p-Index From 2019 - 2024
1.116
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Sajaratun
Maria Gorety Djandon
Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KEBIASAAN BO BEDIL PADA SAAT ORANG MENINGGAL DUNIA DI DESA GOLO WEDONG KECAMATAN KUWUS BARAT KABUPATEN MANGGARAI BARAT Pius Hadino Atul; Yosef Dentis; Maria Gorety Djandon
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1962

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana asal-usul kebiasaan bo bedil pada saat orang meninggal dunia? (2) Apa persepsi tua adat tentang perubahan dalam tradisi bo bedil pada saat orang meninggal dunia? Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui asal-usul kebiasaan bo bedil pada saat orang meninggal dunia (2) mengetahui persepsi tua adat tentang perubahan dalam tradisi bo bedil pada saat orang meninggal dunia.Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif, metode pengumpulan data menggunakan teknik: (1) Wawancara (2) Dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, pemaparan data, dan penarikan kesimpulan. Sesuai dengan fokusnya, maka yang menjadi subjek penelitian ini terdiri dari informan kunci daninforman pendukung, yang terdiri dari Tua golo, Tua tembongsekaligusTua teno, dan informan pendukung dari warga Desa Golo Wedong.Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi bo bedil pertama kali ada sejak zaman penjajahan dan persepsi tua adat mengenai perubahan dalam tradisi bo bedil, bahwa perubahan itu terjadi karena perkembangan zaman yang semakin pesat dengan munculnya teknologi baru untuk memudahkan segala kegiatan manusia.
MOTIF ANAK PUTUS SEKOLAH YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL (STUDI KASUS) DI KELURAHAN EKASAPTA KECAMATAN LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR Suryani Tajriah; Maria Gorety Djandon; Hasti Sulaiman
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2413

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1) Apakah yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal? 2) Apakah dampak negatif yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sktor informal? 3) Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal? Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui faktor penyebab anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal 2) untuk mengetahui dampak negatif yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal, 3) untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah anak putus sekolah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) pengumpulan data, 2) reduksi data 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor penyebab anak berhenti sekolah adalah rendahnya SDM, kurangnya motivasi, minat yang rendah, lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat serta kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak. Penyebab anak meninggalkan bangku sekolah adalah kesadaran pendidikan, ekonomi yang rendah, sehingga anak-anak rela meninggalkan bangku sekolah guna membantu perekonomian keluarga dengan mencari pekerjaan sebagai sopir angkot, kenek, nelayan, penjual ikan bahkan ada yang merantau di luar negeri. Dampak anak putus sekolah yaitu dampak negatif seperti mabuk-mabukan, mencuri, bermain judi, duduk nongkrong seharian, membuat keributan bahkan menikah di usia sekolah. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kelurahan Ekasapta yaitu sosialisasi antara anak dan orang tua tentang pentingnya pendidikan serta mengadakan sekolah paket A. Sedangkan dari pihak sekolah SDN Kampung Baru sudah mengadakan program bimbingan prestasi serta mengadakan sosialisasi yang dilakukan oleh guru-guru SDN Kampung Baru di Kelurahan Ekasapta saat proses belajar mengajar serta saat ceramah ataupun setelah upacara bendera.
MAKNA JOTO SEBAGAI NILAI BUDAYA KEARIFAN LOKAL SUKU API LEDU DI DESA WOLOLELU KECAMATAN MAUPONGGO KABUPATEN NAGEKEO Kristina Fania Co'o; Maria Gorety Djandon; Josef Kusi
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2432

Abstract

Permasalahan yang diangkat peneliti adalah Apa makna Joto sebagai nilai budaya kearifan lokal Suku Api Ledu di Desa Wololelu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo? Apa fungsi Joto sebagai nilai budaya kearifan lokal Suku Api Ledu di Desa Wololelu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo?.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebudayaan yang digagas oleh Prof. M. Djojodigeno yang menegaskan bahwa kebudayaan “atau budaya” adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.Cipta yang artinya bawa kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengelamannya, Karsa yang berarti kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal “sangkan paran”. Sedangkan rasa yang berarti kerinduan manusia akan keindahan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.Penelitian ini dilakukan di Desa Wololelu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo. Subjek yang dipilih adalah anggota suku Api Ledu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adala teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan : reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan verifikasi serta kesimpulan akhir. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa makna Joto dibagi menjadi dua bagia yaitu makna estetika dan makna budaya. Sedangkan fungsi Joto dibagi menjadi tiga bagian yaitu fungsi religi, fungsi solidaritas dan fungsi persatuan.Makna peneliti menyimpulkan bawa Joto sebagai dasar atau pondasi dan sebagai simbol dalam suku yang dimana terdapat aturan-aturan yang sudah disepakati bersama melalui musyawarah bersama sehingga terjalin hubungan yang harmonis dalam suku.
STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA KOMUNITAS PETANI SAWAH TADAH HUJAN (Studi Kualitatif di Lecem Desa Wae Renca Kecamatan Cibal Barat Kabupaten Manggarai) Yohana Sumiyati Jelita; Marianus Ola Kenoba; Maria Gorety Djandon
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 1 (2023): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i1.2944

Abstract

SEWU NGEWU SEBAGAI RITUAL TOLAK BALA PADA MASYARAKAT DI DESA RAKATEDA I KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA Maria Gorety Djandon
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 2 (2023): Sajaratun. Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i2.3773

Abstract

Sewu ngewu merupakan salah satu upacara adat untuk menolak bala yang berhubungan dengan kebakaran kampung atau tempat tinggal masyarakat. Upacara ini masih tetap dilakukan oleh masyarakat apabila ada kebakaran dalam kampung. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah 1) bagaimana proses pelaksanaan upacara sewu ngewu dijalankan, dan 2) makna apa yang terkandung dalam upacara sewu ngewu. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui proses pelaksanaan upacara sewu ngewu dan 2) untuk mengetahui makna yang terkandung dalam upacara sewu ngewu. Peneliti menggunakan teori ritus yang digagaskan oleh Van Gennep yang mengungkapkan bahwa ritual adalah bagian dari tingkah laku religius yang masih aktif dan bisa diamati, misalnya pemujaan, nyanyian, doa-doa dan tarian. Ritual memiliki sifat sakral, seperti penggunaan benda-benda sakral dalam ritual yang tidak tergantung pada ciri-ciri hakikat dari benda tersebut. Tetapi tergantung kepada sikap mental dan emosional kelompok masyarakat pemeluk kepercayaan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menujukkan bahwa upacara sewu ngewu masih tetap dilakukan oleh masyarakat di desa Rakateda I apabila terjadi kebakaran di desa Rakateda I. Bagi masyarakat di desa Rakateda I, ritual sewu ngewu memiliki makna religius, makna persaudaran dan makna keharmonisan.
RITUAL PEMBERIAN NAMA ANAK (PI’I WAU’NG ) PADA KLAN TENU DI DESA LANAMAI KECAMATAN RIUNG BARAT KABUPATEN NGADA Theresia Minu; Maria Gorety Djandon; Karolus Charlaes Bego
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 6 No 1 (2021): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v6i1.3830

Abstract

Permasalahan yang diangakat dalam penelitian ini adalah:(1) Bagaimana proses pelaksanaan ritual pemberian nama anak ( Pi’i Wa’ung) pada klan Tenu di Desa Lanamai Kecamatan Riung Barat Kabupaten Ngada, (2)Apa makna dari ritual Pemberian nama (pi’i wa’ung) Pada klan Tenu Di Desa Lanamai Kecamatan Riung Barat Kabupaten Ngada. Untuk membahas masalah diatas peneliti mengunakan teori Interaksionisme Simbolik yang dikemukakan oleh George Simmle. Jenis penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data-data berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari para narasumber serta perilaku yang diamati yang diarahkan pada latar beakang seutuhnya. Subyek penelitian, peneliti memilih enam orang informan yaitu empat orang tokoh masyarakat dan satu orang tokoh adat sebagai informan pendukung. Teknik pengumpulan data ini ada tiga yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data diantaranya: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Ritual pemberian nama anak masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat pada klan Tenu. (2) dari kalangan generasi mudah kurang peduli terhadap ritual pemberian nama anak. Aspirasi masyarakat Desa lanamai akhirnya mendapat sambutan baik dari pemerintah daerah Kabupaten Ngada. Hasil akhir studi ini menyimpulkan bahwa Desa Lanamai mengalami perkembangan antara lain dalam bidang sosial, dan bidang budaya