Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Peran Madzhab Basrah dalam Pengembangan Ilmu Nahwu: Tinjauan pada Kitab al-Muyassar karya Aceng Zakaria Abdurrohman, Roni; Sopian, Asep
Ukazh: Journal of Arabic Studies Vol 4 No 1 (2023): Ukazh : Journal of Arabic Studies, June 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37274/ukazh.v4i1.741

Abstract

Kitab Al-Muyassar Fii 'Ilmi Al-Nahwi karya Aceng Zakaria memiliki kekhasan serta karakteristik yang kuat dalam konten materinya serta sering digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran di beberapa universitas serta Pondok Pesantren. Serta madzhab-madzhab nahwu juga berperan dalam kitab Al-Muyassar Fii 'Ilmi Al-Nahwii, salah satunya ialah Madzhab Bashrah. Maka penelitian ini menginvestigasi peran Madzhab Bashrah dalam pengembangan ilmu Nahwu melalui kitab Al-Muyassar karya Aceng Zakaria. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kepustakaan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa banyaknya penggunaan istilah madzhab Bashrah dalam kitab tersebut menunjukkan dominasi Madzhab Bashrah dalam isi kitab tersebut. Beberapa contoh penggunaan istilah tersebut antara lain: penggunaan istilah naib al-fail untuk menunjukkan kata benda yang menggantikan kedudukan pelaku, penggunaan istilah dzaraf serta maf’ul fiih untuk menunjukkan keterangan baik tempat maupunpun waktu, penggunaan istilah raf’u, nashbu, jarru, serta jazmu pada amil-amil I’rob, menurut pansertagan ulama Mazhab Bashrah, tanda-tanda isim terletak pada kemunculan alif serta lam, yang menjadi indikator penting dalam pengidentifikasian isim penggunaan istilah la nafiyah lil jinsi. The book "Al-Muyassar Fii 'Ilmi Al-Nahwi" by Aceng Zakaria possesses distinctiveness and strong characteristics in its content material, and it is frequently used as a reference in learning at several universities and Islamic boarding schools. Among the various schools of Arabic grammar (nahw), the Basrah School also plays a significant role in the book "Al-Muyassar Fii 'Ilmi Al-Nahwi" authored by Aceng Zakaria. Therefore, this research investigates the role of the Basrah School in the development of Nahw science through Aceng Zakaria's book "Al-Muyassar." This study employs a qualitative method of literature review. The research findings indicate that the extensive usage of Basrah School terminology in the book demonstrates the dominance of the Basrah School within its content. Several examples of such terminology usage include: (1) the use of the term "naib al-fail" to denote a noun that replaces the position of the doer, (2) the use of the terms "dzaraf" and "maf’ul fiih" to indicate both place and time specifications, (3) the use of the terms "raf’u," "nashbu," "jarru," and "jazmu" in the amil-amil I'rob, (4) according to the views of Basrah School scholars, the signs of isim (noun) are found in the occurrence of alif and lam, which serve as important indicators in identifying nouns, and (5) the use of the term "la nafiyah lil jinsi”.
Memahami Makna Semantik Lafaz Nasihat dan Wasiat dalam Al-Quran: Pendekatan Teori Toshihiko Izutsu Abdurrohman, Roni; Nurbayan, Yayan; Sopian, Asep
Ukazh: Journal of Arabic Studies Vol 4 No 2 (2023): Ukazh : Journal of Arabic Studies, December 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37274/ukazh.v4i2.769

Abstract

Untuk memahami Al-Quran terdapat beberapa metode yang bisa digunakan, salah satunya adalah yang dianjurkan oleh Toshihiko Izutsu: metode semantik. Salah satu persoalan yang dibahas dengan metode semantik Tashihiko adalah bagaimana menginterpretasikan konsep Al-Quran tentang Nasihat dan wasiat melalui penggunaan semantik. Langkah yang akan digunakan meliputi pencarian makna dasar dan relasional yang kemudian mencari worldview dalam hal ini bagaimana Al-Quran menggunakan dua kata tersebut. Kata Nasihat beserta derivasi nya di sebutkan sebanyak 12 kali, sedangkan kata wasiat dan derivasinya disebutkan sebanyaak 26 kali dalam Al-Quran. Kata Nasihat yang diartikan sebagai kalimat yang mengungkapkan sebuah frasa berupa ajakan kepada orang yang diNasihati dan wasiat yang diartikan sebagai amanat dan pesan yang disambungkan dari pewasiat kepada penerima wasiat memiliki kedekatan makna. There are several methods for understanding Al-Quran, one of which is encouraged bystoshihikosizutsu: semantics methods. Onesof the issues discussed bystashihiko'sssemantic method of semantics is how to interpret Al-Quran concepts of Nasihat and Wasiat the use of semantics. The move would involve a basic and relational search for worldview in this case how the Al-Quran uses the two words. The words of counselsswith its derivatives are 12 times mentioned, while the wills and derivatives are mentioned 26 timessin the Al-Quran. Thesword counsel is defined asa sentence expressing a phrase of invitation to the person recommended and the will defined asa commission and a message connected from the wills to the beneficiaries has a closeness to meaning
Deiksis Persona dalam Surat Ibrahim pada Quran Terjemah Karya Ahmad Hasan (Kajian Pragmatik) Abdurrohman, Roni; Syihabuddin; Abdurrahman, Maman
Ukazh: Journal of Arabic Studies Vol 5 No 1 (2024): Ukazh: Journal of Arabic Studies, March 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37274/ukazh.v5i1.935

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji deiksis persona dalam Quran Surat Ibrahim. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan fokus pada analisis teks Al-Quran dan tafsir Al-Furqan. Temuan penelitian mencakup penggunaan deiksis persona dalam bentuk tunggal dan jamak, baik dalam bentuk bebas maupun terikat, dengan mengacu pada objek seperti Allah SWT, Nabi Ibrahim, dan Bani Israil merupakan rujukan yang sering muncul pada persona pertama. Analisis data mengungkapkan penggunaan deiksis persona untuk menyoroti penghormatan, pengagungan, pengingkaran, dan hubungan antarobjek. Studi ini memberikan gambaran komprehensif tentang penggunaan deiksis persona dalam Surat Ibrahim, menawarkan pemahaman mendalam tentang hubungan linguistik dan pragmatik dalam teks Al-Quran. Implikasi hasil penelitian dapat memperkaya pemahaman mengenai deiksis dan memberikan kontribusi pada kajian pragmatik dan linguistik Al-Quran. This research aims to examine persona deixis in the Quranic Surah Ibrahim. The research employs a qualitative descriptive method with a focus on the analysis of the Quranic text and the Al-Furqan exegesis. The research findings encompass the usage of persona deixis in both singular and plural forms, in both free and bound forms, with reference to objects such as Allah SWT, Prophet Ibrahim, and the Children of Israel frequently serving as first-person references. Data analysis reveals the use of persona deixis to highlight aspects of respect, admiration, denial, and the relationships between objects. This study provides a comprehensive overview of the use of persona deixis in Surah Ibrahim, offering an in-depth understanding of the linguistic and pragmatic relationships within the Quranic text. The implications of the research results can enhance the understanding of deixis and contribute to the study of pragmatic and linguistic aspects of the Quran.
Konsep Makna Mau’izah dalam Al-Quran: Implementasi Teori Semiotika Roland Barthes Terhadap Qs. An-Nahl Ayat 125 Abdurrohman, Roni; Al Farisi, Mohamad Zaka
Rayah Al-Islam Vol 7 No 2 (2023): Rayah Al Islam Oktober 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37274/rais.v7i2.755

Abstract

Ayat-ayat Al-Qur'an adalah sumber utama dakwah Rasulullah. Di antara metode dakwah yang ditawarkan Al-Qur'an adalah al-hikmah, Mau’izah, al-jidal, dan al-qudwah. Metode ini digunakan untuk menghadapi statifikasi keilmuan dalam masyarakat luas, yang pada dasarnya memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman yang berbeda. Diantara metode-metode dakwah yang tersaji dalam Al-Quran, metode Mau’izah adalah metode dakwah yang berbeda dengan metode yang lain. Dikatakan oleh Quraisy Shihab, bahwa Mau’izah adalah untaian yang tulus yang membawa kebaikan. Untuk memahami konsep Mau’izah dalam Al-Quran tentu tidak cukup dengan hanya membaca terjemah, perlu adanya pengkajian mendalam agar mendapatkan makna yang setidaknya tidak terlalu jauh dari makna yang diinginkan oleh Al-Quran. Dengan teori Roland Barthes, konsep Mau’izah akan dikaji dengan pendekatan semiotic, dengan dua tahapan pencarian makna yaitu tahapan linguistic dan mitologi. Agar pembahasan tidak melebar dan tidak terlalu membahas ruang lingkup yang luas, maka penelitian ini dibatasi dengan Konsep Makna Mau’izah dalamsAl-Quran: ImplementasisTeori SemiotikasRoland BarthessTerhadap Qs. An-Nahl ayat 125. Hasil penelitian berupa ditemukannya konsep Mau’izah dengan dua makna yaitu denotasi dan konotasi The versessof the Qur'an are the main source of the Prophet's da'wah. Among the methods of da'wah offered by the Qur'an are al-hikmah, Mau'izah, al-jidal, and al-qudwah. This method is used to deal with scientific statification in the wider community, which basically has different levels of knowledge and understanding. Among the methods of da'wah presented in the Qur'an, the Mau'izah method is a method of da'wah that is different from other methods. It is said by Quraysh Shihab, that Mau'izah is a sincere strand that brings goodness. To understand the concept of Mau'izah in the Quran is certainly not enough to just read the translation, there needs to be an in-depth study in order to get a meaning that is at least not too far from the meaning desired by the Quran. With Roland Barthes' theory, the concept of Mau'izah will be studied with a semiotic approach, with two stages of searching for meaning, namely the linguistic and mythological stages. So that the discussion does not widen and does not discuss too much broad scope, this research is limited to the Concept of the Meaning of Mau'izah in the Quran: Implementation of Roland Barthes' Semiotic Theory to Qs. An-Nahl verse 125. The results of the study were in the form of the discovery of the concept of Mau'izah with two meanings, namely denotation and connotation