Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BOLU GULUNG PRODUKSI HJ. ENONG BAKERY MARTAPURA Ririn Oktavia; Nuri Dewi Yanti; Kamiliah Wilda
Frontier Agribisnis Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v2i2.636

Abstract

Tujuan penelitian ini mengidentifikasi karakteristik, mengidentifikasi proses keputusan pembelian konsumen, menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap bolu gulung produksi Hj. Enong Bakery di Martapura Kabupaten Banjar. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai Oktober 2017 di outlet resmi Hj. Enong Bakery Martapura Kabupaten Banjar. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Alat yang dipakai adalah analisis deskriptif, Infortance Performance Analysis (IPA) dan Customer satisfaction Index (CSI). Berdasarkan hasil penelitian meyoritas konsumen bolu gulung Hj. Enong Bakery adalah perempuan berusia 36-45 tahun dan berstatus sudah menikah, berpendidikan terakhir SMA/ sederajat, pekerjaan sebagai pegawai swasta dan sebesar 51,7% pendapatan perbulan berkisar >Rp2.000.000 – <Rp4.000.000. Berdasarkan analisi IPA atribut yang harus dipertahan perusahaan prestasinya adalah harga, kehalalan produk, izin DEPKES RI P-IRT, informasi kandungan produk dan tekstur produk, sedangkan berdasarkan analisis CSI , kepuasan konsumen 0,72 yang artinya konsumen sudah merasa puas.Kata Kunci: kepuasan, karakteristik, perilaku konsumen
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH MENJADI LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN BARAMBAI KABUPATEN BARITO KUALA Supiandi Supiandi; Luthfi Luthfi; Nuri Dewi Yanti
Frontier Agribisnis Vol 2, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v2i3.649

Abstract

Alih fungsi lahan di Indonesia masih terjadi dua dekade terakhir,salah satunya alih fungsi lahan pertanian sawah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Barito Kuala,menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2017 terjadi peningkatan luas tanam (LT) perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Barito Kuala yang terdiri dari 17 Kecamatan pada tahun 2015 seluas 158 hektar dan pada tahun 2016 seluas 2.908 hektar, peningkatan alih fungsi lahan persawahan menjadi lahan perkebunan sawit yang terjadi di Barito Kuala sangatlah besar,hal ini menarik untuk diteliti. Alih fungsi lahan yang pesat memiliki dampak positif dan negatif secara langsung terhadap petani. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang mendorong rumah tangga petani untuk mengkonversi lahan pertanian, perubahan struktur pendapatan akibat konversilahan sawah menjadi lahan perkebunan sawit di Kecamatan Barambai. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2018 sampai bulan Agustus 2018. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor–faktor pendorong terdiri atas dua komponen dasar yaitu faktor Faktor utama yang banyak dipilih oleh petani responden (40%) sebagai alasan untuk mendorong melakukan alih fugsi lahan. Sedangkan faktor eksternal faktor utama yang paling memprioritaskan petani pengaruh dari warga lain yang lebih dahulu mengkonversi lahannya sejumlah 19 orang responden (63,4%), sebagai alasan yang mendorong mengkonversikan lahan sawahnya menjadi lahan perkebunan kelapa sawit di Kecamtan Barambai. Struktu pendapatan rumah tanggah petani pendapatan petani rata-rata Rp 8.280.000,- dalam satu bulan sedangkan sesudah konversi lahan penadapatan rata-rata Rp 7.040.000,- dapat dilihat bahwa pendapatan para petani mengalami penurunan sesudah konversi lahan sebesar Rp 1,240,000,- dari sebelumnya.Kata kunci: alih fungsi lahan, pendapatan.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN KARANG INTAN, KABUPATEN BANJAR Widhi Wikarno; Abdussamad Abdussamad; Nuri Dewi Yanti
Frontier Agribisnis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v4i2.2775

Abstract

Pulau Kalimantan merupakan penghasil karet terbesar ke dua di Indonesia tetapi dari segi produktivitas lebih rendah dari pada Pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Selain produksi yang belum optimal dan kualitas bahan olahan karet (Bokar) yang belum standar mengakibatkan rendahnya harga yang diterima petani. Tingkat kesejahteraan petani sering dikaitkan dengan keadaan usahatani yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor (lama penyimpanan, umur tanaman, frekuensi penyadapan, jumlah tanaman, dan jenis cairan pembeku) yang mempengaruhi pendapatan petani karet rakyat dan kendala yang dihadapi petani dalam mendapatkan deorub di Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Responden sebanyak 30 orang di Desa Mandikapau Barat dan 30 orang di Desa Sungai Alang. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan yaitu lama penyimpanan, umur tanaman, jumlah tanaman, frekuensi penyadapan dan dummy secara bersama – sama atau simultan sangat nyata atau signifikan mempengaruhi pendapatan petani karet. Namun, berdasarkan uji t menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani karet yaitu variabel umur tanaman, jumlah tanaman, frekuensi penyadapan dan variabel dummy, sedangkan untuk variabel lama penyimpanan tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil yang kedua menunjukan dalam mendapatkan deorub di Kecamatan Karang Intan masih terdapat kendala karena jarang ada yang menjual di toko pertanian  atau kios pengecer di daerah tersebut dan harga deorub di pabrikan juga tidak murah. Tetapi untuk di Desa Mandikapau Barat sudah tidak sulit karena sekarang memiliki alat produksi sejenis deorub sendiri sehingga mandiri dalam menyediakan cairan pembeku, sehingga membantu petani dalam memenuhi kebutuhan cairan pembeku.Kata kunci: pendapatan, karet rakyat, cairan pembeku
Analisis Nilai Tambah Tahu Bakso Crispy 25 di Loktabat Selatan Kota Banjarbaru (Studi Kasus: Industri Rumah Tangga Bapak Nurul Huda) Rajif Abirawa Prabowo; Nuri Dewi Yanti; Eka Radiah
Frontier Agribisnis Vol 3, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i4.1965

Abstract

Agroindustri dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, salah satunya industri pertanian yang kegiatannya terkait dengan sektor pertanian. Keterkaitan tersebut menjadi salah satu ciri dari Negara berkembang yang strukturnya mengalami transformasi dari ekonomi pertanian (agriculture) menuju industri pertanian (agroindustri). Wujud keterkaitan ini adalah sektor pertanian sebagai industri yang meningkatkan nilai tambah pada hasil pertanian menjadi produk yang kompetitif. Adanya nilai tambah terhadap penjualan Tahu Bakso Crispy 25, didasari oleh perbedaan harga jual antara tahu pong dan tahu bakso crispy. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskriptifkan pengolahan Tahu Bakso Crispy 25, mengetahui besarnya biaya dan penerimaan pada usaha pengolahan Tahu Bakso Crispy 25, mengetahui besarnya keuntungan dan nilai tambah dari usaha pengolahan Tahu Bakso Crispy 25 tersebut. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif digunakan untuk menceritakan cara pengolahan Tahu Bakso Crispy 25, besarnya biaya total, penerimaan, besarnya keuntungan dan nilai tambah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa produksi Tahu Bakso Crispy 25 selama periode produksi mencapai 1.588/bungkus. Kemudian untuk penerimaan usaha pengolahan Tahu Bakso Crispy 25 selama 2 minggu periode produksi sebesar Rp15.880.000 dengan total biaya sebesar Rp12.509.964. Kemudian keuntungan sebesar Rp3.370.036. Selanjutnya untuk nilai tambah yang diperoleh dalam usaha pengolahan Tahu Bakso Crispy 25 sebesar Rp9.554.000.Kata kunci: total biaya, penerimaan, keuntungan, nilai tambah, Tahu Bakso Crispy 25
PERBANDINGAN PENDAPATAN BERSIH PETANI KARET LUMP PENGGUNA PEMBEKU DEORUB DAN NON-DEORUB DI DESA KARUH KECAMATAN BATUMANDI KABUPATEN BALANGAN Nabawi Nabawi; Abdussamad Abdussamad; Nuri Dewi Yanti
Frontier Agribisnis Vol 2, No 4 (2018)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v2i4.664

Abstract

Pada era sekarang karet yang di hasilkan petani memiliki mutu yang kurang baik karena tidak menggunakan bahan pembeku yang direkomendasikan melainkan pupuk, tawas, gadung dan pembeku lainnya yang mudah di dapat oleh petani. Rendahnya mutu karet yang dihasilkan petani salah satu penyebab turunnya harga yang membuat pendapatan petani karet juga menurun. Salah satu pembeku lateks yang direkomendasikan oleh pemerintah selain asam semut ialah deorub (asap cair) yang terbuat dari cangkang sawit, pembekuan. dengan deorub memiliki keunggulan antara lain tidak menimbulkan bau busuk dan dapat meningkatkan kadar karet kering (K3). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui biaya, pendapatan bersih petani karet lump pengguna deorub dan non deorub, untuk mengetahui perbandingan pendapatan bersih petani lump pengguna deorub dan non deorub, untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh petani karet lump di Desa Karuh. Data yang digunakan adalah primer dan sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode secara sensus untuk petani pengguna deorub dan simple random sampling untuk petani non deorub (pupuk SP 36) dengan memilih 50 responden di Desa Karuh Kecamatan Batumandi. Analisis yang digunakan yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian dalam jangka waktu satu bulan rata-rata biaya total petani karet dengan zat penggumpal deorub sebesar Rp 945.093/ha/bulan dengan penerimaan sebesar Rp 1.846.732/ha/bulan dan pendapatan bersih sebesar Rp 901.639/ha/bulan. Sedangkan untuk rata-rata biaya total petani karet non deorub (pupuk SP 36) dalam jangka waktu satu bulan sebesar Rp 1.119.718/ha/bulan dengan penerimaan sebesar Rp 1.896.683/ha/bulan dan pendapatan bersih sebesar Rp 776.965/ha/bulan. Perbandingan pendapatan bersih petani lump pengguna zat penggumpal deorub dan non deorub (pupuk SP 36). Pada tingkat kepercayaan 95% menggunakan uji satu arah (one tail) sehingga nanti yang dilihat yaitu. one tail, Hasil ini menunjukkan bahwa nilai statistik t yang diperoleh adalah 1.277, dan nilai p‐value pengujian adalah 0.104. Dengan menggunakan kaidah pengambilan keputusan berdasarkan p‐value, maka pada α=0.05 maka dapat disimpulkan terima H dan tolak H yang berarti tidak ada perbedaan pendapatan bersih petani karet lump pengguna deorub dan non deorub.Kata kunci: pendapatan bersih, petani karet, deorub, non deorub
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Cabai Rawit (Capsicum Fretescens L.) di Kabupaten Tabalong Irna Sari; Nuri Dewi Yanti; Taufik Hidayat
Frontier Agribisnis Vol 3, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i4.1937

Abstract

Cabai termasuk salah satu komoditi sayuran yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, karena peranannya yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai komoditi ekspor dan industri. Di Kalimantan selatan produktivitas cabai rawit mengalami peningkatan dari tahun 2015 ke tahun 2016, sedangkan di Kabupaten Tabalong produktivitas tanaman cabai rawit mengalami penurunan dan menempati produktivitas terendah di Kalimantas Selatan. Produktivitas dipengaruhi oleh luas tanam dan produksi, produksi usahatani sangat erat kaitanya dengan pengunaan faktor produksi. Tujuan dari penelitian yaitu mengetahui pengaruh pemakaian faktor produksi (input) pada usahatani cabai rawit, menghitung elastisitas produksi masing input (luas lahan, bibit, pupuk organik, pupuk anorganik, obat-obatan dan tenaga kerja) serta menentukan return to scale usahatani cabe rawit. Analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan menggunakan fungsi produksi tife Cobb-Douglas. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh penggunaan faktor produksi diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,963. Secara simultan faktor input (lahan, bibit, kotoran hewan, pupuk anorgani, pestisida dan pekerja) mempengaruhi secara benar hasil produksi usahatani cabai rawit. Secara individu faktor produksi lahan, kotoran hewan, pestisida dan pekerja signifikan mempengaruhi produksi cabai rawit sedangkan bibit dan kotoran hewan tidak berpengaruh. Nilai koefisien elastisitas lahan (0,313), bibit (0,010), kotoran hewan (0,066), pupuk anorganik (0,096), pestisida (0,073) dan pekerja (0,598). Selanjutnya berdasarkan hasil return to scale produksi cabai rawit berada dalam keadaan skala meningkat (increasing returnato scale) dengan nilai 1,156.Kata kunci : usaha tani cabai rawit, faktor produksi, elastisitas, return to scale
TINGKAT DAN PENDUGAAN PENJUALAN KUE BOLU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) HJ. ENONG BAKERY Muhammad Miftah Faried; Nuri Dewi Yanti; Emy Rahmawati
Frontier Agribisnis Vol 2, No 4 (2018)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v2i4.700

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keadaan usaha, menganalisis tingkat dan pendugaan penjualan, mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pada industri rumah tangga (IRT) Hj. Enong Bakery. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2018 di rumah produksi dan penjualan Hj. Enong Bakery Martapura Kabupaten Banjar. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Alat yang dipakai untuk mengetahui keadaan dan permasalahan usaha adalah dengan menggunakan analisis deskriptif. Sedangkan untuk menganalisis tingkat dan pendugaan penjualan usaha menggunakan analisis regresi dengan tipe regresi linier sederhana menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan model Log – Lin. Berdasarkan hasil penelitian mengenai keadaan usaha IRT Hj. Enong Bakery, diketahui jika usaha ini mempunyai ketersediaan modal yang lancar dalam mendirikan usaha, lokasi usaha yang strategis, pengadaan bahan yang cukup mendukung, tersedianya sarana dan prasarana kerja selama kegiatan produksi, kegiatan produksi yang berjalan setiap hari dalam memenuhi permintaan, tenaga kerja yang terorganisir, serta pemasaran yang berjalan lancar dalam memasarkan kue. Berdasarkan analisis OLS dengan model Log – Lin, didapatkan hasil jika penambahan satu-satuan waktu (bulan) maka akan terjadi pertumbuhan penjualan sebesar 1,2 %. Berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dihadapi usaha ini adalah keterlambatan pasokan Selai Welco dan kotak kemasan kue bolu.Kata Kunci: tingkat, pendugaan, penjualan kue bolu
ANALISIS PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PENGOLAHAN DAGING BUAH KEMIRI DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Khairunnisa Khairunnisa; Nuri Dewi Yanti; Hairin Fajeri
Frontier Agribisnis Vol 5, No 4 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v5i4.5902

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya, penerimaan, dan keuntungan serta mengetahui permasalahan apa saja yang dihadapi oleh industri rumah tangga pengolahan daging buah kemiri di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2020. Data yang dikumpulkan adalah data satu kali proses produksi dalam kisaran waktu satu minggu. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode acak berimbang (proportional random sampling) sebanyak 30 orang pengolah kemiri dijadikan sebagai responden dengan pertimbangan bahwa kondisi populasi mayoritas homogen. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata total biaya yang dikeluarkan oleh industri pengolahan daging buah kemiri sebesar Rp1.225.628 per satu kali proses produksi, rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 1.582.578 per satu kali proses produksi dan keuntungan yang didapat rata-rata sebesar Rp356.950 per satu kali proses produksi. Adapun permasalahan yang dihadapi industri rumah tangga pengolahan daging buah kemiri adalah ketersediaan bahan baku dan peralatan yang masih sederhana.
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA DAN PENDAPATAN BERSIH USAHATANI JAGUNG MANIS DENGAN JAGUNG HIBRIDA DI DESA SUKA RAMAH KECAMATAN PANYIPATAN KABUPATEN TANAH LAUT Muhammad Awami Lazuardi; Masyhudah Rosni; Nuri Dewi Yanti
Frontier Agribisnis Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i1.692

Abstract

 Jagung adalah salah satu tanaman palawija yang mudah dalam pengelolaan budidayanya. Awalnya produksi jagung dimanfaatkan untuk panganan pokok manusia, ketika industri peternakan berkembang, pemanfaatan jagung bergeser dari pangan manusia ke pakan ternak. Jagung hibrida diketahui mampu menghasilkan produksi yang lebih besar jika dibandingkan dengan jagung manis sehingga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional dan mampu meningkatkan pendapatan petani. Namun sebagian besar petani di Desa Suka Ramah masih enggan melaksanakan usahatani jagung hibrida karena biaya yang lebih besar dan harga yang lebih murah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghitung biaya dan pendapatan bersih jagung manis dan jagung hibrida, untuk membandingkan pendapatan bersih jagung manis dengan jagung hibrida, dan untuk mengetahui permasalahan apa saja yang dihadapi petani dalam usahatani jagung manis dan jagung hibrida di Desa Suka Ramah. Data yang digunakan adalah primer dan sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode secara survei dan proportional random sampling dengan memilih 46 responden jagung manis dan 14 responden jagung hibrida di Desa Suka Ramah. Analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan dalam satu kali musim tanam, usahatani jagung manis rata–rata biaya total Rp14.677.654/ha (Rp6.381.588/UT) dengan penerimaan Rp27.110.000/ha (Rp11.786.957/UT), pendapatan Rp15.634.411/ha (Rp6.797.570/UT) dan pendapatan bersih Rp12.432.346/ha (Rp5.405.369/UT). Sedangkan usahatani jagung hibrida rata–rata biaya total Rp10.270.972/ha (Rp31.546.555/UT) dengan penerimaan Rp17.693.023/ha (Rp54.342.857/UT), pendapatan Rp9.881.965/ha (Rp30.351.752/UT), dan pendapatan bersih Rp7.422.051/ha (Rp22.796.301/UT). Perbandingan pendapatan bersih usahatani jagung manis dengan jagung hibrida berbeda secara nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Permasalahan yang dihadapi petani usahatani jagung yaitu serangan hama babi hutan dan sapi, minimnya modal usahatani jagung, resistensi hama ulat, gulma dan penyakit terhadap pestisida serta kelangkaan pupuk.Kata kunci : biaya, pendapatan bersih, usahatani jagung, jagung manis, jagung hibrida 
MOTIVASI PETANI MENANAM PADI UNGGUL DI DESA TALAN, KECAMATAN BANUA LAWAS KABUPATEN TABALONG Rina Rina; Nuri Dewi Yanti; Taufik Hidayat
Frontier Agribisnis Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v4i1.2643

Abstract

Motivasi petani dalam menanam padi varietas padi unggul bermacam-macam. Diantara motivasi tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan faktor sosial, ekonomi dan teknis serta kebijakan. Pada usahatani padi varietas unggul umumnya terdapat kendala yang dihadapi petani.  Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui tingkat motivasi dan kendala yang dihadapi petani dalam menanam padi variatas unggul di Desa Talan Kecamatan Banua Lawas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2019 sampai September 2019. Penentuan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling) diambil 50 orang petani dari rata–rata tingkat total jumlah keselurahan anggota kelompok tani yang ada di Desa Talan yaitu 206 populasi petani. Rata–rata tingkat motivasi petani dalam menanam padi varietas unggul di Desa Talan Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong dengan nilai 75,10% masih tergolong dalam kategori sedang. Motivasi kebijakan menjadikan motivasi tertinggi petani dengan rata-rata 95,83% (tinggi) disusul motivasi ekonomi dan teknis  di urutan kedua dan ketiga dengan rata-rata 80,67% (tinggi), 69,07% (sedang) serta yang terakhir yaitu motivasi sosial dengan rata-rata 52,17% (rendah). Permasalahan yang di hadapi petani dalam menanam padi varietas unggul terdiri dari serangan hama wereng, hama ulat, serta adanya perubahan iklim sehingga petani rentan gagal panen.Kata kunci: padi varietas unggul, Banua Lawas, motivasi petani, Desa Talan