Sudung O Pardede, Sudung O
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Published : 43 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search
Journal : Sari Pediatri

Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Sudung O. Pardede; Partini P. Trihono; Taralan Tambunan
Sari Pediatri Vol 6, No 4 (2005)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp6.4.2005.144-8

Abstract

Glomerulonefritis akut merupakan glomerulonefritis yang sering ditemukan pada anakditandai dengan hematuria, hipertensi, edem, dan penurunan fungsi ginjal.Glomerulonefritis akut pada anak paling sering ditemukan pada umur 2- 10 tahun danumumnya terjadi pasca infeksi streptokokus.Tujuan: mengetahui gambaran klinis glomerulonefritis akut pada anak di DepartemenIlmu Kesehatan Anak RSCM, Jakarta.Metoda: penelitian deskriptif retrospektif. Data diperoleh dari catatan medik pasiendengan diagnosis glomerulonefritis akut yang berobat di Departemen Ilmu KesehatanAnak RSCM, Jakarta, sejak tahun 1998 sampai 2002.Hasil: selama 5 tahun (1998-2002), didapatkan 45 pasien glomerulonefritis akut (26laki-laki dan 19 perempuan) yang berumur antara 4 – 14 tahun dengan umur palingsering adalah 6-11 tahun. Riwayat infeksi saluran nafas akut didapatkan pada 36 pasien,dan infeksi kulit 14 pasien. Hematuria makroskopik didapatkan pada 29 pasien, anuria/oliguria 31 pasien, dan edem pada 39 pasien. Hipertensi dijumpai pada 39 pasien, 19 diantaranya merupakan hipertensi krisis. Proteinuria dan hematuria mikroskopikdidapatkan pada semua pasien, leukosituria 29 pasien. Penurunan fungsi ginjal didapatkanpada 21 pasien, peningkatan titer ASO 21 pasien, dan komplemen C3 yang menurun32 pasien.Kesimpulan: hematuria, proteinuria, edem, hipertensi, dan oligo/anuria merupakanmanifestasi klinis glomerulonefritis akut yang paling sering ditemukan pada anak.Dibandingkan dengan periode sebelumnya, kejadian glomerulonefritis akut semakinmenurun.
Telaah Perbandingan Panduan Klinis Sindrom Nefrotik Idiopatik Resisten Steroid pada Anak Sudung Oloan Pardede; Reza Fahlevi; Edwin Kinesya; Eka Laksmi Hidayati; Henny Adriani Puspitasari; Partini Pudjiastuti Trihono
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.137-46

Abstract

Latar belakang. Sebagai salah satu penyakit ginjal anak tersering di dunia, sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sensitif dan resisten steroid. Penelitian dan tata laksana sindrom nefrotik resisten steroid pada anak terus berkembang. Panduan klinis yang digunakan seringkali berbeda dan bervariasi antar fasilitas kesehatan ataupun negara di dunia.Tujuan. Membandingkan panduan klinis sindrom nefrotik idiopatik resisten steroid pada anak. Metode. Kami menentukan topik dan lingkup bahasan yang akan dibahas. Sesudah itu, dilakukan telaah dan perbandingan terhadap empat panduan klinis dari Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2012, Kidney Disease: Improving Global Outcomes tahun 2021, Indian Society of Pediatric Nephrology tahun 2021, dan International Pediatric Nephrology Association tahun 2020. Empat lingkup bahasan kajian antara lain diagnosis, pemeriksaan penunjang, batasan kriteria, dan terapi.Hasil. Didapatkan beberapa perbedaan mendasar yang ditemukan, antara lain, adanya periode konfirmasi, beberapa istilah baru, anjuran pemeriksaan genetik, serta pilihan utama terapi imunosupresan. Kesimpulan. Sesudah menelaah panduan klinis sindrom nefrotik idiopatik resisten steroid dari Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2012 dan panduan klinis baru lainnya, ditemukan beberapa pebedaan dasar. Oleh karena itu, diperlukan pembaharuan konsensus sindrom nefrotik resisten steroid yang disesuaikan dengan bukti ilmiah terbaru serta ketersediaan fasilitas kesehatan dan obat-obatan di Indonesia.
Sindrom Nefrotik Idiopatik Sensitif Steroid pada Anak: Telaah Perbandingan Panduan Klinis Partini Pudjiastuti Trihono; Reza Fahlevi; Edwin Kinesya; Eka Laksmi Hidayati; Henny Adriani Puspitasari; Sudung Oloan Pardede
Sari Pediatri Vol 25, No 4 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.4.2023.231-42

Abstract

Latar belakang. Sindrom nefrotik idiopatik merupakan penyakit ginjal tersering pada anak di dunia. Penelitian terkait sindrom nefrotik idiopatik pada anak terus berkembang. Namun, pada praktiknya masih terdapat variasi yang lebar terkait evaluasi dan tata laksana sindrom nefrotik idiopatik pada anak di dunia. Tujuan. Membandingkan panduan klinis sindrom nefrotik idiopatik sensitif steroid pada anak. Metode. Membandingkan empat panduan klinis sindrom nefrotik idiopatik sensitif steroid pada anak, yaitu panduan klinis sindrom nefrotik idiopatik Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2012, Kidney Disease Improving Global Outcome tahun 2021, International Pediatric Nephrology Association tahun 2022, dan Indian Society of Pediatric Nephrology tahun 2021. Dikembangkan 7 lingkup bahasan kajian, meliputi diagnosis, pemeriksaan penunjang awal, batasan kriteria, dan terapi sindrom nefrotik inisial, sindrom nefrotik relaps jarang, sindrom nefrotik relaps sering dan sindrom nefrotik dependen steroid.Hasil. Didapatkan beberapa perbedaan mendasar yang ditemukan, antara lain, terkait batasan proteinuria dan hipoalbuminemia yang digunakan, dosis maksimal steroid, definisi relaps sering, pilihan terapi imunosupresan pada SN relaps sering, dependen steroid, dan pemeriksaan genetik yang dirasonalisasikan berdasarkan bukti-bukti penelitian terbaru.Kesimpulan. Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara panduan klinis sindrom nefrotik idiopatik Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2012 dengan panduan klinis terbaru lainnya. Perlu dipertimbangkan pembaharuan konsensus sindrom nefrotik di Indonesia dengan menelaah bukti ilmiah terbaru dan disesuaikan dengan ketersediaan obat serta fasilitas pemeriksaan di Indonesia.