Sunu Tikno, Sunu
Unknown Affiliation

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

EKSPERIMENTASI PRAKIRAAN DEBIT ALIRAN (INFLOW) DENGAN MODEL ARIMA DAN KEMUNGKINAN PENERAPANNYA SEBAGAI METODE ALTERNATIF UNTUK EVALUASI MODIFIKASI CUACA (Kasus : Inflow Waduk Saguling) Tikno, Sunu
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.181 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2146

Abstract

Box dan Jenkins (1976) telah mengembangkan model time series yang dikenal sebagaiARIMA. Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian penggunaan model ARIMA untuk memprakiraan inflow bulanan dan kemungkinan penerapannya untuk evaluasi Modifikasi Cuaca. Data inflow bulanan waduk Saguling periode 1986 – 1996 digunakan untuk identifikasi dan estimasi parameter/koefisien model, sedangkan data tahun 1997-2000 digunakan untuk pengujian hasil model. Dari hasil kajian diketahui bahwa data time series tidak stasioner dan menunjukkan adanya pola musiman dengan panjang musim 12 bulan. Untuk mencapai data time series yang stasioner pertama kali dilakukan transformasi data asli ke nilai logaritmik, kemudian dilanjutkan dengan pembedaan pertama tidak musiman dan musiman (d=1) dan (D=1) . Perhitungan koefisien model dilakukan dengan menggunakan paket software STATISTICA/w.5.0 dengan hasil sebagai berikut: (p=0.5722);(q = 0.9565); (Ps = 0.0944) dan (Qs = 0.8105). Hasil pembandingan antara keluaran model dengan data aktual memberikan hasil baik. Hal ini berarti model ARIMA (1,1,1)(1,1,1)12 layak untuk memprakirakan inflow bulanan Waduk Saguling.Box and Jenskins (1976) have developed time series model used in forecasting, namelyARIMA. The aim of this research is to study the use of ARIMA model to forecast monthlyinflow and the possibility of its application for Weather Modification evaluation Monthly inflow data from Saguling dam during 1986 - 1996 has been used to identity and estimate parameter or coefficient of model and data 1997 - 2000 was used for fitting test model. Result of study is known that pattern of time series data is non-stationery and there is seasonal pattern with period 12 month. In order to reach stationery data, firstly we transform the original data to logarithmic value. And from logarithmic value series data we did next transformation to non-seasonal and seasonal differencing order one (d=1) and (D=1). Coefficients model are calculated by using STATISTICA/w.5.0 and the coefficients value are : (p=0.5722);(q = 0.9565); (Ps = 0.0944) and (Qs = 0.8105) Comparing forecast model and actual data it gives goods result. Therefore the model ARIMA (1,1,1)(1,1,1) is appropriate to forecast the monthly inflow of Saguling dam.
PENERAPAN METODE PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) UNTUK PROGRAM PENGENDALIAN DAN SISTEM PERINGATAN DINI BANJIR KASUS : SUNGAI CILIWUNG Tikno, Sunu
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.264 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2160

Abstract

Banjir merupakan suatu peristiwa hidrologi yang kadang sulit diprediksi kejadiannyadan sering mendatangkan kerugian. Metode penelusuran banjir (metode muskingum) telah banyak digunakan oleh ahli-ahli hidrologi untuk melakukan pengendalian banjir. Tulisan ini merupakan kajian penerapan metode penelusuran banjir di Sungai Ciliwung pada ruas Depok hingga Manggarai. Hasil perhitungan nilai-nilai konstanta dan koefisien sebagai berikut : x = -0.002; K = 6 jam; C0 = 0.1443; C1 = 0.1409 dan C3 = 0.7147. Nilai K = 6 jam berarti bahwa waktu perjalanan puncak gelombang banjir dari Depok menuju Manggarai adalah sekitar 6 jamFlood is the hydrological event and the event occurrence was very difficult to predictand usually detriment. Flood routing (Muskingum method) has been applying for the effort of flood control. This paper described the study of application of flood routing using Muskingum method in Ciliwung River at Depok through Manggarai section. Calculated result of constantan and coefficients value were: x =-0.002; K = 6 hours; C0 = 0.1443; C1 = 0.1409 and C3 = 0.7147. The K value equal 6 hours indicated that travel time of the center mass of flood wave from Depok to Manggarai is 6 hours.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK REDISTRIBUSI CURAH HUJAN DALAM RANGKA TANGGAP DARURAT BANJIR DI PROVINSI DKI JAKARTA DAN SEKITARNYA Seto, Tri Handoko; Sutrisno, Sutrisno; Tikno, Sunu; Widodo, F. Heru
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 14, No 1 (2013): June 2013
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.765 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v14i1.2676

Abstract

Intisari  Pelaksanaan operasi TMC untuk redistribusi curah hujan di Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode mekanisme proses lompatan (jumping process mechanism) dan metode mekanisme persaingan (competition mechanism). Metode mekanisme proses lompatan (jumping process mechanism) dilakukan dengan proses penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan semai NaCl yang ditaburkan ke dalam awan menggunakan pesawat terbang. Tujuannya untuk mempercepat proses hujan pada awan-awan Cumulus yang berada di daerah upwind, yang dari radar terpantau bergerak masuk ke arah wilayah Jakarta. Sementara itu, metode mekanisme persaingan (competition mechanism) dilakukan dengan cara membakar bahan semai dalam flare menggunakan wahana penyemaian dari darat (GBG: Ground-Based Generator) yang terpasang di sejumlah lokasi di wilayah Jakarta, mulai dari hulu (daerah Puncak, Bogor) hingga hilir (sekitar Teluk Jakarta). Metode ini bertujuan untuk mengganggu mekanisme fisika awan-awan konvektif yang tumbuh di atas wilayah Jakarta dan berpotensi menjadi hujan. Secara umum, pelaksanaan TMC yang berlangsung selama 33 hari sejak tanggal 26 Januari sampai dengan 27 Februari 2013 berhasil mengurangi intensitas curah hujan dan resiko banjir di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya. Selama berlangsungnya pelaksanaan TMC di Provinsi DKI Jakarta, total telah dilakukan 66 sorti penerbangan penyemaian dengan rincian 44 sorti menggunakan pesawat Hercules A-1323 dan 22 sorti menggunakan CASA 212-200 U-616. Total bahan semai NaCl powder yang ditaburkan sebanyak 201,8 ton, sementara dengan GBG telah melakukan pembakaran 486 batang flare di 14 lokasi, dan GBG sistem larutan di 9 lokasi masingmasing selama 158 jam. Berdasarkan data curah hujan historis dari TRMM, curah hujan aktual dari penakar dan TRMM, serta prediksi curah hujan dari GFS diperoleh hasil perhitungan pengurangan curah hujan selama operasional TMC sebesar 20-50%.  Abstract  Implementation of the TMC operations for the redistribution of rainfall in Jakarta and surrounding areas is done using two methods, namely the jumping process mechanism and the competition mechanism. The jumping process mechanism performed by seeding the clouds using NaCl using aircraft. The goal is to accelerate the process of rain on Cumulus clouds in upwind areas, which is observed (using radar) moving in the direction to Jakarta area. Meanwhile, the competition mechanism is done by burning the material seeding in form of flares using Ground-Based Generator installed in several locations in Jakarta, ranging from upstream (Puncak area, Bogor) to downstream (around the Bay of Jakarta). This method aims to disrupt the cloud physics mechanism for the existence of convective clouds that grow in the area of Jakarta and potential rain.In general, the implementation of the TMC which lasts for 33 days from January 26 until February 27, 2013 managed to reduce the intensity of rainfall and the risk of flooding in areas of Jakarta and its surroundings. During the implementation of the TMC in Jakarta, a total of 66 flight sorties have been carried out with 44 sorties using Hercules aircraft A-1323 and 22 sorties using CASA 212-200 U-616. Total seeding material NaCl powder was 201.8 tons, while the Ground-Base Generators have burned 486 flares in 14 locations, and GBG solution system has operated in 9 locations for 158 hours each. Based on historical rainfall data from TRMM, actual rainfall from raingauge and TRMM, and rainfall predictions obtained by the GFS, rainfall reduction during TMC operation was about 20-50%.
ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI Tikno, Sunu
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.542 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2111

Abstract

Ketersediaan data debit (aliran sungai) di setiap wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sangat penting bagi kegiatan program perencanaan dan pengembangan sumberdaya air. DAS Batanghari yang yang terletak di Propinsi Jambi, dengan luas total4,537,881 Ha, yang terbagi menjadi 6 (enam) Sub DAS yaitu: Batanghari Hulu; BatangTebo; Batang Tabir; Batang Sumai; Batang Merangin-Tembesi dan Batanghari Hilir dimana secara keseluruhan mempunyai potensi sumberdaya air yang cukup tinggi.Dalam analisis debit ini menggunakan dua pendekatan yaitu : analisis debit rerata bulanan dan analisis kurva duration debit (discharge duration curve). Hasil analisis kurva duration debit untuk estimasi debit andalan (probability 80%) di beberapa Sub DAS adalah sebagai berikut: Batang Tebo sebesar 60 m3/det; Batang Tabir sebesar 27 m3/det; Merangin Tembesi sebesar 53 m3/det dan Batanghari Hilir-Muara Tembesi sebesar 1000m3/det.Availability of discharge (stream flow) data at any region or catchment area were veryimportant for development and planning of water resources program. Batanghari catchment area which consist of 6 sub catchment area i.e. Batanghari Hulu, BatangTebo, Batang Tabir, Batang Sumai, Batang Merangin Tembesi and Batanghari Hilir andtotal cathment area was 4.537.881 Ha. Discharge analysis within Batanghari catchmentarea was conducted consist two of part analysis i.e. monthly average discharge and duration curve of discharge. Result of duration curve analysis for mainstay discharge(80% probability) for several sub catchment area i.e. Batang Tebo: 60 m3/sec.; BatangTabir: 27 m3/sec.; Merangin Tembesi: 53 m3/sec. and Batanghari Hilir-Muara Tembesi:1000 m3/sec.
EVALUASI PENINGKATAN HASIL CURAH HUJAN DAN KETERSEDIAAN AIR AKIBAT KEGIATAN MODIFIKASI CUACA DI DAS CITARUM Nugroho, Sutopo Purwo; Tikno, Sunu
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.038 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2162

Abstract

Defisitnya air di ketiga waduk di DAS Citarum menyebabkan teknologi modifikasi cuacasegera diterapkan untuk meningkatkan ketersediaan air. Penerapan teknologi modifikasicuaca telah menyebabkan meningkatnya curah hujan dan aliran di DAS Citarum. Hasil yang dicapai selama kegiatan adalah rata-rata aliran Sungai Citarum sebesar 326,81 m/detik dan volume air yang tertampung di ketiga waduk sebesar 559,06 juta m3. Adanya tambahan air tersebut maka untuk kebutuhan air pada musim tanam gadu 2001 di daerah irigasi Jatiluhur cukup tersedia, bahkan masih terdapat cadangan air sebesar 1.440,26 juta m3. Namun demikian jika dibandingkan dengan pola rencana untuk kebutuhan air musim tanam rendeng 2001/2002 dan musim tanam gadu 2002 masih terdapat kekurangan air sebesar 152,7 juta m3.Weather modification technology was applied in Citarum for fullfil water in Citarum cascade dam (Saguling, Cirata dan Juanda) due to decreasing water storage. Weather modification technology has been increase the rainfall and inflow of Citarum Watershed. The average inflow of Citarum River was 326,81 m3/sec and nett volume storage in the dams were 559,06 million m3 . Increassing water can be used to irrigation water supply in Pantura agriculture area during dry seasson. However, water irrigation requirement in wet and dry seasson 2001/2002 stil deficit 152.7 million m3.
KAJIAN PELUANG CURAH HUJAN BULANAN DAN PERKIRAAN HASIL TAMBAHAN AIR SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PENENTUAN WAKTU PELAKSANAAN MODIFIKASI CUACA (HUJAN BUATAN) KASUS: DAS RIAM KANAN –KALIMANTAN SELATAN Tikno, Sunu
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 2 (2000): December 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.151 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2128

Abstract

Daerah Aliran Sungai (DAS) Riam Kanan yang terletak di Kabupaten Banjar PropinsiKalimantan Selatan pernah digunakan sebagai daerah target pelaksanaan hujan buatan (penyemaian awan) beberapa kali. Di dalam DAS tersebut terdapat satu dam yang berfungsi untuk pembangkit tenaga listrik. Suatu hal yang sering berkaitan denganketersediaan air adalah masalah distribusi hujan. Bila terjadi musim kemarau panjang atau adanya gannguan iklim, maka akan menyebabkan devisit air. Pada saat seperti ituteknologi hujan buatan dapat diterapkan sebagai salah satu teknologi alternatif untukmenjaga ketersediaan air.Untuk menentukan waktu yang tepat bagi pelaksanaan hujan buatan, telah dilakukananalisis data curah hujan histories. Dengan menggunakan pendekatan analisis peluangdistribusi normal, dapat diperkirakan jumlah curah hujan yang akan dan hasil tmbahan air. Hasil analisis menunjukan bahwa bila pelaksanaan hujan buatan bulan Nopember s.d. April akan meningkatkan tambahan air sebesar 25-50 juta m3 dengan tingkat peluang keberhasilan berkisar 98.7% - 29.8% dan untuk peningkatan sebesar 50-75 juta m3 nilai peluangnya adalah 80.2% - 11.1%Riam Kanan catchment area of Banjar District South Kalimantan Province was used as the target of cloud seeding activities several times. There are have one dam at down stream area which purposed for hydroelectric power plant. Even though Indonesia known that have enough rainfall but the case it is not evenly distributed. One time it has more than enough rainfall; another is very dry that is not enough to operate the hydroelectric power plant optimally. At this time cloud seeding activity to enhanced rainfall amount is necessary to be implemented.To determine favorable time to execute cloud seeding activity it is necessary to assessrainfall pattern by making use of the historical data and analyses them statically. Normaldistribution method was used in this analysis. The result if cloud seeding activity isimplemented in November to April will increase rainfall amount between 25 – 50 million m3 with probability value 98.7 % - 29.8 % and for increase rainfall amount between 50 – 75 million m3 with probability 80.2% – 11.1%.
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan Harsoyo, Budi; Haryanto, Untung; Seto, Tri Handoko; Tikno, Sunu; Tukiyat, Tukiyat; Bahri, Samsul
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 14, No 2 (2013): December 2013
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (782.272 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v14i2.2689

Abstract

-
APLIKASI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENINGKATKAN CURAH HUJAN DI DAS CITARUM - JAWA BARAT 12 MARET S.D. 10 APRIL 2001 Karmini, Mimin; Nugroho, Sutopo Purwo; Tikno, Sunu; Nuryanto, Satyo; Sitorus, Baginda Patar; Bahri, Samsul; Widodo, Florentinus Heru; Arifian, Jon; Kudsy, Mahally; Goenawan, R Djoko; Yahya, Rino Bahtiar; Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.864 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2141

Abstract

Teknologi modifikasi cuaca sudah sering diaplikasikan di Indonesia terutama untukmeningkatkan jumlah curah hujan. Teknologi modifikasi cuaca diterapkan bila terjadiindikasi penurunan jumlah curah hujan dan kemungkinan akan munculnya fenomena ElNiño sebagai tindakan preventif. Aplikasi teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan diDAS Citarum, Jawa Barat mulai tanggal 12 Maret s.d. 10 April 2001 adalah berdasarkan kenyataan bahwa inflow DAS Citarum menurun dengan drastis pada bulan Desember 2000 dan sebagai tindakan preventif akan munculnya fenomena El Niño pada akhir tahun 2001 atau 2002. Pada awal tahun 2001, tiga kaskade waduk di DAS Citarum mengalami defisit cadangan air sebanyak 486,36 juta m . Waduk Ir. Juanda yang merupakan waduk multi fungsi harus menyediakan pasokan air untuk: irigasi teknis pada lahan sawah seluas 296.000 ha (2 kali tanam), yang memberikan kontribusi sebesar ± 40 % ke Jabar atau setara dengan ± 10 % Nasional; air baku permukiman dan industri; serta penyediaan tenaga listrik (± 4,5 milyar kWh). Data akhir setelah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca dengan menggunakan konsep sistim dan lingkungan adalah nilai rata-rata aliran total Citarum sebesar 326,81 m /det dan volume total aliran Citarum sejak mulai kegiatan hingga tanggal 10 April 2001 adalah sebesar 847,1 juta m3.Weather modification technology has been applied in Indonesia especially to enhancerainfall. Weather modification technology has been employed whenever there has beenan indication of rainfall shortage and the possibility of El Niño occurrence asprecautionary action. Weather modification technology that was applied in Citarumcatchment area – West Java on 12 March – 10 April 2001 was based on the fact thatCitarum inflow decreased drastically in December 2000 and also as a preventiveendeavor to the possibility of warm episode in 2001/2002. In the early of 2001, threecascade dams had water storage deficit as much as 486.36 million m3. Ir. Juanda dam,which has multi purposes, has to supply water for: technical irrigation for 296,000 ha ofrice field (2 planting seasons) that contributes ± 40 % to West Java or about ± 10 % ofnational production; fresh water for community and industry; as well as electricity of about 4.5 billion kWh. After the application of weather modification technology by employing system and environment concept, it was recorded that the average inflow of Citarum catchment area was 326.81 m /sec and total volume during the activity was 847.1million m3.
PERBANDINGAN PROFIL HUJAN VERTIKAL RADAR CUACA DENGAN MICRO RAIN RADAR SELAMA KEJADIAN HUJAN SEDANG (Studi Kasus : Intensive Observation Period 2016) Tikno, Sunu; Yahya, Rino Bahtiar; Syafira, Sara Aisyah
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 17, No 2 (2016): December 2016
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.164 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v17i2.536

Abstract

IntisariMicro Rain Radar (MRR) merupakan suatu instrumen pengamatan hujan, yang beroperasi secara vertikal. Sementara itu, radar cuaca WR-2100 biasa digunakan untuk membuat suatu profil yang berupa cakupan area.  Akan tetapi, dengan pengolahan lebih lanjut, data suatu radar cuaca seperti radar cuaca WR-2100 tersebut juga dapat digunakan untuk menampilkan profil vertikal salah satu parameternya di suatu lokasi tertentu. Penelitian kali ini membandingkan profil vertikal hujan di Dramaga, Bogor berdasarkan nilai rain rate nya yang diperoleh dari MRR yang beroperasi secara langsung di lokasi tersebut dengan profil serupa yang diperoleh dari radar cuaca WR-2100 yang beroperasi di lokasi berbeda, yaitu di Serpong, Tangerang Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua instrumen tersebut mendeteksi adanya nilai rain rate pada waktu-waktu yang bersamaan, namun dengan nilai yang lebih tinggi oleh radar cuaca WR-2100 untuk lapisan-lapisan yang lebih tinggi, yang terutama diduga karena atenuasi yang lebih besar dan signifikan yang terjadi pada proses pengukuran oleh MRR untuk lapisan-lapisan yang lebih tinggi pada saat kejadian-kejadian hujan sedang.  AbstractMicro Rain Radar (MRR) is an instrument to observe precipitation, especially rainfall, that operate vertically. Besides, a weather radar, WR-2100, is an instrument making profile in an area scope. By doing further processing, data of weather radar WR-2100 can be used to show vertical profile of a certain parameter in a certain location. This study compared vertical profile of rain rate at Dramaga, Bogor, based on data of MRR operated in same location with that based on data of weather radar WR-2100 operated in different location, which is Serpong, Tangerang Selatan. Results of the study showed that both instruments detected rain rate values on same times, while the values are higher at higher altitudes for weather radar WR-2100 than for MRR due to higher and more significant attenuation happened in MRR operation at higher altitude in moderate rainfall events. 
APLIKASI METODE CURVE NUMBER UNTUK MEMPRESENTASIKAN HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN ALIRAN PERMUKAAN DI DAS CILIWUNG HULU – JAWA BARAT Tikno, Sunu; Hariyanto, Teguh; Anwar, Nadjadji; Karsidi, Asep; Aldrian, Edvin
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 13 No. 1 (2012)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1149.735 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v13i1.1402

Abstract

Aliran permukaan/limpasan (run off) merupakan salah satu variabel hidrologi yang sangat penting di dalam menunjang kegiatan pengembangan sumber daya air. Metode prediksi yang handal untuk menghitung jumlah dan laju limpasan yang berasal dari permukaan tanah dan bergerak menuju sungai di suatu DAS yang tidak dilengkapi alat ukur (ungaged watershed) adalah suatu pekerjaan yang sangat sulit dan memerlukanwaktu yang banyak. Penelitian ini dilakukan di DAS Ciliwung Hulu, yang merupakan daerah penting dalam kotribusi banjir di Jakarta. Untuk mengetahaui run off  yang terjadi, digunakan data curah hujan dan debit Tahun 2007-2009. Sebagai model, untuk mengetahui run off menggunakan peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, dan topografi. Peta-peta tersebut diolah dengan menggunakan Arcview, sehingga didapatkannilai CN. Berdasarkan analisis perhitungan, besarnya debit mendekati 50% dari tebal hujan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kondisi DAS Ciliwung Hulu sudah tidak mampu lagi menyerap curah hujan dengan baik. Korelasi antara hasil prediksi run off model yang menggunakan CN dengan perhitungan run off observasi cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa metode Curve Number cukup dapat mepresentaskan hubungancurah hujan dengan aliran permukaan (run off). kata kunci : Run off observasi, run off model, curve number AbstractRun off (surface flow) is one of the most important hydrological variable in supporting the activities of water resources development. A reliable prediction method to calculate the amount and rate of runoff from the land surface caused by the rain that falls in a watershed that is not equipped with measuring devices (un gauge watershed) is a verydifficult job and requires a lot of time. The research was conducted in the watershed Ciliwung Hulu, which is an important area in relation to the incidence of flooding in Jakarta. Curve Number (CN) method can be used to predict the amount of runoff from a watershed. This model required input of rainfall; land cover maps; soil type maps,and topography. The maps are processed using Arc View software, so we get the value of CN. In this study, we used of rainfall and discharge data 2007-2009. Based on the analysis of calculation, known that amount of surface flow approaching 50% of rainfall depth. This condition indicates that the Ciliwung Hulu watershed conditions were not ableand proper to absorb of rainfall. The correlation between the results of run-off prediction models using CN with run-off observation was quite good. This indicated that the Curve Number method could be able to represent the relationship of rainfall with surface flow (run off) and also to predict runoff key words: Run off observation, run-off model, curve number