Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Gambaran Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan dan Insiden Mengenai Keselamatan Pasien Afrayani, Wirna; Makmun, Armanto; Ningsi, Iin Widya; Kartika, Andy Visi; Yanti, A Kartini Eka
Indonesian Journal of Health Vol 4 No 1 (2024): Vol.04 No.01 (Juni 2024)
Publisher : Yayasan Citra Cendekia Celebes

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33368/inajoh.v4i1.102

Abstract

Keselamatan pasien merupakan isu penting dalam bidang kesehatan secara global serta menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan. Selama 15 tahun ini, permasalahan keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif non-eksperimental bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan dan insidenmengenai keselamatan pasien di ruang rawat inap RS Ibnu Sina. Keselamatan pasien memiliki banyak segi, cukup kompleks dan mencakup beberapa elemen kunci. Konversi keselamatan pasien ke dalam tubuh pengetahuan yang spesifik relatif terbaru dan dengan demikian dapat dianggap sebagai disiplin ilmu yang relatif baru. Keselamatan pasien adalah disiplin ilmu kesehatan yang muncul seiring dengan berkembangnya kesulitan dalam sistem pelayanan kesehatan dan meningkatnya angka kejadian cedera pasien di institusi pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah untuk menghindari dan mengurangi risiko, kesalahan, dan bahaya yang terjadi pada pasien selama pemberian perawatan kesehatan. Hal lain yang juga menjadi penentu keberhasilan pelayanan medis adalah kompetensi tenaga medis Tujuan penelitian yang dilakukan ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tenaga Kesehatan dan insiden mengenai keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tenaga medis. Data yang diambil menggunakan kuesioner yang dilakukan dari bulan Oktober-Desember tahun 2023. Jumlah variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 57 responden. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa seluruh responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai ini.
Pengaruh Puasa 12 Jam Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan Berat Badan Pada Mencit (Mus Musculus) Hiperglikemia Induksi Aloksan Junaid, Nurul Maghfirah; Makmun, H. Armanto; Ningsi, Iin Widya; Julyani, Sri; Rasfayanah, Rasfayanah
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 7 (2024): Volume 4 Nomor 7 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i7.14787

Abstract

ABSTRACT The term "hyperglycemia" comes from the Greek words hyper (high), glykys (sweet/sugar) and haima (blood). Insulin deficiency, or the inability of cells to respond to insulin, causes high blood sugar levels (hyperglycemia), which is a clinical sign of diabetes. Diabetes, is a serious, long-term (or "chronic") condition that occurs when blood sugar levels rise because the body is unable to produce the hormone insulin or cannot use the insulin it produces effectively. Diabetes mellitus is currently a global health treath. Alloxan is one of the common diabetogenic agents that is often used to assess the antidiabetic potential of purified compounds and plant extracts in studies involving diabetes. Intermittent fasting is time-restricted feeding, where food can only be eaten at certain times of the day, usually in conjunction with a 16 - 20 hour fast. Several studies have proven that intermittent fasting is effective in reducing weight and stabilizing blood glucose levels. Circadian rhythms are also called biological clocks which refer to behavioral, physiological and molecular changes with a cycle length of about 24 hours. Intermittent fasting can maintain circadian rhythm and regulate the metabolic system. Intermittent fasting results in reductions in energy intake, body weight, body fat, blood pressure, blood glucose, glucose tolerance, and inflammatory markers. This research was conducted to find out whether there is a difference in blood glucose levels when doing intermittent fasting for 12 hours during the day and at night. This research is true experimental research with a Pre-Test and Post-Test Control Group Design research design. Measurement of blood sugar levels in mice (Mus musculus) was carried out before and after treatment. Take samples of mice that weigh 20-40 grams and are 2-3 months old. All of these mice were male and had fasting blood glucose levels >108 mg/dL after alloxan induction. This research has two variables, namely independent and dependent. The independent variable here is the effect of fasting 12 hours during the day and 12 hours at night for 14 days. Meanwhile, the dependent variables in this study were blood glucose levels and body weight of hyperglycemic mice (Mus musculus) before and after fasting 12 hours during the day and 12 hours at night for 14 days. The equipment used in this research included mouse cages, AD 1 mouse feed, electric scales, glucometer, glucose strips, blood lancet, pen lancet, 1 ml syringe, handscone, and mask. From the results of this study, data was obtained that mice that fasted for 12 hours for 14 days, both day and night, experienced a decrease in blood glucose levels and body weight. Interestingly, mice that fasted at night lost more weight and glucose than those that fasted during the day. Intermittent Fasting is able to reduce blood glucose levels and body weight effectively. Keywords: Mice, Fasting, Glucose, Body Weight  ABSTRAK Istilah "hiperglikemia" berasal dari kata Yunani hyper (tinggi), glykys (manis/gula) dan haima (darah). Kekurangan insulin, atau ketidakmampuan sel merespons insulin, menyebabkan kadar gula darah tinggi (hiperglikemia), yang merupakan tanda klinis diabetes. Diabetes, adalah kondisi serius jangka panjang (atau "kronis") yang terjadi ketika kadar gula darah meningkat karena tubuh tidak mampu memproduksi hormon insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkannya secara efektif. Diabetes melitus saat ini menjadi salah satu ancaman kesehatan global2,4,5. Aloksan adalah salah satu agen diabetogenik umum yang sering digunakan untuk menilai potensi antidiabetes dari senyawa murni dan ekstrak tumbuhan dalam studi yang melibatkan diabetes. Intermittent fasting adalah pemberian makan dengan batasan waktu, di mana makanan hanya boleh dimakan pada waktu tertentu dalam sehari, biasanya bersamaan dengan puasa 16 - 20 jam.  Beberapa penelitian telah membuktikan intermittent fasting efektif dalam menurunkan berat badan dan menstabilkan kadar glukosa darah8,9. Ritme sirkadian juga disebut jam biologis yang mengacu pada perubahan perilaku, fisiologis, dan molekuler dengan panjang siklus sekitar 24 jam. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada kadar glukosa darah ketika melakukan intermittent fasting 12 jam pada siang hari dan malam hari. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan desain penelitian Pre-Test and Post-Test Control Group Design. Pengukuran kadar gula darah pada mencit (Mus musculus) dilakukan sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Mengambil sampel mencit yang memiliki berat 20-40 gram dan berusia 2-3 bulan. Semua mencit ini berjenis kelamin laki-laki dan mempunyai kadar glukosa darah puasa >108 mg/dL setelah diinduksi aloksan. Penelitian ini memiliki dua variabel, yakni independen dan dependen. Variabel independen di sini adalah pengaruh puasa 12 jam siang hari dan 12 jam malam hari selama 14 hari. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar glukosa darah puasa dan berat badan mencit (Mus musculus) hiperglikemia sebelum dan setelah puasa 12 jam siang hari dan 12 jam malam hari selama 14 hari. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang mencit, pakan mencit AD 1, timbangan elektrik, glukometer, strip glucosa, blood lancet, pen lancet, spuit 1 ml, handscone, serta masker. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data bahwa mencit yang berpuasa 12 jam selama 14 hari baik di waktu siang maupun malam mengalami penurunan kadar glukosa darah serta berat badan. Menariknya, mencit yang berpuasa di malam hari, penurunan glukosanya lebih banyak ketimbang yang berpuasa di siang hari dan yang tidak berpuasa sedangkan penurunan berat badan lebih banyak pada kelompok yang tidak berpuasa. Intermittent Fasting ternyata mampu menurunkan kadar glukosa darah puasa dan menjaga agar berat badan tidak terlalu menurun pada pasien hiperglikemia. Kata Kunci: Mencit, Puasa, Glukosa, Berat Badan