Agung Nugroho
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Published : 39 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN KAPUR PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA TIPE KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Ari Sukmana; Agung Nugroho; Bambang Guritno
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 9 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penurunan produksi kacang tanah mengakibatkan ketersediaan kacang tanah nasional menjadi menurun. Guna menyediakan kacang tanah setiap tahunnya dapat dilakukan dengan budidaya tanaman kacang tanah yang baik misalnya pemilihan benih yang tepat dan pengapuran. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui interaksi antara kapur dan tipe kacang tanah pada pertumbuhan dan hasil kacang tanah 2) mengetahui pengaruh dosis kapur dan tipe kacang tanah pada pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2015 di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Malang. Metode Penelitian menggunakan RAK faktorial. Faktor pertama, dosis kapur (K) terdiri dari 5 taraf, yaitu K0 = tanpa kapur, K1 = 50 kg ha-1, K2 = 100 kg ha-1, K3 = 150 kg  ha-1, K4 = 200 kg ha-1. Faktor kedua, Tipe Kacang Tanah (V) Terdiri atas 2 taraf, yaitu V1 = Tipe Valensia (Varietas Domba), V2 = Tipe Spanish (Varietas Takar 1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi nyata antara dosis kapur dan tipe kacang tanah terhadap semua variabel pengamatan. Kapur berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah ginofor 35 HST. Tipe kacang tanah berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, indeks luas daun, jumlah ginofor, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, hasil panen per hektar.
PENGARUH DOSIS PUPUK FOSFAT ALAM DAN APLIKASI BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) Apri Adiya Danang Pristiwanto; Agung Nugroho; Bambang Guritno
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 9 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penurunan produksi kedelai mengakibatkan ketersediaan kedelai nasional menjadi menurun sehingga negara melalukan impor kedelai. Guna menyediakan kedelai setiap tahunnya dapat dilakukan dengan budidaya tanaman kedelai yang baik misalnya penambahan bahan organik dan pemupukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui interaksi antara dosis pupuk fosfat alam dan bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai, 2) mengetahui pengaruh dosis pupuk fosfat alam dan aplikasi bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai,3) menentukan dosis pupuk fosfat alam dan bahan organik yang paling tepat dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2015 di Desa Saptorenggo, Pakis, Malang. Metode Penelitian menggunakan RAK faktorial. Faktor pertama, dosis pupuk fosfat alam (P) terdiri atas 4 taraf, yaitu P0 = Tanpa pupuk fosfat alam, P1 = 200 kg ha-1, P2 = 400 kg ha-1 dan P3 = 600 kg ha-1. Faktor kedua, bahan organik (B) terdiri atas 3 taraf, yaitu B0 = Tanpa bahan organik, B1 = Pupuk kotoran sapi 15 ton ha-1 dan B2 = Pupuk kotoran ayam 10 ton ha-1, dengan 3 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi nyata antara dosis pupuk fosfat alam dan bahan organik terhadap semua variabel pengamatan. Bahan organik berpengaruh nyata terhadap variabel panen yakni jumlah polong per tanaman, bobot kering biji per tanaman, bobot kering total tanaman dan hasil panen per hektar.
PENGARUH WAKTU PENGENDALIAN GULMA DAN DOSIS PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) Fajar Budhi Prayitno; Agung Nugroho; Husni Thamrin Sebayang
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 11 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah pemupukan dan gulma merupakan faktor yang dapat menyebabkan hasil jagung di Indonesia tidak maksimal. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu pengendalian gulma dan dosis pupuk N terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang pada bulan 21 Oktober 2014 sampai 6 Februari 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan 3 ulangan yaitu pemupukan N sebagai petak utama yang terdiri dari tiga level yang terdiri dari : N1 : 100 kg N ha-1, N2 : 150 kg N ha-1 dan N3 : 200 kg N ha-1. Sedangkan anak petaknya ialah penyiangan gulma yang terdiri dari empat level yaitu : P0 : Tanpa penyiangan, P1 : Penyiangan umur 21 hst, P2 : Penyiangan umur 21 dan 49 hst dan P3 : Penyiangan umur 21 hst, 35 hst dan 49 hst. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan dosis 150 kg N ha-1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan 200 kg N ha-1 yang masing-masing dengan 3 kali penyiangan pada umur 21 hst, 35 hst dan 49 hst terhadap tinggi tanaman, luas daun dan hasil panen jagung.
RESPON TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) PADA PENGGUNAAN MULSA PLASTIK HITAM PERAK DAN BERBAGAI TINGKAT TAKARAN MULSA JERAMI Ibnu Prasetyo; Sisca Fajriani; Agung Nugroho
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 12 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan suhu pada musim kemarau menyebabkan suhu tanah meningkat, kelembaban tanah rendah dan mengakibatkan kehilangan air melalui penguapan sehingga, pertumbuhan tanaman kurang optimal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat takaran mulsa jerami  pada pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun. Penelitian dimulai September - November 2015 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Kec. Karangploso, Kab. Malang, Jawa Timur. Alat yang digunakan antara lain cangkul, gembor, sabit, tali rafia, rol meter, kamera digital, gunting, ember, sprayer, penggaris dan alat tulis. Bahan yang digunakan antara lain mentimun varietas harmony, mulsa jerami dan mulsa plastik hitam perak. Penelitian menggunakan Rancangan  Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali.  Analisis data menggunakan ANOVA (Analysis of Variance). Apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian memperlihatkan  bahwa  terdapat pengaruh nyata antara  perlakuan tingkat takaran mulsa jerami 7 ton ha-1 pada pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun. Pada takaran mulsa jerami 7 ton ha-1 dapat meningkatkan bobot buah per tanaman sebanyak  8,60 (kg.tan-1)  atau meningkatkan  59 % dari pada tanpa pengunaan mulsa.
KAJIAN VARIASI JARAK TANAM DAN PEMUPUKAN KALIUM PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.) Vika Noer Uliyah; Agung Nugroho; Nur Edy Suminarti
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 12 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jagung manis di Indonesia memiliki produktivitas rendah yaitu rata-rata 6-8 ton ha-1. Dewasa ini untuk meningkatkan produksi melalui pemupukan K dan pengaturan jarak tanam. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kombinasi jarak tanam dan pemupukan kalium serta menentukan kombinasi jarak tanam dan pemupukan kalium yang optimum pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Nganjuk dengan jenis tanah latosol. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan kombinasi jarak tanam dan pemupukan  Kalium sebagai perlakuan, dan terdiri dari 12 kombinasi perlakuan yaitu: 30 cm x 20 cm + 125% KCl (P1), 30 cm x 20 cm + 100% KCl (P2), 30 cm x 20 cm + 75% KCl  (P3), 30 cm x 20 cm + 50% KCl (P4), 50 cm x 20 cm + 125% KCl (P5), 50 cm x 20 cm + 100% KCl (P6), 50 cm x 20 cm + 75% KCl (P7), 50 cm x 20 cm + 50% KCl (P8), 70 cm x 20 cm + 125% KCl (P9), 70 cm x 20 cm + 100% KCl (P10), 70 cm x 20 cm + 75% KCl (P11), 70 cm x 20 cm + 50% KCl (P12). Perlakuan diulang 3 kali sehingga didapatkan 36 petak kombinasi perlakuan.  Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan bahwa kombinasi jarak tanam dan pemupukan kalium (K) berpengaruh nyata pada parameter yang diamati yaitu  pertumbuhan dan hasil.  Penggunaan jarak tanam 70 cm x 20 cm + 125% Pupuk K, bobot tongkol per hektar yang dihasilkan paling tinggi dengan R/C tertinggi yaitu 1,83.
UJI EFEKTIVITAS HERBISIDA AMONIUM GLUFOSINAT DENGAN PARAQUAT DALAM MENGENDALIKAN GULMA Stenochlaena palustris PADA TANAMAN KELAPA SAWIT Atma Abarido Silaban; Agung Nugroho
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 12 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu gulma yang menjadi isu utama dalam sistem produksi Kelapa sawit ialah Stenochlaena palustris, terutama di daerah tropika basah seperti Indonesia. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengendalikan S. palustris ialah pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan herbisida. Adapun herbisida yang digunakan adalah paraquat dan amonium glufosinat serta penambahan bahan aktif metil metsulfuron pada masing – masing herbisida. Tujuan penelitian ini ialah untuk menguji efektivitas Herbisida paraquat dan amonium glufosinat dalam mengendalikan gulma S.palustris pada areal tanaman Kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan pada September hingga Oktober 2015 di Divisi IV Estate PMSE blok H 44 PT.BGA Wilayah III, Kalimantan Tengah. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 6 perlakuan dengan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan herbisida ammonium glufosinat berpengaruh nyata dengan herbisida paraquat dalam mengendalikan gulma S. palustris terhadap bobot kering gulma dalam 5 Minggu setelah aplikasi. Berdasarkan nilai total bobot kering gulma S. palustris selama 5 MSA, nilai bobot kering tertinggi 78,5 gram adalah Kontrol dan nilai bobot kering herbisida paraquat 70 ml ialah 44,6 gram dan Amonium Glufosinat 60 ml dengan bobot kering 42,1 gram yang  merupakan tingkat dosis yang efisien dan efektif untuk menekan pertumbuhan gulma S.palustris pada areal tanaman kelapa sawit. Karena bobot kering gulma digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas herbisida. Persentase keracunan gulma yang mengalami kematian secara fisiologis terdapat pada 5 MSA yang bernilai 84,85 % dan sisanya terdapat gulma yang regrowth dan segar karena tidak diberi perlakuan.
KAJIAN PERBEDAAN JARAK TANAM DAN UMUR BIBIT (TRANSPLANTING) PADA TANAMAN PAK CHOY (Brassica rapa L. var chinensis) Dedy Murtiawan; Suwasono Heddy; Agung Nugroho
Produksi Tanaman Vol. 6 No. 2 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upaya peningkatan produksi tanaman ialah dengan cara perbaikan kultur teknis yaitu dengan pengaturan jarak tanam dan pengaturan umur pindah tanam.  Hipotesis yang diajukan ialah kombinasi perlakuan   Jarak tanam 30 cm x 20 cm dan Umur transplanting 10 hari se telah semai diduga memberikan hasil dan pertumbuhan lebih tinggi  pada  tanaman pak-choy (Brassica rapa L. var chinensis). Waktu penelitian dimulai pada bulan september sampai dengan oktober  2013. Penelitian dilaksanakan di Desa Pandanrejo. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kali ulangan yang terdiri dari 9 perlakuan kombinasi dari umur pindah tanam dan jarak tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata kombinasi perlakuan jarak tanam dan umur bibit (transplanting) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pak choy. Kombinasi perlakuan  Jarak tanam 30 cm x 20 cm + Umur transplanting 8 hari (P3 ). Kombinasi perlakuan Jarak tanam 30 cm x 20 cm + Umur transplanting 10 hari (P6), dan  kombinasi perlakuan Jarak tanam 30 cm x 20 cm + Umur transplanting 12 hari (P9) memberikan hasil bobot segar total pertanaman dan bobot total konsumsi per tanaman  lebih baik dibandingkan dengan  perlakuan lainnya.
KAJIAN WAKTU DAN CARA PENYIMPANAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.) VARIETAS PS 881 METODE BUD CHIP PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF AWAL Miki Juprianto; Agung Nugroho; Agus Suryanto
Produksi Tanaman Vol. 6 No. 3 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan produksi tebu nasional yang masih rendah dapat diupayakan dengan penggunaan bibit yang berkualitas. Bibit yang berkualitas dapat diperoleh dari teknik bud chip. Akan tetapi, penyimpanan dan pembuatan bud chip yang tidak tepat dapat menurunkan daya perkecambahan yang dapat berpengaruh pada pertumbuhan bud chip. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan bud chip tersebut ialah dengan memberikan waktu dan cara penyimpanan pada bud chip. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian waktu dan cara penyimpanan pada bibit tebu dengan metode bud chip. Hipotesis yang diajukan ialah pertumbuhan terbaik pada perlakuan disimpan 7 hari menggunakan kotak tisu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2015, di CV. Joyo Rosan, Gurah, Kediri Jawa Timur. Alat dan bahan yang digunakan : kotak penyim-panan, polybag, alat HWT, wadah seed treatment, tisu, sekam, penggaris, jangka sorong, kamera, bud chip varietas PS 881. Penelitian dirancang dengan menggunakan RAK dengan 13 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan sehingga didapat 39 petak perlakuan percobaan. Penga-matan pertumbuhan bud chip dilakukan dengan metode non destruktif dengan parameter pengamatan daya perkecam-bahan, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan diameter batang. Data yang diperoleh dianalisis (uji F) pada taraf 5%. Hasil yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penyim-panan bibit bud chip yang disimpan dengan tisu selama 5 hari memberikan waktu tumbuh tunas yang cepat yaitu 4 hari dengan persentase 89,12 %, selain itu pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman, dan diameter batang juga lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain.
PENGARUH 2 JENIS SISTEM IRIGASI PADA HASIL PANEN 9 VARIETAS TANAMAN JAGUNG ( Zea mays L. ) Iqbal Harindra; Agung Nugroho
Produksi Tanaman Vol. 6 No. 5 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemilihan varietas yang tepat dapat menjadi salah satu langkah petani dalam budidaya tanaman jagung, untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal pada lahan yang menggunkan sistem irigasi teknis dan sistem irigasi tadah hujan. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari dan mengetahui hasil panen 9 varietas tanaman jagung (Zea mays L.), sehingga dapat melakukan pemilihan varietas tanaman jagung pada sistem irigasi teknis dan sistem irigasi tadah hujan. Penelitian ini dilaksanakan di lahan PT. BDI (Bukit Dhoho Indah) Kaupaten Kediri dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama yakni 2 jenis sistem irigasi dan faktor kedua yakni 9 varietas tanaman jagung. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA), jika terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji BNJ. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaperlakuan sistem irigasi teknis memiliki umur berbunga yang lebih cepat, kadar air biji yang lebih rendah dan panjang tongkol, diameter tongkol, bobot 100 biji, jumlah biji per tongkol, hasil panen ( 11,72 ton. Ha-1 ) yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan sistem irigasi tadah hujan. Perlakuan varietas tanaman jagung, varietas UB 1 memiliki berbunga lebih cepat dan panjang tongkol lebih tinggi.