervical cancer.   Background: Cervical cancer in Indonesia occupies the top position as a malignancy that causes death in women. Cervical cancer that infects women can actually be detected in various ways. One of them is through IVA examination. IVA examination is easy and inexpensive. But there are many obstacles that occur, so the majority of women are reluctant to do so. Embarrassed, feeling that there are no complaints and lack of knowledge dominates many women who are not willing to do an IVA examination. Objective: Community service is to increase knowledge about early detection of cervical cancer through IVA examination. Method: This activity was conducted one day in the form of an interactive discussion with material about early detection of cervical cancer. Based on observations during community service activities, several positive results were obtained, such as: 1). Participants consisting of 45 participants consisting of student guardians and teachers 2). The participants were active in the question and answer session. Results: Increased knowledge regarding methods of early detection of cervical cancer. The post-test results found 35 participants or 78% of participants answered correctly. The conclusion of this activity is education with interactive discussion can increase knowledge about how to detect early cervical cancer.
UNIFIKASI THIBBUN NABAWI REBUSAN SIRIH HIJAU PADA IBU PASCA SALIN DENGAN ROBEKAN PERINEUM DI PKD SRI REJEKI PLUPUH SRAGEN Yuliaswati, Enny
GEMASSIKA : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2020): MEI
Publisher : P3M STIKES Aisyiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30787/gemassika.v4i1.566

Abstract

Background: Lack of cleanliness in the genetal area is a problem that is commonly found in post-saline mothers especially with perineal tears. Care for the genetal area of the puerperal mother is important because it can prevent odor and accelerate the healing of the perineum. The presence of injuries to body tissues is very risky of infection. The potential for infection in the perineum because the perineum in the puerperal mother is a moist area. Nursing perineal sutures using green betel stew is effective to speed up the drying of the stitches. Purpose: Community service is to increase knowledge about perineal suture care using green betel stew. Method: This service was carried out for one month in the form of health promotion through home visits to perform perineal care with seams with green betel stew. interactive discussion with material about how to early detect cervical cancer. Results: Based on observations during community service activities, several positive results were obtained, such as: 1). Postpartum mothers with perineal sutures consisting of 12 postpartum mothers. 2). Community service participants gave positive responses. 3) The healing period of perineal suture occurs within 4-5 days. The conclusion of this activity is health promotion with home visits can increase knowledge about how to care for perineal sutures. Keywords: perineum rupture; green betel stew; health promotion
SIKAP BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PIJAT PERINEUM Enny Yuliaswati
Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwivery Science) Vol 1, No 3: Desember 2013
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AKBIDYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36307/jik.v1i3.8

Abstract

Latar belakang: Robekan perineum yang terjadi saat persalinan mengakibatkan 40%-60% perdarahan pasca salin. Komplikasi yang terjadi akibat robekan perineum antara lain lama perawatan yang lebih panjang, penurunan kualitas hidup wanita, penggunaan obat-obatan serta analgetik dan incontinensia alvi. Metode yang dapat mengu-rangi terjadinya robekan pada perineum saat persalinan diantaranya adalah pijat perineum yang dilakukan ketika hamil. Bidan dalam menyikapi fenomena pijat perineum sangat beragam dengan berbagai alasan. Tujuan: Untuk mengkaji sikap bidan antara yang melakukan pijat perineum dan tidak melakukan, maka penulis melakukan penelitian dengan metode mixed method. Metode: Rancangan penelitian ini adalah mixed method strategi eksplanatoris dengan observasional analitik pendekatan potong lintang terhadap 32 bidan yang melakukan pijat perineum dan 68 bidan yang tidak melakukan pijat perineum. Penelitian ini dilaksanakan di Surakarta pada bulan November-Desember 2012 dengan menggu-nakan kuesioner yang telah dilakukan uji reliabilitas dan validitas, sedangkan pengumpulan data kualitatif meng-gunakan wawancara mendalam. Analisis data kuantitatif menggunakan uji Mann-Whitney, sedangkan analisis data kualitatif melalui transkripsi, koding, kategori, dan membangun tema. Hasil: Berdasarkan data yang terkumpul dari 100 responden Hasil penelitian menunjukkan median skor sikap bidan yang melakukan pijat perineum 75,6, tidak melakukan 77,5 (ZM-W= 1,491, nilai p= 0,136). Berdasarkan anali-sis kualitatif faktor dominan yang menyebabkan bidan tidak melakukan pijat perineum yaitu faktor pengetahuan, pengalaman, motivasi dan budaya. Simpulan: Sikap bidan antara yang melakukan pijat perineum dan tidak melakukan tidak terdapat perbedaan.
SIKAP BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PIJAT PERINEUM Enny Yuliaswati
Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwivery Science) Vol 1, No 3: Desember 2013
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AKBIDYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.932 KB) | DOI: 10.36307/jik.v1i3.8

Abstract

Latar belakang: Robekan perineum yang terjadi saat persalinan mengakibatkan 40%-60% perdarahan pasca salin. Komplikasi yang terjadi akibat robekan perineum antara lain lama perawatan yang lebih panjang, penurunan kualitas hidup wanita, penggunaan obat-obatan serta analgetik dan incontinensia alvi. Metode yang dapat mengu-rangi terjadinya robekan pada perineum saat persalinan diantaranya adalah pijat perineum yang dilakukan ketika hamil. Bidan dalam menyikapi fenomena pijat perineum sangat beragam dengan berbagai alasan. Tujuan: Untuk mengkaji sikap bidan antara yang melakukan pijat perineum dan tidak melakukan, maka penulis melakukan penelitian dengan metode mixed method. Metode: Rancangan penelitian ini adalah mixed method strategi eksplanatoris dengan observasional analitik pendekatan potong lintang terhadap 32 bidan yang melakukan pijat perineum dan 68 bidan yang tidak melakukan pijat perineum. Penelitian ini dilaksanakan di Surakarta pada bulan November-Desember 2012 dengan menggu-nakan kuesioner yang telah dilakukan uji reliabilitas dan validitas, sedangkan pengumpulan data kualitatif meng-gunakan wawancara mendalam. Analisis data kuantitatif menggunakan uji Mann-Whitney, sedangkan analisis data kualitatif melalui transkripsi, koding, kategori, dan membangun tema. Hasil: Berdasarkan data yang terkumpul dari 100 responden Hasil penelitian menunjukkan median skor sikap bidan yang melakukan pijat perineum 75,6, tidak melakukan 77,5 (ZM-W= 1,491, nilai p= 0,136). Berdasarkan anali-sis kualitatif faktor dominan yang menyebabkan bidan tidak melakukan pijat perineum yaitu faktor pengetahuan, pengalaman, motivasi dan budaya. Simpulan: Sikap bidan antara yang melakukan pijat perineum dan tidak melakukan tidak terdapat perbedaan.
Upaya Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Melalui Penggunaan Air Rebusan Sirih Hijau Enny Yuliaswati; . Kamidah
Indonesian Journal on Medical Science Vol 5 No 1 (2018): IJMS 2018
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Kesehatan Bhakti Mulial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.808 KB)

Abstract

Abstract: The majority of births occur in the world is a type of vaginal deliveries. Almost every process of vaginal delivery avoid injury on the perineum. Injury to the perineum during childbirth caused the need for a proper treatment so that the injured recover soon. Perineal wound healing in post partum takes an average of 7-10 days. This time is enough time for micro-organisms can multiply within 48 hours (2 days), plus the condition of the perineum during childbirth are always moist by lokhea that can cause infection. During this time, to prevent infection of the perineal wound by applying an antiseptic on the wound material. In fact antiseptic drugs mempuyai weakness, which cause allergies and long enough healing time is 7-10 days. The method is very simple and has been done by the community stout is to wash the wound with betel leaf immersion topically on wound care.To know the effectiveness of green betel in accelerating wound healing of the perineum. This study design with Quasi experiment. a long perineal wound healing in the experimental group average of 5.85 + 1.226, while the control group average of 6.85 + 0.988. Use of green betel perimium can accelerate wound healing. The value of p = 0.010 (p <0.05), which means that there are significant differences between the old wound healing perimium experimental and control groups.Key word: perineal wound, green betelAbstrak: mayoritas persalinan yang terjadi di dunia merupakan jenis persalinan pervaginam. Hampir setiap proses persalinan pervaginam terjadi perlukaan pada perineum. Perlukaan pada daerah perineum yang ditimbulkan saat persalinan perlu suatu perawatan yang tepat agar luka tersebut segera pulih. Penyembuhan luka perineum pada masa nifas rata-rata membutuhkan waktu 7-10 hari. Waktu ini dirasa cukup lama karena mikro organisme dapat berkembang biak dalam waktu 48 jam (2 hari), di tambah dengan kondisi perineum dalam masa nifas yang selalu lembab oleh lokhea sehingga dapat menimbulkan infeksi. Selama ini, untuk mencegah infeksi pada luka perineum dengan cara mengoleskan  bahan antiseptic pada luka tersebut. Pada kenyataanya obat-obat antiseptic mempuyai  kelemahan, yaitu  menimbulkan alergi dan waktu penyembuhan cukup lama yaitu 7-10 hari. Metode yang sangat sederhana dan sudah bayak dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan membasuh luka dengan rendaman daun sirih sebagai obat luar pada perawatan luka. mengetahui efektifitas sirih hijau dalam mempercepat penyembuhan luka perineum. Desain penelitian ini dengan Quasi eksperimen. Hasil: lama penyembuhan luka perineum pada kelompok eksperimen rata-rata 5,85 + 1,226, sedangkan kelompok kontrol rata-rata 6,85 + 0,988. penggunaan sirih hijau dapat mempercepat penyembuhan luka perimium. Nilai p=0,010 (p<0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan lama penyembuhan luka perimium antara kelompok eksperimen dan kontrol.Kata Kunci:  luka perineum, sirih hijau
PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Dina Hartatik; Enny Yuliaswati
Gaster Vol 10 No 1 (2013): FEBRUARI
Publisher : P3M Universitas 'Aisyiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.535 KB)

Abstract

Latar Belakang: Angka kematian bayi baru lahir di Indonesia menurut SDKI 2002/2003 adalah 20/1.000 kelahiran hidup, salah satu penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah asfiksia. Di Indonesia, prevalensi asfiksia sekitar (3%) kelahiran (1998) atau setiap tahunnya sekitar 144/900 kelahiran dengan asfiksia sedang dan berat. Faktor yang berkaitan dengan terjadinya Asfiksia yaitu  faktor  ibu, salah satu  faktor  ibu adalah umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh umur kehamilan pada saat bayi di lahirkan dengan kejadian asfiksia. Metode: Penelitian observasional analitik inferensial hipotesis menggunakan pendekatan case control, subjek penelitian ini adalah bayi baru lahir yaitu sebanyak 80 responden. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: didapatkan nilai X2> X2(5.115> 3,841) dengan pvalue 0,024 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Simpulan: Ada pengaruh umur ehamilan pada saat bayi lahir dengan kejadian asfiksia. Kata Kunci: Umur Kehamilan, Kejadian Asfiksia
PENGETAHUAN DALAM MELAKSANAKAN PIJAT PERINEUM OLEH BIDAN DI KOTA SURAKARTA Enny Yuliaswati
Gaster Vol 11 No 1 (2014): FEBRUARI
Publisher : P3M Universitas 'Aisyiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.492 KB)

Abstract

Robekan perineum yang terjadi saat persalinan mengakibatkan 40%-60% perdarahan pasca salin. Komplikasi yang terjadi akibat robekan perineum antara lain lama perawatan yang lebih panjang, penurunan kualitas hidup wanita, penggunaan obat-obatan serta analgetik dan incontinensia alvi. Metode yang dapat mengurangi terjadinya robekan pada perineum saat persalinan diantaranya adalah pijat perineum yang dilakukan ketika hamil. Tidak semua bidan melakukan pijat perineum ini dengan berbagai alasan. Tujuan: Penelitian ini untuk mengkaji pengetahuan bidan antara yang melakukan pijat perineum dan tidak melakukan. Metode: Rancangan penelitian ini adalah mixed method dengan observasional analitik pendekatan potong lintang terhadap 32 bidan yang melakukan pijat perineum dan 68 bidan yang tidak melakukan pijat perineum. Penelitian ini dilaksanakan di Surakarta pada bulan November-Desember 2012 dengan menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji reliabilitas dan validitas, sedangkan pengumpulan data kualitatif menggunakan wawancara mendalam. Analisis data kuantitatif menggunakan uji Mann-Whitney, sedangkan analisis data kualitatif melalui transkripsi, koding, kategori, dan membangun tema. Hasil: Median skor pengetahuan bidan yang melakukan pijat perineum 80, yang tidak melakukan pijat perineum 50 (ZM-W= 6,091, nilai p= 0,001). Berdasarkan analisis kualitatif faktor dominan yang menyebabkan bidan tidak melakukan pijat perineum yaitu faktor pengetahuan, sikap, pengalaman, motivasi dan budaya. Kata kunci: pengetahuan, pijat perineum
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI DESA GRINGGING, SAMBUNGMACAN, SRAGEN Nika Wahyuningsih; Enny Yuliaswati; Rina Sri Widayati
Gaster Vol 12 No 1 (2015): FEBRUARI
Publisher : P3M Universitas 'Aisyiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.618 KB)

Abstract

Latar  belakang: Akseptor kontrasepsi suntik di Indonesia menempati urutan pertama, dalam penggunaan kontrasepsi suntik petugas kesehatan harus menjelaskan efektifitas, keuntungan, kerugian, indikasi dan kontraindikasi pada calon akseptor KB suntik. Efektifias kontrasepsi suntik adalah (99%) dan (100%) dalam mencegah kehamilan. Hasil Survey Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) di Jawa Tengah pada tahun 2007, menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi suntik adalah cara yang paling umum dipakai oleh wanita.Tujuan penelitian: Untuk mengetahui gambaran karakteristik akseptor kontrasepsi suntik DMPA di Desa Gringging, Sambungmacan, Sragen. Metode penelitian: Dengan menggunakan observasional deskriptif. Rumus analisa data yang digunakan adalah distribusi frekuensi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling pada 36 responden akseptor suntik DMPA. Hasil penelitian: Karakteristik akseptor suntik DMPA sebagian besar usia 20-35 tahun, berpendidikan dasar, pekerjaan petani, penghasilan < Rp.500.000, mempunyai dua anak atau lebih, umur anak terkecil dua tahun atau lebih dan lama penggunaan kontrasepsi kurang dari dua tahun atau lebih dari dua tahun adalah sama. Simpulan: Mayoritas responden adalah usia reproduksi yaitu umur 20-35 tahun, berpendidikan rendah, status sosial cukup , mempunyai dua anak atau lebih, umur anak terkecil dua tahun atau lebih dan lama penggunaan kontrasepsi kurang dari dua tahun atau lebih dari dua tahun adalah sama. Kata Kunci: Kontrasepsi, Suntik, DMPA
GAMBARAN RESPONDEN DENGAN ROBEKAN PERINEUM DI RB PANJAWI SUKOHARJO Enny Yuliaswati
Gaster Vol 12 No 2 (2015): AGUSTUS
Publisher : P3M Universitas 'Aisyiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.786 KB)

Abstract

Latar Belakang: Sekitar 90% penyebab kematian ibu di Indonesia terjadi pada saat persalinan. Perdarahan post partum menyumbang sebesar 40 % sebagai penyebab utamanya. Perdarahan post partum antara  lain  terjadi karena adanya robekan  jalan  lahir atau perineum. Robekan jalan  lahir merupakan  penyebab  kedua  dari  perdarahan  post  partum. Persalinan  sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain passage (jalan lahir), passenger (muatan), power (kekuatan ibu), psikologis dan penolong. Persalinan dapat berjalan normal apabila faktor-faktor tersebut  bekerjasama  dengan baik. Persalinan  yang  terlalu cepat  juga  akan mempermudah terjadinya robekan pada perineum karena otot-otot pada perineum di regang secara tiba-tiba tanpa persiapan secara hati-hati untuk melahirkan kepala, sehingga dalam Kala II atau saat pengeluaran kepala  janin dibutuhkan kerja sama dan koordinasi yang baik oleh pasien agar persalinan dapat terkendali sesuai arah sumbu jalan lahir.Tujuan: Penelitian yang dilakukan di Rumah Bersalin Panjawi ini bertujuan untuk mengukur prevalensi robekan perineum pada ibu bersalin. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan jumlah responden 40 primipara.Hasil: Responden yang mengalami robekan perineum saat persalinan sebesar 60% responden.Simpulan: Mayoritas responden yang bersalin terjadi robekan perineum.Key word: robekan perineum, persalinan