Satyo Nuryanto, Satyo
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

NOTE AND CORRESPONDENCE TANGGAPAN TERHADAP TULISAN REANALISIS KONDISI ATMOSFER UNTUK DEKLARASI FAVOURABLE-DAY Widodo, F Heru; Nuryanto, Satyo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.8 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2152

Abstract

Keputusan “favourable day” pada tanggal 18 Desember 1999, berdasarkan hasil analisiswahana radiosonde dan sinop/satelit yang menyatakan favourable day meskipun wahana cuaca permukaan dan pibal menyatakan unfavourable day. Keputusan ini sesuai dengan desain penelitian. Hasil survey dengan pesawat yang dilengkapi dengan pengukuran LWC menunjukan bahwa kondisi cuaca mendukung terbentuknya awan cumulus kongestus dengan nilai LWC memenuhi kriteria desain penelitian. Dengan dasar ini amplop (untuk randomized seeding) dibuka dan menyatakan “SEED” (dilakukanpenyemaian), maka dilakukan penyebaran bahan semai di dalam awan. Karena prosedur sudah mengikuti desain penelitian, maka data sampel semai pada tanggal 18 Desember 1999 sah dan tidak bisa digugurkan atau dikeluarkan dari set data semai. Reanalisis kondisi cuaca dalam kasus ini tidak dapat dipakai untuk menggugurkan data semai tapi untuk mengevaluasi keakuratan analisis kondisi cuaca sebelumnya.Decision of “favourable day” on 18 December 1999 was based on the result of dataanalyses of radiosonde and synoptic weather/satellite imageries which stated that theday was favourable to find cumulus congestus development over study area, even dataanalyses of surface weather and winds data said unfavourable day. The decision met the criteria of the research design. Morover, survey using aircraft indicated that LWC wasalso met the criteria. Based on these assessments, the randomized seeding was carriedout and the envelope said to be seeded, therefore seeding was done. Becauseprocedures to carry out randomized seeding met the reaserch design, data of randomized seeding on 18 December 1999 was valid and should not be exluded fromdata set. In this case, weather condition reanalyses should not be utilized to drop databut to weigh up the precision of weather condition analysis.
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN JASA PELAYANAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA Tukiyat, Tukiyat; Nuryanto, Satyo; Sundoro, Agung
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 2 (2012): December 2012
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v13i2.2576

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kepuasan pelanggan (customer satisfaction index - CSI) yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai baseline bagi peningkatan pelayanan jasa TMC dan melakukan pemetaan kebutuhan dan harapan pelanggan.
KAJIAN KUALITAS AIR HUJAN BUATAN DAN KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN CURAH HUJAN Husni, Mohamad; Nuryanto, Satyo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 2 (2000): December 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.562 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2132

Abstract

Teknologi hujan buatan (modifikasi cuaca) pada dasarnya memberikan suatuperlakuan terhadap alam yaitu dengan menaburkan suatu zat ke awan di udara,sehingga kemungkinan menimbulkan masalah-masalah lingkungan. Analisa dilakukansecara kualitatip yaitu dengan membandingkan data hasil analisa kualitas air denganbaku mutu air untuk golongan A yang diperuntukkan sebagai air minum berdasarkanPP No. 20 tahun 1990. Disamping itu juga data dibandingkan dengan persyaratankualitas air yang diperuntukan bagi keperluan pertanian maupun perikanan menurutberbagai referensi maupun baku mutu air golongan C. Hasil analisa dapat disimpulkanbahwa perlakuan hujan buatan tidak mempengaruhi kualitas air hujan. Tidak terdapatperbedaan yang nyata kualitas air hujan buatan pada periode sebelum, selama dansetelah hujan buatan. Kualitas air hujan (untuk parameter uji pH,DHL, Nsa, Cl, Ca,NO2, No3, dan NH4) selama hujan buatan masih dalam batas-batas toleransi yangditetapkan sesuai dengan baku mutu air golongan A. Kualitas air hujan buatan layakdiperuntukkan bagi pertanian dan perikanan.Rain making (weather modification) basically is a treatment by spreading a chemicalsubstance into the cloud, therefore some environmental issues may be arised due tothis operation. Analysed have been carried out qualitatively by comparing rain waterquality analysis to A-type standard water quality which is intended for A type drinkingwater based on Government Regulation PP No. 20 year of 1990. Besides the data wasalso compared to water quality standards for agricultural and fisheries based onseveral references as well as C - type water quality standard. The results of this studyshows the treatment by weather modification does not influence the quality of rainwater. There is no significant difference of rain water from the periods of before, duringand after the operation. Rain water quality (such as pH, Conductivity, Nsa, Cl, Ca,NO2, No3, and NH4) during the operation is within the allowed tolerances of the A-typewater quality standard. The quality of the rain water during the operation is usable foragriculture and fisheries.
APLIKASI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENINGKATKAN CURAH HUJAN DI DAS CITARUM - JAWA BARAT 12 MARET S.D. 10 APRIL 2001 Karmini, Mimin; Nugroho, Sutopo Purwo; Tikno, Sunu; Nuryanto, Satyo; Sitorus, Baginda Patar; Bahri, Samsul; Widodo, Florentinus Heru; Arifian, Jon; Kudsy, Mahally; Goenawan, R Djoko; Yahya, Rino Bahtiar; Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.864 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2141

Abstract

Teknologi modifikasi cuaca sudah sering diaplikasikan di Indonesia terutama untukmeningkatkan jumlah curah hujan. Teknologi modifikasi cuaca diterapkan bila terjadiindikasi penurunan jumlah curah hujan dan kemungkinan akan munculnya fenomena ElNiño sebagai tindakan preventif. Aplikasi teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan diDAS Citarum, Jawa Barat mulai tanggal 12 Maret s.d. 10 April 2001 adalah berdasarkan kenyataan bahwa inflow DAS Citarum menurun dengan drastis pada bulan Desember 2000 dan sebagai tindakan preventif akan munculnya fenomena El Niño pada akhir tahun 2001 atau 2002. Pada awal tahun 2001, tiga kaskade waduk di DAS Citarum mengalami defisit cadangan air sebanyak 486,36 juta m . Waduk Ir. Juanda yang merupakan waduk multi fungsi harus menyediakan pasokan air untuk: irigasi teknis pada lahan sawah seluas 296.000 ha (2 kali tanam), yang memberikan kontribusi sebesar ± 40 % ke Jabar atau setara dengan ± 10 % Nasional; air baku permukiman dan industri; serta penyediaan tenaga listrik (± 4,5 milyar kWh). Data akhir setelah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca dengan menggunakan konsep sistim dan lingkungan adalah nilai rata-rata aliran total Citarum sebesar 326,81 m /det dan volume total aliran Citarum sejak mulai kegiatan hingga tanggal 10 April 2001 adalah sebesar 847,1 juta m3.Weather modification technology has been applied in Indonesia especially to enhancerainfall. Weather modification technology has been employed whenever there has beenan indication of rainfall shortage and the possibility of El Niño occurrence asprecautionary action. Weather modification technology that was applied in Citarumcatchment area – West Java on 12 March – 10 April 2001 was based on the fact thatCitarum inflow decreased drastically in December 2000 and also as a preventiveendeavor to the possibility of warm episode in 2001/2002. In the early of 2001, threecascade dams had water storage deficit as much as 486.36 million m3. Ir. Juanda dam,which has multi purposes, has to supply water for: technical irrigation for 296,000 ha ofrice field (2 planting seasons) that contributes ± 40 % to West Java or about ± 10 % ofnational production; fresh water for community and industry; as well as electricity of about 4.5 billion kWh. After the application of weather modification technology by employing system and environment concept, it was recorded that the average inflow of Citarum catchment area was 326.81 m /sec and total volume during the activity was 847.1million m3.
PEMANFAATAN DATA SATELIT GMS MULTI KANAL UNTUK KEGIATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA Syaifullah, Muhamad Djazim; Nuryanto, Satyo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 17, No 2 (2016): December 2016
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1030.446 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v17i2.525

Abstract

IntisariTulisan ini menyajikan pemanfaatan data satelit GMS (Geostationary Meteorological Satellites) multi kanal untuk informasi perawanan dalam rangka mendukung kegiatan teknologi modifikasi cuaca. Pemanfaatan data satelit meliputi proses pengunduhan data, proses kalibrasi dan visualisasi citra satelit sehingga dapat diinterpretasi. Pemrosesan data satelit juga meliputi jenis dan tipe awan serta ukuran butir awan. Dengan diketahuinya tipe dan jenis awan maka pemilihan target awan dalam pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dapat lebih efektif. Data Satelit GMS yang berupa data PGM untuk berbagai kanal telah dimanfaatkan untuk analisis cuaca dan mendukung pelaksanaan kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Dari analisis beberapa kanal Infra Merah (IR) dapat diperoleh tipe/jenis awan dan ukuran butiran awan yang sangat bermanfaat untuk kepentingan Teknologi Modifikasi Cuaca. Diperlukan pengelolaan data yang lebih intensif baik manajemen data maupun kontinuitas pengunduhan data untuk menjamin kelancaran analisis. Selain itu juga diperlukan validasi lapangan misalnya dengan data radar analisis menjadi semakin akurat.  AbstractThis paper presents the utilization of GMS (Geostationary Meteorological Satellites) multichannel satellite data for cloud cover information in order to support the activities of weather modification technology or cloud seeding. These utilizations covering the process of data downloading, process calibration and visualization of satellite imagery so that it can be interpreted. Processing of satellite data also includes the type of cloud as well as cloud grain size. By knowing the type of cloud, the cloud target selection in the execution of Weather Modification Technology can be more effective. From the analysis of several Infrared (IR) channels can be obtained type/kind of cloud and grain size of the clouds that are beneficial to the interests of cloud seeding. It is required a more intensive data management and continuity of data download. It is also necessary field validation for example with radar data. The purpose of data management was the data processing became more efficient. 
NOTE AND CORRESPONDENCE TANGGAPAN TERHADAP TULISAN REANALISIS KONDISI ATMOSFER UNTUK DEKLARASI FAVOURABLE-DAY Widodo, F Heru; Nuryanto, Satyo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.8 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2152

Abstract

Keputusan ?favourable day? pada tanggal 18 Desember 1999, berdasarkan hasil analisiswahana radiosonde dan sinop/satelit yang menyatakan favourable day meskipun wahana cuaca permukaan dan pibal menyatakan unfavourable day. Keputusan ini sesuai dengan desain penelitian. Hasil survey dengan pesawat yang dilengkapi dengan pengukuran LWC menunjukan bahwa kondisi cuaca mendukung terbentuknya awan cumulus kongestus dengan nilai LWC memenuhi kriteria desain penelitian. Dengan dasar ini amplop (untuk randomized seeding) dibuka dan menyatakan ?SEED? (dilakukanpenyemaian), maka dilakukan penyebaran bahan semai di dalam awan. Karena prosedur sudah mengikuti desain penelitian, maka data sampel semai pada tanggal 18 Desember 1999 sah dan tidak bisa digugurkan atau dikeluarkan dari set data semai. Reanalisis kondisi cuaca dalam kasus ini tidak dapat dipakai untuk menggugurkan data semai tapi untuk mengevaluasi keakuratan analisis kondisi cuaca sebelumnya.Decision of ?favourable day? on 18 December 1999 was based on the result of dataanalyses of radiosonde and synoptic weather/satellite imageries which stated that theday was favourable to find cumulus congestus development over study area, even dataanalyses of surface weather and winds data said unfavourable day. The decision met the criteria of the research design. Morover, survey using aircraft indicated that LWC wasalso met the criteria. Based on these assessments, the randomized seeding was carriedout and the envelope said to be seeded, therefore seeding was done. Becauseprocedures to carry out randomized seeding met the reaserch design, data of randomized seeding on 18 December 1999 was valid and should not be exluded fromdata set. In this case, weather condition reanalyses should not be utilized to drop databut to weigh up the precision of weather condition analysis.
KAJIAN KUALITAS AIR HUJAN BUATAN DAN KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN CURAH HUJAN Husni, Mohamad; Nuryanto, Satyo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 2 (2000): December 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.562 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2132

Abstract

Teknologi hujan buatan (modifikasi cuaca) pada dasarnya memberikan suatuperlakuan terhadap alam yaitu dengan menaburkan suatu zat ke awan di udara,sehingga kemungkinan menimbulkan masalah-masalah lingkungan. Analisa dilakukansecara kualitatip yaitu dengan membandingkan data hasil analisa kualitas air denganbaku mutu air untuk golongan A yang diperuntukkan sebagai air minum berdasarkanPP No. 20 tahun 1990. Disamping itu juga data dibandingkan dengan persyaratankualitas air yang diperuntukan bagi keperluan pertanian maupun perikanan menurutberbagai referensi maupun baku mutu air golongan C. Hasil analisa dapat disimpulkanbahwa perlakuan hujan buatan tidak mempengaruhi kualitas air hujan. Tidak terdapatperbedaan yang nyata kualitas air hujan buatan pada periode sebelum, selama dansetelah hujan buatan. Kualitas air hujan (untuk parameter uji pH,DHL, Nsa, Cl, Ca,NO2, No3, dan NH4) selama hujan buatan masih dalam batas-batas toleransi yangditetapkan sesuai dengan baku mutu air golongan A. Kualitas air hujan buatan layakdiperuntukkan bagi pertanian dan perikanan.Rain making (weather modification) basically is a treatment by spreading a chemicalsubstance into the cloud, therefore some environmental issues may be arised due tothis operation. Analysed have been carried out qualitatively by comparing rain waterquality analysis to A-type standard water quality which is intended for A type drinkingwater based on Government Regulation PP No. 20 year of 1990. Besides the data wasalso compared to water quality standards for agricultural and fisheries based onseveral references as well as C - type water quality standard. The results of this studyshows the treatment by weather modification does not influence the quality of rainwater. There is no significant difference of rain water from the periods of before, duringand after the operation. Rain water quality (such as pH, Conductivity, Nsa, Cl, Ca,NO2, No3, and NH4) during the operation is within the allowed tolerances of the A-typewater quality standard. The quality of the rain water during the operation is usable foragriculture and fisheries.
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN JASA PELAYANAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA Tukiyat, Tukiyat; Nuryanto, Satyo; Sundoro, Agung
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 2 (2012): December 2012
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v13i2.2576

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kepuasan pelanggan (customer satisfaction index - CSI) yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai baseline bagi peningkatan pelayanan jasa TMC dan melakukan pemetaan kebutuhan dan harapan pelanggan.
APLIKASI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENINGKATKAN CURAH HUJAN DI DAS CITARUM - JAWA BARAT 12 MARET S.D. 10 APRIL 2001 Arifian, Jon; Kudsy, Mahally; Goenawan, R Djoko; Yahya, Rino Bahtiar; Renggono, Findy; Karmini, Mimin; Nugroho, Sutopo Purwo; Tikno, Sunu; Nuryanto, Satyo; Sitorus, Baginda Patar; Bahri, Samsul; Widodo, Florentinus Heru
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.864 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2141

Abstract

Teknologi modifikasi cuaca sudah sering diaplikasikan di Indonesia terutama untukmeningkatkan jumlah curah hujan. Teknologi modifikasi cuaca diterapkan bila terjadiindikasi penurunan jumlah curah hujan dan kemungkinan akan munculnya fenomena ElNiño sebagai tindakan preventif. Aplikasi teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan diDAS Citarum, Jawa Barat mulai tanggal 12 Maret s.d. 10 April 2001 adalah berdasarkan kenyataan bahwa inflow DAS Citarum menurun dengan drastis pada bulan Desember 2000 dan sebagai tindakan preventif akan munculnya fenomena El Niño pada akhir tahun 2001 atau 2002. Pada awal tahun 2001, tiga kaskade waduk di DAS Citarum mengalami defisit cadangan air sebanyak 486,36 juta m . Waduk Ir. Juanda yang merupakan waduk multi fungsi harus menyediakan pasokan air untuk: irigasi teknis pada lahan sawah seluas 296.000 ha (2 kali tanam), yang memberikan kontribusi sebesar ± 40 % ke Jabar atau setara dengan ± 10 % Nasional; air baku permukiman dan industri; serta penyediaan tenaga listrik (± 4,5 milyar kWh). Data akhir setelah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca dengan menggunakan konsep sistim dan lingkungan adalah nilai rata-rata aliran total Citarum sebesar 326,81 m /det dan volume total aliran Citarum sejak mulai kegiatan hingga tanggal 10 April 2001 adalah sebesar 847,1 juta m3.Weather modification technology has been applied in Indonesia especially to enhancerainfall. Weather modification technology has been employed whenever there has beenan indication of rainfall shortage and the possibility of El Niño occurrence asprecautionary action. Weather modification technology that was applied in Citarumcatchment area ? West Java on 12 March ? 10 April 2001 was based on the fact thatCitarum inflow decreased drastically in December 2000 and also as a preventiveendeavor to the possibility of warm episode in 2001/2002. In the early of 2001, threecascade dams had water storage deficit as much as 486.36 million m3. Ir. Juanda dam,which has multi purposes, has to supply water for: technical irrigation for 296,000 ha ofrice field (2 planting seasons) that contributes ± 40 % to West Java or about ± 10 % ofnational production; fresh water for community and industry; as well as electricity of about 4.5 billion kWh. After the application of weather modification technology by employing system and environment concept, it was recorded that the average inflow of Citarum catchment area was 326.81 m /sec and total volume during the activity was 847.1million m3.
PEMANFAATAN DATA SATELIT GMS MULTI KANAL UNTUK KEGIATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA Syaifullah, Muhamad Djazim; Nuryanto, Satyo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 17, No 2 (2016): December 2016
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1030.446 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v17i2.525

Abstract

IntisariTulisan ini menyajikan pemanfaatan data satelit GMS (Geostationary Meteorological Satellites) multi kanal untuk informasi perawanan dalam rangka mendukung kegiatan teknologi modifikasi cuaca. Pemanfaatan data satelit meliputi proses pengunduhan data, proses kalibrasi dan visualisasi citra satelit sehingga dapat diinterpretasi. Pemrosesan data satelit juga meliputi jenis dan tipe awan serta ukuran butir awan. Dengan diketahuinya tipe dan jenis awan maka pemilihan target awan dalam pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dapat lebih efektif. Data Satelit GMS yang berupa data PGM untuk berbagai kanal telah dimanfaatkan untuk analisis cuaca dan mendukung pelaksanaan kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Dari analisis beberapa kanal Infra Merah (IR) dapat diperoleh tipe/jenis awan dan ukuran butiran awan yang sangat bermanfaat untuk kepentingan Teknologi Modifikasi Cuaca. Diperlukan pengelolaan data yang lebih intensif baik manajemen data maupun kontinuitas pengunduhan data untuk menjamin kelancaran analisis. Selain itu juga diperlukan validasi lapangan misalnya dengan data radar analisis menjadi semakin akurat.  AbstractThis paper presents the utilization of GMS (Geostationary Meteorological Satellites) multichannel satellite data for cloud cover information in order to support the activities of weather modification technology or cloud seeding. These utilizations covering the process of data downloading, process calibration and visualization of satellite imagery so that it can be interpreted. Processing of satellite data also includes the type of cloud as well as cloud grain size. By knowing the type of cloud, the cloud target selection in the execution of Weather Modification Technology can be more effective. From the analysis of several Infrared (IR) channels can be obtained type/kind of cloud and grain size of the clouds that are beneficial to the interests of cloud seeding. It is required a more intensive data management and continuity of data download. It is also necessary field validation for example with radar data. The purpose of data management was the data processing became more efficient.