Frisca Anggraeni Manik
Universitas Ngudi Waluyo

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Peningkatan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pijat Oksitosin di Balikpapan dan Lampung Selatan Frisca Anggraeni Manik; Hapsari Windayanti; Anisa Indarti
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 1 No. 2 (2022): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Breast milk is known as a very important food for babies. According to IDAI, the composition of breast milk can change depending on the needs and age of the baby and can be used as a main food until the baby is 6 months old. Oxytocin massage is one solution to increase production of breast milk. Oxytocin massage is massage along the spine (vertebrae) to the fifth-sixth costae and is an attempt to stimulate the hormones prolactin and oxytocin after childbirth. The purpose of this public service duties is to add insight to the public, especially postpartum mothers who are breastfeeding so that they can increase knowledge about oxytocin massage to increase milk production. The implementation of public service duties activity was shown to postpartum mothers in Balikpapan and South Lampung on December 5, 2022. The method used in this public service duties was health education and the practice of oxytocin massage which was carried out via Zoom to postpartum mothers. The implementation of this public service duties activity was shown to postpartum mothers as many as 20 female respondents. The average age of the respondents was 22-36 years with the youngest being 22 years and the oldest being 36 years. The level of knowledge at the pretest held by postpartum mothers in Balikpapan and South Lampung, namely the level of knowledge in the good category, there is to 3 people with a percentage of 15%, the level of moderate knowledge was 14 people with a percentage of 70%, and the level of knowledge in the poor category was found by 3 people with a percentage 15%. The conclusion is there is an increase knowledge of postpartum mothers when the health science about oxytocin massage be understood and videos of oxytocin massage are played, the posttest results show that the level of knowledge in the good category is obtained by all 20 respondents with a percentage of 100%. Abstrak ASI disebut sebagai makanan yang sangat penting bagi bayi. Menurut IDAI karena komposisinya dapat berubah tergantung kebutuhan dan usia bayi serta dapat dijadikan sebagai makanan tunggal hingga bayi berusia 6 bulan. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima- keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Adapun tujuan pengabdian masyarakat ini untuk menambah wawasan masyarakat terutama ibu postpartum yang sedang menyusui agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang pijat oksitokisn untuk meningkatan produksi ASI. Pelaksanaa dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini di tunjukan kepada ibu postpartum di Balikpapan dan Lampung Selatan pada tanggal 05 Desember 2022. Metode yang digunakan pada pengabdian masyarakat ini adalah penyuluhan kesehatan dan praktik pijat oksitosin yang dilakukan melalui Zoom kepada ibu-ibu postpartum. Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini ditunjukan kepada ibu postpartum sebanyak 20 orang responden dengan jenis kelamin perempuan. Rata-rata responden berumur 22-36 tahun dengan usia termuda 22 tahun dan tertua 36 tahun. Tingkat pengetahuan saat pretest yang dimiliki oleh ibu nifas di Balikpapan dan Lampung Selatan yaitu tingkat pengetahuan dengan kategori baik berjumlah 3 orang dengan persentase 15%, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 14 orang dengan persentase 70%, dan tingkat pengetahuan dengan kategori kurang ditemukan 3 orang dengan persentase 15%. Kesimpulan terdapat peningkatan pengetahuan pada ibu nifas saat sudah dilakukan penyuluhan materi tentang pijat oksitosin dan diputarkan video pijat oksitosin, didapatkan hasil posttest tingkat pengetahuan dengan kategori baik didapat semua responden 20 orang dengan presentase 100%.
Literature Review: Sikap dan Pengetahuan Catin Terhadap Pemeriksaan Hepatitis B dan HIV pada Skrining Pranikah Frisca Anggraeni Manik; Hapsari Windayanti; Rini Septianasari; Ikka Bella Seftiyani; Denil Shintiya; Dita Sintama
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 2 No. 1 (2023): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Marriage is a means of procreation and regeneration of the nation's human resources. Regeneration should be maintained in order to obtain superior human resources free from infectious diseases, including Hepatitis B (HBV) and Human Immunodeficiency Virus (HIV). In the midst of increasing prevalence of HIV and HBV from year to year globally and nationally, the rate of vertical transmission is also increasing. Screening examinations are needed to reduce mortality, morbidity, and the financial burden on the state. This is what drives the importance of premarital HBV and HIV screening for prospective brides (Catin). Differences in policy and program implementation make this policy not optimal. Several obstacles such as culture, education, economy, and stigmatization made it difficult to implement the program. This literature review research was conducted to examine the attitudes and behavior of premarital HIV and HBV screening for prospective brides and grooms. A total of 6 journals from pubmed and google scholar were reviewed after going through the inclusion criteria screening: Journals published in 2016 – 2023, in English or Indonesian, can be accessed in full text. The results of the review show that the catin volunteering rate for HBV and HIV testing is quite high, although this number can be maximized through premarital transmission education and counseling to increase confidence. Adult age, higher education, economic level, up to men showed higher results of understanding and volunteering for HIV and HBV testing. Reluctance to take tests tends to be caused by unpreparedness in dealing with the results (stigmatization) and post-test treatment. Support and socialization are needed either by friends, family, or educational/health institutions. Some of the strongest factors in motivating premarital Hepatitis B and HIV tests are knowledge, trust, norms, assurance of confidentiality, and costs. Thus, obstacles in the form of reluctance can be overcome through these things.   Abstrak Pernikahan merupakan sarana prokreasi dan regenerasi sumber daya manusia bangsa. Regenerasi selayaknya dijaga agar didapatkan sumber daya manusia unggul terbebas dari penyakit menular, diantaranya Hepatitis B (HBV) dan Human Immunodeficiecy Virus (HIV). Di tengah meningkatnya prevalensi HIV dan HBV dari tahun ke tahun secara global dan nasional, angka penularan vertikal juga ikut meningkat. Dibutuhkan pemeriksaan screening guna mengurangi mortalitas, morbiditas, serta beban keuangan negara. Hal itulah yang mendorong pentingnya skrining HBV dan HIV Pranikah bagi Calon Pengantin (Catin). Perbedaan kebijakan dan pelaksanaan program membuat kebijakan ini tidak maksimal. Beberapa kendala seperti budaya, pendidikan, ekonomi, hingga stigmatisasi menjadikan hambatan dalam pelaksanaan program. Penelitian tinjauan Pustaka ini dilakukan untuk menelaah sikap dan perilaku skrining HIV serta HBV pranikah bagi calon pengantin. Sebanyak 6 jurnal bersumber pubmed dan google scholar ditelaah setelah melalui skrining kriteria inklusi: Jurnal terbitan tahun 2016 – 2023, Berbahasa Inggris atau Indonesia, dapat diakses secara full text. Hasil tinjauan menunjukkan cukup tingginya angka kesukarelaan catin terhadap pengujian HBV dan HIV, walaupun angka tersebut dapat dimaksimalkan melalui edukasi dan konseling pranikah terhadap penularan guna meningkatkan keyakinan. Usia dewasa, pendidikan tinggi, level ekonomi, hingga laki-laki menunjukkan hasil pemahaman serta kesukarelaan terhadap tes HIV dan HBV yang lebih tinggi. Keengganan melakukan tes cenderung diakibatkan ketidaksiapan dalam menghadapi hasil (stigmatisasi) dan pengobatan paska tes. Diperlukan dukungan dan sosialisasi baik oleh teman, keluarga, ataupun institusi Pendidikan/Kesehatan. Beberapa faktor terkuat dalam memotivasi pemeriksaan Hepatitis B dan HIV pranikah ialah pengetahuan, kepercayaan, norma, penjaminan kerahasiaan, hingga biaya dikeluarkan. Sehingga, kendala berupa keengganan dapat teratasi melalui hal-hal tersebut.