Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MELALUI PEMBELAJARAN EFEKTIF SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU Sabiq, Fairuz
ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal Vol 4, No 2 (2016): Elementary
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/elementary.v4i2.3003

Abstract

Pendidikan Islam memainkan peranan yang sangat penting dalam membentuk generasi yang siap menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Pendidikan Islam harus mampu menyelengarakan proses pembekalan pengetahuan, penanaman nilai, pembentukan sikap dan karakter, pengembangan bakat, kemampuan dan keterampilan, menumbuhkembangkan potensi akal, jasmani dan rohani yang optimal, seimbang  dan sesuai dengan tuntutan zaman. Namun pada kenyataanya, pendidikan Islam khususnya di Indonesia telah berjalan dalam lorong krisis yang panjang. Pendidikan Islam telah kehilangan pijakan filosofisnya yang hakiki, yang kemudian berdampak pada tidak jelasnya arah dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk menjawab permasalahan tersebut, munculah gagasan Pendidikan Islam Terpadu; sebuah model pendidikan yang didesain dengan segala keterpaduan dari berbagai sisi dan aspek pendidikan yang meliputi visi, misi, kurikulum, pendidik, suasana pembelajaran dan lain sebagainya. Sekolah Islam Terpadu sebagai bentuk satuan pendidikan memiliki peran yang strategis dalam membentuk, membangun, membina dan mengarahkan siswa menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang berkarakter dan berkepribadian yang positif, memahami diri sendiri, terampil dan mampu berkerja sama dengan orang lain. Salah satunya adalah SD Islam Terpadu Hidayah Klaten yang menerapkan konsep rabbaniyah, integratif, stimulatif, fasilitatif, inovatif, dan motivatif dalam kurikulumnya.
Mengembangkan Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual Anak Usia Dini Secara Qur'ani pada TK Masyitoh Mranggen Demak Sabiq, Fairuz; Millah, Dliyaul
ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal Vol 4, No 2 (2016): ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
Publisher : PIAUD IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/thufula.v4i2.2039

Abstract

Pendidikan pada masa kanak-kanak memegang peran penting dan sangat esensial memberikan pengaruh yang sangat dalam, yang mendasari proses pendidikan dan perkembangan anak selanjutnya. Pada usia lima tahun pertama masa kanak-kanak penuh dengan kejadian penting dan unik (a highly eventfull and unique period of life) yang meletakkan dasar bagi kehidupan seseorang di masa dewasa. Selanjutnya, pendidikan menjadi starting point yang sangat efektif dalam membekali keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada anak-anak, fondasi pengetahuan modern, serta wawasan kemasyarakatan dan kebangsaan yang holistik dan komprehensif. Oleh karena itu, diperlukan penerapan pendidikan secara Qur’ani untuk mengembangkan kecerdasan anak usia dini baik secara intelektual (IQ), emosional (EQ), maupun spiritual (SQ), seperti yang telah diterapkan oleh TK Masyitoh Mranggen Demak. Dengan menerapkan beberapa metode Qur’ani, guru TK Masyitoh mampu mensinergikan tiga kecerdasan tersebut. Sehingga, anak dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual secara seimbang. Pengembangan kecerdasan-kecerdasan tersebut diharapkan mampu memberikan bekal anak dalam menempuh tugas perkembangan di usia selanjutnya serta memberikan dasar yang penting dalam mempersiapkan anak menjadi pribadi yang utuh, berakidah mantap, berakhlak mulia, berkemampuan akademis tinggi, serta berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.
The Qibla Direction of the Great Mosque Inherited from the Islamic Kingdom in Java: Myth and Astronomy Perspective Sabiq, Fairuz
ADDIN Vol 13, No 1 (2019): ADDIN
Publisher : LPPM IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/addin.v13i1.5727

Abstract

The determination of the direction of the qibla at the Great Mosque that was inherited from the Islamic Kingdom of Java had executed by waliyullah. Through the folklore and history of the Land of Java or known as a Babad, those stories explained that waliyullah was the person who determining direction of Qibla by raising his right-hand and holding Masjidil Haram in Makkah. On the other hand, he was holding mustoko of the mosque. A line between his right and left-hand as a line of direction of the mosque’s Qibla. This kind of story was widespread in society as a myth. This myth was related to karomah (divine distinction) of waliyullah. Therefore, Qibla of the mosque could not be changeabled, eventhough, the qibla direction of Great Mosque is not unidirectional with direction of Masjidil Haram. People’s opinions said that Qibla direction of the mosque is right according to jihatul Ka’bah. This research is integrated with myth and astronomy. The results of this research are different from formerly perspectives. Firstly, ulama received the result of myth but they were not catching messages of the myth. Ulama were only understood of the explicit meanings of the myth but they were not understand of the implicit meanings of the myth. Secondly, Sunan Kalijaga had determined direction Qibla of the Mosque with his knowledge about falak, he was not doing it by only his karomah (divine distinction). Thirdly, the direction of the Qibla at the Great Mosque that was inherited from the Islamic Kingdom of Java was determined its Qibla direction by using ‘ainul Ka’bah method and not only by using jihatul Ka’bah method. The last, Java society has a feodalistic character.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PRODI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH KE ARAH KOMPETENSI SYARIAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT Sabiq,dkk, Fairuz
Kodifikasia Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.887 KB) | DOI: 10.21154/kodifikasia.v6i1.764

Abstract

Tulisan ini membahas Pengembangan Kurikulum Program Studi al-Ahwal al-Syakhshiyyah Jurusan Syari?ah Fakultas Syari?ah dan Ekonomi Islam Institut  Agama  Islam  Negeri  (IAIN)  Surakarta  ke  Arah  Kompetensi Syari?ah  dan  kebutuhan  masyarakat  dengan  meng  analisis  pengembangan  kurikulum  Program  Studi  al-Ahwal  al-Syakhshiyyah.  Model pengem bangan kurikulum yang dibutuhkan program studi al-Ahwal alSyakhshiyyah adalah pengembangan kurikulum yang berbasis kompetensi syariah. Saat ini, kurikulum dalam program studi ini ada yang mendukung ke arah kompetensi syari?ah dan kebutuhan masyarakat, tetapi ada juga kurikulum yang terdiri dari sebaran mata kuliah dan praktikum yang sama  sekali  tidak  mendukung  dua  tuntutan  tersebut.  Kurikulum  yang tidak mendukung hanya berupa ilmu pengetahuan bagi mahasiswa secara umum, bukan untuk mahasiswa program studi ini, misalnya mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Seharusnya sebaran mata kuliah dan praktikum yang mendukung kompetensi syariah dan kebutuhan masyarakat harus diperkuat kembali dan ditambahkan sesuai visi dan misi program studi, serta mengurangi mata kuliah dan praktikum yang kurang mendukung kompetensi syariah dan kebutuhan masyarakat. Misal nya, memperkuat mata kuliah perkawinan atau keperdataan Islam dengan bobot sks yang lebih, dosen yang kompeten, serta praktikum yang bersifat reguler bukan simultan.
The Qibla Direction of the Great Mosque Inherited from the Islamic Kingdom in Java: Myth and Astronomy Perspective Sabiq, Fairuz
ADDIN Vol 13, No 1 (2019): ADDIN
Publisher : LPPM IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/addin.v13i1.5727

Abstract

The determination of the direction of the qibla at the Great Mosque that was inherited from the Islamic Kingdom of Java had executed by waliyullah. Through the folklore and history of the Land of Java or known as a Babad, those stories explained that waliyullah was the person who determining direction of Qibla by raising his right-hand and holding Masjidil Haram in Makkah. On the other hand, he was holding mustoko of the mosque. A line between his right and left-hand as a line of direction of the mosque’s Qibla. This kind of story was widespread in society as a myth. This myth was related to karomah (divine distinction) of waliyullah. Therefore, Qibla of the mosque could not be changeabled, eventhough, the qibla direction of Great Mosque is not unidirectional with direction of Masjidil Haram. People’s opinions said that Qibla direction of the mosque is right according to jihatul Ka’bah. This research is integrated with myth and astronomy. The results of this research are different from formerly perspectives. Firstly, ulama received the result of myth but they were not catching messages of the myth. Ulama were only understood of the explicit meanings of the myth but they were not understand of the implicit meanings of the myth. Secondly, Sunan Kalijaga had determined direction Qibla of the Mosque with his knowledge about falak, he was not doing it by only his karomah (divine distinction). Thirdly, the direction of the Qibla at the Great Mosque that was inherited from the Islamic Kingdom of Java was determined its Qibla direction by using ‘ainul Ka’bah method and not only by using jihatul Ka’bah method. The last, Java society has a feodalistic character.
PENDAMPINGAN GEMARI DAN REDARKUM MELALUI DISEMINASI “STOP PERNIKAHAN DINI” hadiningrum, Lila; Zuhroh, Diana; Sabiq, Fairuz
Jurnal Abdimas Adpi Sosial dan Humaniora Vol. 2 No. 3 (2021): Jurnal Abdimas ADPI Sosial dan Humaniora
Publisher : Asosiasi Dosen PkM Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47841/jsoshum.v2i3.231

Abstract

ABSTRACT Indonesia is faced with increasing cases of early marriage globally. It is necessary to socialize the minimum age limit and the maturity of the marriage age as an insight to the community and awareness to teenagers so that in planning a family by considering various aspects related to married life. This study raises the priority issues used related to the lack of literacy related to the Marriage Age Limit in Pucang Miliran Village, Tulung, Klaten. Assistance for gemari and redarkum through the dissemination of "stop early marriage" is a priority for bottom-up programs that promote public and youth awareness. The model used in this mentoring is community participation (especially parents and youth). Lectures and discussions are used as methods in the implementation of mentoring through dissemination activities and efforts that can be made by teenagers to prevent early marriage. In this assistance, it becomes a community-based program that aims to prevent child marriage with activities in the program including increasing awareness of adolescents and the community, peer educators, hearings through the media, and collaboration. The need for follow-up activities in collaboration with non-formal and formal institutions in maturing the age of marriage and productive training for adolescents. Keywords: mentoring, dissemination, marriage age limit ABSTRAK Indonesia dihadapkan pada kasus pernikahan dini secara global terus meningkat. Untuk kemaslahatan berumah tangga diperlukan sosialisasi batas usia minimal dan pendewasaan usia perkawinan sebagai wawasan kepada masyarakat dan kesadaran kepada remaja agar dalam merencanakan keluarga dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupan berumah tangga. Kajian ini mengangkat isu prioritas yang digunakan terkait kurangnya literasi terkait Batas Usia Nikah di Desa Pucang Miliran, Tulung, Klaten. Pendampingan gemari (gerakan masyarakat peduli) dan redarkum (remaja sadar hukum) melalui diseminasi “stop pernikahan dini” menjadi prioritas bottom up program yang mengusung kesadaran masyarakat dan remaja. Model yang digunakan dalam pendampingan ini adalah partisipatif masyarakat (khususnya orang tua dan remaja). Ceramah dan diskusi digunakan sebagai metode dalam pelaksanaan pendampingan melalui kegiatan diseminasi dan upaya-upaya yang dapat dilakukan remaja untuk mencegah pernikahan dini. Dalam pendampingan ini menjadi community-based programme yang bertujuan untuk mencegah pernikahan usia anak dengan kegiatan-kegiatan yang ada dalam program meliputi peningkatan kesadaran remaja dan masyarakat, peer educators, dengar pendapat melalui media, dan kerja sama dengan berbagai pihak. Perlunya kegiatan follow up dalam kerjasama dengan lembaga non formal dan formal dalam pendewasaan usia pernikahan serta pelatihan produktif untuk remaja. Kata Kunci: pendampingan, diseminasi, batas usia nikah
PENGEMBANGAN KURIKULUM PRODI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH KE ARAH KOMPETENSI SYARIAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT Sabiq,dkk, Fairuz
Kodifikasia: Jurnal Penelitian Islam Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v6i1.764

Abstract

Tulisan ini membahas Pengembangan Kurikulum Program Studi al-Ahwal al-Syakhshiyyah Jurusan Syari’ah Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam Institut  Agama  Islam  Negeri  (IAIN)  Surakarta  ke  Arah  Kompetensi Syari’ah  dan  kebutuhan  masyarakat  dengan  meng  analisis  pengembangan  kurikulum  Program  Studi  al-Ahwal  al-Syakhshiyyah.  Model pengem bangan kurikulum yang dibutuhkan program studi al-Ahwal alSyakhshiyyah adalah pengembangan kurikulum yang berbasis kompetensi syariah. Saat ini, kurikulum dalam program studi ini ada yang mendukung ke arah kompetensi syari’ah dan kebutuhan masyarakat, tetapi ada juga kurikulum yang terdiri dari sebaran mata kuliah dan praktikum yang sama  sekali  tidak  mendukung  dua  tuntutan  tersebut.  Kurikulum  yang tidak mendukung hanya berupa ilmu pengetahuan bagi mahasiswa secara umum, bukan untuk mahasiswa program studi ini, misalnya mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Seharusnya sebaran mata kuliah dan praktikum yang mendukung kompetensi syariah dan kebutuhan masyarakat harus diperkuat kembali dan ditambahkan sesuai visi dan misi program studi, serta mengurangi mata kuliah dan praktikum yang kurang mendukung kompetensi syariah dan kebutuhan masyarakat. Misal nya, memperkuat mata kuliah perkawinan atau keperdataan Islam dengan bobot sks yang lebih, dosen yang kompeten, serta praktikum yang bersifat reguler bukan simultan.
The Qibla Direction of the Great Mosque Inherited from the Islamic Kingdom in Java: Myth and Astronomy Perspective Fairuz Sabiq
ADDIN Vol 13, No 1 (2019): ADDIN
Publisher : LPPM IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/addin.v13i1.5727

Abstract

The determination of the direction of the qibla at the Great Mosque that was inherited from the Islamic Kingdom of Java had executed by waliyullah. Through the folklore and history of the Land of Java or known as a Babad, those stories explained that waliyullah was the person who determining direction of Qibla by raising his right-hand and holding Masjidil Haram in Makkah. On the other hand, he was holding mustoko of the mosque. A line between his right and left-hand as a line of direction of the mosque’s Qibla. This kind of story was widespread in society as a myth. This myth was related to karomah (divine distinction) of waliyullah. Therefore, Qibla of the mosque could not be changeabled, eventhough, the qibla direction of Great Mosque is not unidirectional with direction of Masjidil Haram. People’s opinions said that Qibla direction of the mosque is right according to jihatul Ka’bah. This research is integrated with myth and astronomy. The results of this research are different from formerly perspectives. Firstly, ulama received the result of myth but they were not catching messages of the myth. Ulama were only understood of the explicit meanings of the myth but they were not understand of the implicit meanings of the myth. Secondly, Sunan Kalijaga had determined direction Qibla of the Mosque with his knowledge about falak, he was not doing it by only his karomah (divine distinction). Thirdly, the direction of the Qibla at the Great Mosque that was inherited from the Islamic Kingdom of Java was determined its Qibla direction by using ‘ainul Ka’bah method and not only by using jihatul Ka’bah method. The last, Java society has a feodalistic character.
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MELALUI PEMBELAJARAN EFEKTIF SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU Fairuz Sabiq
ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal Vol 4, No 2 (2016): Elementary
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/elementary.v4i2.3003

Abstract

Pendidikan Islam memainkan peranan yang sangat penting dalam membentuk generasi yang siap menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Pendidikan Islam harus mampu menyelengarakan proses pembekalan pengetahuan, penanaman nilai, pembentukan sikap dan karakter, pengembangan bakat, kemampuan dan keterampilan, menumbuhkembangkan potensi akal, jasmani dan rohani yang optimal, seimbang  dan sesuai dengan tuntutan zaman. Namun pada kenyataanya, pendidikan Islam khususnya di Indonesia telah berjalan dalam lorong krisis yang panjang. Pendidikan Islam telah kehilangan pijakan filosofisnya yang hakiki, yang kemudian berdampak pada tidak jelasnya arah dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk menjawab permasalahan tersebut, munculah gagasan Pendidikan Islam Terpadu; sebuah model pendidikan yang didesain dengan segala keterpaduan dari berbagai sisi dan aspek pendidikan yang meliputi visi, misi, kurikulum, pendidik, suasana pembelajaran dan lain sebagainya. Sekolah Islam Terpadu sebagai bentuk satuan pendidikan memiliki peran yang strategis dalam membentuk, membangun, membina dan mengarahkan siswa menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang berkarakter dan berkepribadian yang positif, memahami diri sendiri, terampil dan mampu berkerja sama dengan orang lain. Salah satunya adalah SD Islam Terpadu Hidayah Klaten yang menerapkan konsep rabbaniyah, integratif, stimulatif, fasilitatif, inovatif, dan motivatif dalam kurikulumnya.
Mengembangkan Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual Anak Usia Dini Secara Qur'ani pada TK Masyitoh Mranggen Demak Fairuz Sabiq; Dliyaul Millah
ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal Vol 4, No 2 (2016): ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
Publisher : PIAUD IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/thufula.v4i2.2039

Abstract

Pendidikan pada masa kanak-kanak memegang peran penting dan sangat esensial memberikan pengaruh yang sangat dalam, yang mendasari proses pendidikan dan perkembangan anak selanjutnya. Pada usia lima tahun pertama masa kanak-kanak penuh dengan kejadian penting dan unik (a highly eventfull and unique period of life) yang meletakkan dasar bagi kehidupan seseorang di masa dewasa. Selanjutnya, pendidikan menjadi starting point yang sangat efektif dalam membekali keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada anak-anak, fondasi pengetahuan modern, serta wawasan kemasyarakatan dan kebangsaan yang holistik dan komprehensif. Oleh karena itu, diperlukan penerapan pendidikan secara Qur’ani untuk mengembangkan kecerdasan anak usia dini baik secara intelektual (IQ), emosional (EQ), maupun spiritual (SQ), seperti yang telah diterapkan oleh TK Masyitoh Mranggen Demak. Dengan menerapkan beberapa metode Qur’ani, guru TK Masyitoh mampu mensinergikan tiga kecerdasan tersebut. Sehingga, anak dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual secara seimbang. Pengembangan kecerdasan-kecerdasan tersebut diharapkan mampu memberikan bekal anak dalam menempuh tugas perkembangan di usia selanjutnya serta memberikan dasar yang penting dalam mempersiapkan anak menjadi pribadi yang utuh, berakidah mantap, berakhlak mulia, berkemampuan akademis tinggi, serta berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.