Felicia Irawaty
Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Dampak Hati yang Gembira Terhadap Kesehatan Jasmani : Eksposisi Amsal 17:22 Felicia Irawaty
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 1, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v1i2.41

Abstract

Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia, dapat dikatakan bahwa kesehatan merupakan bagian dari kesejahteraan di samping sandang,pangan dan papan. Namun di dalam kehidupan manusia terdapat hal - hal yang menjadi penyebab terganggunya kesehatan, dimana terganggunya kesehatan seseorang disebut dengan sakit. Konsep sehat dan sakit dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti faktor biologis, yaitu pemahaman seseorang tentang kondisi fisiologis, faktor psikologis, namun bagi orang Kristen ada sebuah faktor yang tidak kalah penting yaitu faktor religius/kepercayaan mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Teologi Biblika. Teologi Biblika mencakup pendekatan hermeneutik untuk pengkajian Alkitab dengan tujuan memahami makna teks dalam konteks penulis mula-mula sehingga akan menemukan hasil penelitian berupa makna hati yang gembira di dalam Amsal 17:22 dan terbukti bahwa hati yang gembira berdampak positif bagi kesehatan jasmani manusia. Kata kunci : Kesehatan jasmani, hati yang gembira, Amsal 17:22
PANDANGAN POSTMILENIALISME DAN SUMBANGSIHNYA BAGI PEMULIHAN KONDISI MENTAL ORANG KRISTEN PADA MASA PASCA PANDEMI COVID-19 Theodorus Miraji; Felicia Irawaty
Voice of Wesley: Jurnal Ilmiah Musik dan Agama Vol 4, No 2 (2021): J.VoW Vol 4. No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologia Wesley Methodist Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36972/jvow.v4i2.86

Abstract

2020 is a tough year for humans due to the Covid-19 pandemic which has attacked all sides of human life. One of the most affected is the human mentality, and this mentality must be restored so that in the post-pandemic era, humans can be active and do everything as before. The church also has a duty to carry out this and the church has teachings that can be given to humans in general and Christians in particular as material for healing, one of which is eschatology which relates to the teachings of Postmillennialism. The method of this research is descriptive method with literature study techniques. Some of the characteristics of Postmillennial teachings are: First, Postmillennialists believe that what mankind is waiting for, namely the coming of God's reign, has actually started since the first coming of Jesus. Second, the 1000 year reign is led by Jesus through the church and Third, Postmillennialism believes in the central role of the gospel. From these characteristics, the Postmillennial Viewpoint can contribute to raising hope for the future and as material for Christian Counseling / Pastoral Assistance, contributing to encouraging churches to be actively involved in human life, Postmillennialism Views Encourage evangelism as a human need in the post-pandemic era
Tinjauan Teologis : Fenomena Kepenuhan Roh Kudus kepada Anak Felicia Irawaty; Stefani Stefani
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 4, No 1 (2022): Desember 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v4i1.112

Abstract

Tujuan Penelitian ini adalah, untuk menjelaskan karakteristik spiritual anak secara umum. Kedua, untuk menjelaskan karakteristik spiritual anak menurut pandangan Alkitab. Ketiga untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang kepenuhan Roh Kudus kepada anak berdasarkan Kitab Kisah Para Rasul 2:1-13 dan Kitab Yoel 2:28. Menurut hasil questioner yang disebarkan, didapati beberapa pandangan danĀ  pendapat tentang apakah anak dapat mengalami kepenuhan Roh Kudus di dalam kehidupannya. Ada yang berpendapat bahwa sulit untuk menjelaskan Roh Kudus kepada anak; anak masih ikut-ikutan dan belum bisa dipastikan dapat mengalami kepenuhan Roh Kudus; anak belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengalami kepenuhan Roh Kudus; namun ada juga yang berpendapat anak sudah dapat mengalami kepenuhan Roh Kudus Kesimpulan karya ilmiah ini adalah ; pertama, kepenuhan Roh kudus dapat dialami siapa saja, semua orang, tidak memandang umur, jenis kelamin, dan golongan apapun, tentunya ini termasuk anak-anak. Kedua, anak-anak dan teruna-teruna atau remaja bahkan dapat menerima dan memanifestasikan karunia Roh untuk membangun jemaat dalam Tubuh Kristus.Kata kunci : Tinjuan Teologis; Kepenuhan Roh Kudus, Anak
Gereja Inklusif: Membangun Komunitas Ramah Yang Mampu Menangkal Stigma Terhadap Kaum Difable Arif Wicaksono; Felicia Irawaty
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 6, No 2 (2023): 15 Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34081/fidei.v6i2.480

Abstract

Gereja sebagai institusi sosial memainkan peran penting dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap berbagai kelompok dan individu. Salah satu kelompok yang sering mengalami diskriminasi dan stigmatisme adalah kaum difabel. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana gereja dapat menjadi agen perubahan dalam membentuk komunitas yang inklusif dan ramah terhadap kaum difabel serta mengurangi stigma terhadap mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka guna menggali bentuk gereja yang inklusif. Melalui penerapan nilai-nilai kasih, keadilan, dan keterbukaan, gereja menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai keragaman manusia, termasuk orang difabel. Pendekatan ini mencakup edukasi, kesadaran sosial, dan dukungan praktis, yang bersama-sama membantu mengembangkan kesetaraan, memperjuangkan hak-hak, dan mendorong partisipasi aktif orang difabel dalam kehidupan gereja dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan tekad untuk menghapus stigma, gereja yang inklusif bukan hanya merangkul perbedaan, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial yang positif, membentuk dunia di mana setiap individu diterima dan dihargai, tanpa memandang kondisi fisik atau mentalnya.