Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

METODE PENDIDIKAN PERSPEKTIF TAFSIR TARBAWI Suyati, Suyati; Ali , Ismun; Radinal, Willy; Arrohmatan, Arrohmatan
Jurnal Insan Cendekia Vol. 4 No. 1 (2023): April
Publisher : Journal Corner & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54012/jurnalinsancendekia.v4i1.133

Abstract

Penelitian ini berusaha untuk mengkaji ayat-ayat Al Quran yang berhubungan dengan metode pendidikan, kajian ini semacam ini disebut juga Tafsir Tarbawi. Latar belakang penelitian ini adalah saat ini masih banyak pendidik yang belum menyadari bahwa Al Quran juga menkaji tentang masalah pendidikan, sehingga mereka lebih condong mengambil referensi dari buku-buku yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan ke-Islaman, untuk itu kami menyusun jurnal yang mengkaji metode, pendidikan dari sudut pandang kajian Tafsir Tarbawi. Melalui jurnal ini peneliti merumuskan beberapa permasalahan, di antaranya pengertian dari Tafsir Tarbawi, pengertian metode pendidikan, dan metode pendidikan kajian Tafsir tarbawi. Penelitian ini berjenis kualitatif deskriptif, dengan pendekatan pendalaman teori (Grounded Theory), dengan teknik kajian pustaka (Library Research) lalu menganalisa isinya (Content analisis). Hasil penelitian ini adalah Tafsir Tarbawi merupakan upaya menyikap dan menjelaskan makna-makna Al-Quran secara tematik tentang pendidikan. Metode pendidikan dalam Alquran pada hakikatnya banyak sekali namun paling tidak ada delapan di antaranya diskusi, metode tanya jawab, metode ceramah, metode demontrasi, metode eksperimen, metode keteladanan, metode amtsal, metode targhib wa tarhib, dan metode tikror. Metode-metode pendidikan secara secara intrinsik tertera dalam Al Quran, seperti Metode Diskusi terdapat pada Al Quran Surat An-Nahl ayat 125, metode Tanya Jawab dalam Surat Assoffat ayat 100-109, Metode Ceramah dalam surat Yunus ayat 23, Metode demonstrasi dalam surat Al Kahfi 66-82, Metode Eksperimen Surah Arrohman ayat 33, metode Keteladanan dalam surat Al-Ahzab ayat 21, Metode Amtsal Al Baqarah ayat 17, metode Targhib wa Tarhib Albayyinah ayat 6-8, dan metode tikror dalam surat Al Fatihah ayat 6-7.
MATERI PENDIDIKAN KEAGAMAAN PERSPEKTIF ANTROPOLOGI Prasetyo Adi, Dwi; Basri, Sairul; Waluyo, Budi; Arrohmatan, Arrohmatan
Jurnal Insan Cendekia Vol. 4 No. 1 (2023): April
Publisher : Journal Corner & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54012/jurnalinsancendekia.v4i1.255

Abstract

Materi pendidikan agama bukan hanya sekedar metafisika belaka, dalam semua bangsa, bentuk, objek kendaraan, dan ibadah diliputi aura kesungguhan moral yang mendalam dan suci. Kesucian di mana pun mengandung arti dan hakiki. Suci tidak hanya mendorong rasa pengabdian, tetapi juga menuntutnya, tidak hanya persetujuan intelektual, tetapi juga komitmen emosional. Apakah yang suci itu disebut Mana, Brahma, Buddha, Tritunggal atau yang lainnya. Semua digambarkan sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar duniawi, yang mau tidak mau memiliki implikasi yang sangat dipertimbangkan bagi arah perilaku manusia. Agama tidak hanya bersifat etis. Sumber vitalitas moralnya terletak pada keyakinan yang dipahami. Dengan keyakinan agama diungkapkan karakteristik mendasar dari realitas "Yang harus ada" yang memaksa muncul dari "yang ada" sebagai pendekatan yang aktual dan komprehensif terhadap tuntutan-tuntutan yang mendasari tindakan-tindakan manusia yang paling spesifik dalam konteks eksistensi manusia.
ANALISIS GENDER TENTANG KESETARAAN HAK TALAK BAGI PEREMPUAN Hariadi, Hariadi; Kurnia Lestari, Aprida; Lukman Irawan, M. Nur; Arrohmatan, Arrohmatan
Jurnal Insan Cendekia Vol. 4 No. 1 (2023): April
Publisher : Journal Corner & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54012/jurnalinsancendekia.v4i1.256

Abstract

Dalam pola pemikiran deduktif, pendekatan skriptural-tekstual lebih diperluas untuk fokus pada jenis dan karakteristik pemikiran monistik, yaitu pemahaman yang berangkat dari asumsi bahwa makna dan teks adalah hal yang tidak terpisahkan. Implikasi yang paling signifikan dari pendekatan tekstual ini adalah kurangnya ruang untuk sejarah. Lebih jauh lagi, pendekatan ini akan mengabaikan fenomena alam sekitar, budaya, dan masyarakat yang selalu berubah. Sehingga setiap diskriminasi, subordinasi, inarginalisasi, dan ketidakadilan dalam relasi gender hanya bisa dibuang jauh-jauh dari legitimasi tekstual agama dengan mempertimbangkan sejarah teks itu sendiri dan tanpa ada niatan untuk mengikis habis teologi norma secara mutlak. Secara khusus, dalam artikel ini, masalah yang akan dikaji dengan pendekatan sejarah teks ini adalah QS. Al-Baqarah (2): 229 atau kepemilikan hak talak dengan menggunakan pendekatan sosio-teologis Engeneer.
IDE KEBANGSAAN DAN PENDIDIKAN ETIKA HASYIM ASY’ARI DALAM KONTEKS KEKINIAN Asnan, Hamid; Handoko, Cipto; Arrohmatan, Arrohmatan
Jurnal Insan Cendekia Vol. 4 No. 1 (2023): April
Publisher : Journal Corner & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54012/jurnalinsancendekia.v4i1.260

Abstract

Pemikiran pendidikan Hasyim Asy’ari dapat ditelusuri dari karya-karya dan inovasi yang diterapkan dalam manajemen pendidikan di Pesantren Tebuireng Jombang. Banyak hal yang dilakukan pada periode pertama ternyata menjadi trend pada masa sekarang. Diantaranya adalah pendidikan etika, baik pada santri maupun guru, juga pada profesionalisme guru dan manajemen pendidikan. Pemikiran Hasyim Asy’ari dalam bidang pendidikan lebih menekankan pada masalah etika dalam pendidikan. Meskipun tidak menafikan beberapa aspek lain dalam pendidikan, dalam hal ini banyak dipengaruhi oleh keahliannya dalam bidang Hadits, dan pemikirannya dalam bidang tasawuf dan fikih yang sejalan dengan teologi al-Asy’ari dan al Maturidi. Juga sejalan dengan pemikiran al-Ghazali yang lebih menekankan pada pendidikan spiritual. Hal lain yang menarik dan perlu ditekankan dalam membahas pemikiran dan pandangan yang ditawarkan oleh Hasyim Asy’ari adalah etika dimana guru harus membiasakan diri untuk menulis, mengarang dan meringkas, yang mana pada masanya hal ini jarang sekali ditemui. Dan hal ini beliau buktikan dengan banyaknya buku-buku karangan atau tulisan beliau. Gagasan-gagasan yang diungkapkan oleh beliau terkait etika guru dengan murid menunjukkan profesionalitas beliau sebagai seorang pendidik. Hal ini terlihat dari rangkuman gagasan-gagasan yang dilontarkannya tentang kompetensi seorang pendidik, khususnya kompetensi profesional. Di sisi lain, tampak bahwa apa yang ditawarkan Hasyim Asytari lebih bersifat pragmatis, yakni apa yang ditawarkannya berangkat dari praktik yang pernah dialami. Hal inilah yang menjadi nilai tambah dalam konsep yang dikemukakan oleh pendiri Pesantren Tebuireng ini.
The Yellow Book Learning Methodology at Islamic Boarding Schools Arrohmatan, Arrohmatan; Warisno, Andi; Ansori, Afif; Andari, An An; Nelson, Nelson
Scaffolding: Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme Vol 4 No 3 (2022): Pendidikan Islam dan Multikulturalisme
Publisher : Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/scaffolding.v4i3.2316

Abstract

This study aims to determine the yellow book learning method from the point of view of management science, including planning, organizing, implementing, and evaluating. This research uses the literature study method, in which researchers try to find data from various sources such as books, journals, and other research to compile, manage and present it to become information. Data collection techniques are carried out with documentation. Meanwhile, data analysis uses content analysis. The results showed that institutions applied five methods in teaching the yellow book at Islamic boarding schools, including sorogan, wetonan/bandongan, deliberation/ bahtsul Masa'il, market, Muhafadzoh, demonstrations, and classics. Islamic boarding schools and Madrasah Diniyyah generally implement institutions for learning the yellow book, a characteristic that cannot be separated from this learning is the large role of the Kiai (Teacher) and Santri (Students). Learning management that is applied other than the classical method needs to be carried out in writing and neatly. In contrast, the classical method is written and compiled in the bookkeeping of the Madrasah Diniyyah curriculum in Islamic boarding schools and Madrasah Diniyyah, which are independent outside Islamic schools. Thus the methodology of learning the yellow book in Islamic boarding schools is still conventional.
Implementation of the Prospective Bride Course in Indonesia: Provision for Marital Life by Kantor Urusan Agama Mubarok, Yusup; Sapar, Akhmad; Lestari, Aprida Kurnia; Arrohmatan, Arrohmatan
International Journal Corner of Educational Research Vol. 1 No. 3 (2023): March 2023
Publisher : CV. Tripe Konsultan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54012/ijcer.v1i3.134

Abstract

This study aims to examine the implementation of courses for prospective brides as an effort to improve knowledge of married life in Indonesia. This research uses a literature review method with content analysis techniques of the laws of the government of the Republic of Indonesia, regulations of the Ministry of Religion, and is supported by the opinions of experts in books and journals. The result of this research is that the prospective bride course (Suscatin) is an education for prospective brides that must be followed and carried out by the Marriage Advisory, Development and Preservation Agency (BP4) which is under the auspices of the religious affairs office (KUA) as a representative office of the district or city ministry of religion office throughout Indonesia. The course aims to provide knowledge about the concept of a harmonious family based on Islamic teachings known as Sakinah, Mawaddah Warahmah, and to prevent the occurrence of divorce that often occurs among brides these days. All needs regarding the implementation of the course are covered by funds from both central and regional governments. Implementation guidelines include syllabus, materials, learning models, lesson hours, resource persons, graduation certificates and others are regulated in the Regulation of the Director General of Islamic Public Guidance Number: DJ.II/542 of 2013 concerning Guidelines for the Implementation of Pre-Marriage Courses Article 1 and Article 2.