p-Index From 2019 - 2024
1.116
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Fakumi Medical Journal
Nirwana Laddo
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Fakumi Medical Journal

Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Sikap Ibu tentang Pemberian MPASI pada Bayi Usia 6-12 Bulan Gita Ananda Pratiwi; Anna Sari Dewi; Andi Alamanda Irwan; Nirwana Laddo; Nesyana Nurmadilla; Muh Alfian Jafar; Djauhariah A. Madjid; Syarifuddin Rauf
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 6 (2022): Juni
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i6.16

Abstract

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi baru lahir, bayi cukup bulan (matur) maupun bayi kurang bulan (premature). Pemberian ASI ini diberikan sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, bayi harus diperkenalkan dengan makanan padat yang disebut Makanan Pendamping ASI (MPASI). MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Hal ini dikarenakan ASI hanya mampu memenuhi duapertiga kebutuhan bayi pada usia 6-9 bulan, dan pada 9-12 bulan memenuhi setengah dari kebutuhan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Tamalate Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh subjek ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Tamalate Kota Makassar. Sampel diambil secara accidental sampling dengan jumlah 60 ibu. Analisis data menggunakan chi-square (a = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap sikap ibu tentang pemberian MPASI (nilai p= 0,016 < a=0,05). Dianjurkan agar pemerintah ataupun petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan lebih intens mengenai Makanan Pendamping ASI untuk lebih meningkatkan pengetahuan ibu dalam pentingnya pemberian MPASI yang baik dan benar.
Hubungan Pola Makan Terhadap Status Gizi Anak Sekolah Dasar Asmin; Arni Isnaini Arfah; Arina Fathiyyah Arifin; Asrini Safitri; Nirwana Laddo
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 1 No. 1 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v1i1.78

Abstract

Global Nutrition Report menunjukkan jumlah anak umur 5-19 tahun dengan prevalensi gizi lebih di Indonesia menunjukkan peningkatan. Analisis data Riskesdas 2018 di Jawa Timur prevalensi kurus dan sangat kurus 6,00% dan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang 16,8% dan prevalensi gemuk 10,4%. Pola makan merupakan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan terhadap status gizi anak sekolah dasar. Metode penelitian ini menggunakan literature review dengan desain narrative review yaitu mencari artikel yang membahas tentang hubunga pola makan terhadap status gizi anak yang telah dipublikasikan pada jurnal dari tahun 2017-2020. Jurnal dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil penelitian berdasarkan telaah dari beberapa jurnal, didapatkan hasil pola makan baik sebesar 43% dan status gizi anak sekolah dasar termasuk dalam kategori baik sebesar 78,5% dan terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi pada anak usia sekolah dasar. Kesimpulan penelitian ini dari 5 jurnal penelitian dapat disimpulkan terdapat 3 jurnal yang menyatakan bahwa terdapat hubungan pola makan terhadap status gizi anak sekolah dasar.
Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Stunting pada Balita di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar Periode Januari 2022 Muhammad Rias Sukiman; Aryanti Bamahry; Andi Alamanda Irwan; Nirwana Laddo; Arina Fathiyyah Arifin
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 9 (2022): September
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i9.121

Abstract

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita yang bersifat kronis yang berdampak pada kognitif lemah dan psikomotorik terhambat, kesulitan menguasai sains dan prestasi dalam olahraga, lebih mudah terkena penyakit degeneratif dan sumber daya manusia berkualitas rendah. Stunting disebabkan berat badan lahir rendah, pemberian ASI Eksklusif, riwayat penyakit infeksi, pendidikan ibu, sosial ekonomi dan pengetahuan ibu tentang gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor risiko terjadinya stunting di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar periode Januari Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan studi analitik dengan metode cross sectional dengan menggunakan data primer yang diambil dari Puskesmas Kassi-Kassi Makassar melalui kuesioner yang dibagikan ke orang tua balita stunting dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Pemilihan sampel dengan menggunakan 2 kelompok yaitu balita stunting dan balita normal dengan total sampel 142 balita. Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko terjadinya stunting di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar diantaranya berat badan lahir rendah, pemberian ASI Eksklusif, riwayat penyakit infeksi, pendidikan ibu, sosial ekonomi dan pengetahuan ibu tentang gizi.
Perbandingan Status Gizi terhadap Bayi 6-12 Bulan Mengkonsumsi Asi Eksklusif dengan Konsumsi Susu Formula Jihan Adjdjibiyan S. Azzubaidi; Asrini Safitri; Nevi Sulvita Karsa; Nirwana Laddo; Armanto Makmun
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 2 (2023): Februari
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i2.189

Abstract

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif memiliki resiko kematian yang jauh lebih besar akibat diare dan pneumonia, sehingga pemberian ASI eksklusif sangat penting karena ASI merupakan sumber energi dan nutrisi terpenting untuk anak pada usia 0-6 bulan dan tetap dilanjutkan hingga 24 bulan dengan makanan pendamping. Kebanyakan susu formula bayi terbuat dari susu sapi yang telah diolah agar cocok untuk bayi dan harus memenuhi Formula Bayi dan Peraturan Formula Lanjutan. Melihat perbandingan status gizi bayi yang mengkonsumsi ASI Eksklusif dan susu formula usia 6-12 bulan. Jenis penelitian ini merupakan Literature Review dengan desain Narative Review yaitu mencari artikel yang berhubungan dengan perbandingan status gizi terhadap bayi usia 6-12 bulan yang mengkonsumsi ASI Eksklusif dengan susu formula kemudian membuat kesimpulan dari artikel yang dianalisis. Berdasarkan telaah dari 6 jurnal didapatkan bahwa ada perbedaan status gizi bayi yang signifikan berdasarkan berat badan bayi yang mengkosumsi ASI Eksklusfi dan susu formula. Pemberian ASI Eksklusif dan pemberian susu formula sangat berpengaruh terhadap perbedaan status gizi bayi berdasarkan (BB/U)
Faktor Risiko Infeksi Kejadian Kecacingan pada Anak Usia Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Makassar Irsan Kabila; Nurfachanti Fattah; Arni Isnaini Arfah; Andi Husni Esa; Nirwana Laddo; Ela Sapta Ningsih B
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 4 (2023): April
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i4.201

Abstract

Infeksi cacing Soil-Transmitted Helminths (STH) terjadi pada semua kelompok usia, World Health Organization (WHO) menyebutkan anak usia sekolah (5-12 tahun) sebagai bagian dari populasi dengan risiko tinggi morbiditas infeksi cacing STH sedangkan data hasil survei di Indonesia masih sangat tinggi yaitu dengan prevalensinya yang antara 45-65%. Salah satu faktor penyebab kecacingan pada anak usia sekolah adalah higenitas perorangan yang ditularkan melalui tanah. Jenis Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain peneliian cross sectional study. Analisa data dilakukan menggunakan metode Chi-Square untuk melihat faktor risiko yang memiliki hubungan terkuat dengan kejadian infeksi kecacingan. Berdasarkan hasil ditunjukkan bahwa anak usia sekolah yang positif memiliki telur Trichuris Trichiura dan Ascaris Lumbricoides dalam fesesnya berturut-turut sebesar 27% (13 orang) dan 25% (12 orang). Selain itu, kelompok umur yang terinfeksi kecacingan paling tinggi terdapat pada kelompok umur 5-8 tahun, yaitu 17 sampel (35,4%). Hasil lain diperoleh bahwa terdapat tiga faktor risiko yang memiliki hubungan dengan kejadian kecacingan adalah: kebersihan tangan, kebersihan kuku, dan kebersihan makanan. Kejadian infeksi kecacingan pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Panambungan Makassar disebabkan oleh Trichuris Trichiura. Tertinggi terjadi pada anak perempuan usia 5-8 tahun. Faktor Risiko Kebersihan tangan, kaki, dan makanan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian infeksi kecacingan pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Panambungan Makassar
Hubungan Antara Obesitas Dengan Kadar Interleukin 6 (IL-6) Pada Populasi Anak Laki-Laki Di Kota Makassar. Nurika Sarah Medellu; Armanto Makmun; Nirwana Laddo; Irna Diyana Kartika Kamaluddin; Ida Royani; Zulfahmidah
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 7 (2023): Juli
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i7.249

Abstract

Obesitas terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Kondisi ini ditandai oleh peningkatan lemak tubuh yang berlebihan berdampak negatif pada kesehatan. Pengukuran obesitas menggunakan perhitungan IMT yaitu berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Dikatakan obesitas jika IMT > 25kg/m2. Jaringan lemak pada orang dengan obesitas memiliki respons inflamasi rendah. Sel lemak yang meradang melepaskan sitokin pemicu rasa lapar seperti interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-alpha. Kadar IL-6 yang meningkat secara terus menerus dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Hubungan antara IL-6 dan obesitas adalah kompleks atau saling terkait dengan faktor lain. Obesitas merupakan kondisi multifaktorial yang dipengaruhi oleh genetik, gaya hidup, pola makan, dan lingkungan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan kadar Interleukin-6 dan mengetahui apa penyebab peningkatan kadar Interleukin-6 pada populasi anak laki-laki di Kota Makassar. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan studi observasional yang memakai desain kohort untuk melihat hubungan dari kadar IL-6 terhadap kondisi obesitas. Pengukuran kadar IL-6 pada plasma menggunakan metode Roche- cobas 6000. Hasil analisis didapatkan bahwa kadar Interleukin 6 pada kondisi obesitas merupakan kriteria rendah dengan nllai kolerasi p= 0.372; p < 0.05. Sementara hubungan usia dengan kadar interleukin 6 diperoleh nilai kolerasi 0.096; p >0.05 artinya tidak terdapat hubungan diantara kedua variabel atau termasuk kriteria sangat rendah. Hubungan kadar interleukin-6 pada populasi anak laki-laki dengan kondisi besitas terbilang cukup rendah dimana tidak terjadi peningkatan signifikan diantara keduanya. Tetapi, semakin tinggi Indeks massa tubuh seseorang kadar interleukin 6 terus meningkat walaupun tidak secara drastis.