Bandol Utomo, Bagus Sediadi
Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Quality of Alkali Treated Cottonii (ATC) Made from Eucheuma cottonii Collected from Different Regions In Indonesia darmawan, muhamad; Bandol Utomo, Bagus Sediadi; Yuda Mulia, Raekal Amral
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 8, No 3 (2013): December 2013
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/squalen.v8i3.37

Abstract

The presented study has been carried out in order to study the quality of Alkali Treated Cottonii (ATC) made from Eucheuma cottonii which being collected from different regions in Indonesia (Belitung, Nusa Tenggara Barat and Lampung). The quality variables analyzed were the characteristics of raw materials (Clean anhydrous weed and impurities) and the characteristics of ATC produced (moisture content, ash content, acid insoluble ash content, yield, gel strength, sulphate content, gelling -melting point). The analysis was done in 3 replicates and the data were statistically analyzed using SPSS 15 package software. Results indicated that the raw material from Lampung had a better quality than those from Nusa Tenggara Barat and Belitung. In addition, the characteristics of ATC produced from these three raw materials showed that seaweed from Lampung produced better quality ATC than those from Nusa Tenggara Barat and Belitung in terms of their gel strength, sulphate content and yield.
Kondisi Optimum Produksi Bioetanol Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum duplicatum) Menggunakan trichoderma Viride dan Pichia angophorae Sari, Rodiah Nurbaya; Bandol Utomo, Bagus Sediadi; Tambunan, Armansyah H.
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 9, No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v9i2.105

Abstract

Rumput laut coklat Sargassum duplicatum selain banyak digunakan untuk industri makananminuman, kosmetik, dan farmasi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi bioetanol karena kandungan selulosanya tinggi dan ligninnya rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimum hidrolisis enzimatis untuk produksi bioetanol dari rumput laut coklat S. duplicatum dengan menggunakan kapang Trichoderma viride dan kondisi optimum untuk fermentasi menggunakan khamir Pichia angophorae sehingga diperoleh rendemen etanol yang tinggi. Metode yang digunakan terdiri dari beberapa tahap yaitu karakterisasi S. duplicatum, hidrolisis enzimatis dengan menggunakan T. viride, dan fermentasi dengan P. angophorae. Etanol kasar (crude) yang dihasilkan berdasarkan waktu optimum dari hidrolisis enzimatis dan fermentasi kemudian didistilasi untuk meningkatkan kadar etanolnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu optimum untuk hidrolisis enzimatis adalah selama 4 hari pada suhu 28 oC dan pH 5,77 dengan aktivitas enzim CMCase 3,48 IU/ml yang menghasilkan gula total 3,01 g/L dan gula pereduksi total 4,26 mg/L. Sedangkan waktu optimum untuk fermentasi adalah selama 3 hari pada suhu 29 oC dan pH 4,17 dengan tingkat pertumbuhan (OD 600) P.angophorae 0,48; oksigen terlarut 13,4%; konsentrasi CO2 440,33 mg/L yang menghasilkan kadar etanol kasar 0,04 g/L. Proses distilasi dapat meningkatkan kadar etanol menjadi 10,50 g/L.
Pemurnian Minyak Ikan Patin dari Hasil Samping Pengasapan Ikan Bandol Utomo, Bagus Sediadi; Basmal, Jamal; Hastarini, Ema
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v11i2.224

Abstract

Isi perut merupakan hasil samping pengasapan ikan patin (Pangasius hypophthalmus) yang jumlahnya mencapai 5-6%/hari dari jumlah ikan yang diasap. Jumlah hasil samping yang besar tersebut apabila tidak diolah dapat mencemari lingkungan. Masyarakat pengolah di Kabupaten Kampar, Riau telah mengekstraksi isi perut tersebut menjadi minyak ikan kasar dengan produksi 110 L/hari. Untuk itu diperlukan teknologi pemurnian yang dapat meningkatkan nilai ekonomi minyak ikan kasar yang ada. Penelitian ini bertujuan melakukan pemurnian minyak kasar hasil samping pengasapan ikan patin dengan menggunakan empat metode pemurnian. Masing-masing metode pemurnian tersebut memiliki perbedaan seperti konsentrasi bentonit, waktu dan suhu proses, konsentrasi NaOH pada proses netralisasi, dan penggunaan asam sitrat atau natrium klorida pada proses degumming. Bahan penelitian yang digunakan adalah dua jenis minyak ikan patin kasar yaitu hasil ekstraksi isi perut ikan patin dengan pengukusan dan hasil ekstraksi dengan pemanasan. Sebelum dan setelah dimurnikan, minyak ikan dianalisis bilangan asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan iodin, warna, dan profil asam lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada minyak ikan hasil ekstraksi dengan pengukusan yang dimurnikan menggunakan metode I, terjadi penurunan nilai asam lemak bebas sebesar 50,79%; peroksida sebesar 23,75%; dan peningkatan angka iodin 20,99%. Sedangkan pada minyak ikan hasil ekstraksi dengan pemanasan yang telah dimurnikan menggunakan metode II terjadi penurunan nilai asam lemak bebas sebesar 50,30%; peroksida 49,77%; dan peningkatan angka iodin 30,92% Pemurnian minyak ikan patin terbaik dihasilkan dari minyak hasil ekstraksi dengan pengukusan yang dimurnikan dengan metode I dan minyak hasil ekstraksi dengan pemanasan yang dimurnikan dengan metode II karena telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh International Association of Fish Meal Manufactures, International Fish Oil Standard, dan standar farmakope Indonesia sebagai minyak ikan mutu pangan.