Asmaryetti, Asmaryetti
Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERKEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN TARI NUGAL BEJOLO DI DUSUN TANJUNG KEC.KUMPEH KAB. MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI Zulfadanti Zulfadanti; Adriana Gusti; Asmaryetti Asmaryetti
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4, No 2 (2018): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v4i2.492

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan dan keberlanjutan tari  Nugal Bejolo Dusun Tanjung Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif menggunakan metode deskriptif analisis yang berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, fakta tersebut di analisa sesuai permasalahan dalam penulisan. Ada pun teori yang digunakan yaitu teori bentuk yang dikemukakan oleh Soedarsono, teori perkembangan oleh Edi Sedyawati, teori perubahan oleh Hari Purwanto dan Keberlanjutan oleh Herskovits (dalam Widja) . Hasil yang dicapai dalam tulisan ini adalah tentang perkembangan tari Nugal Bejolo dari segi bentuk pertunjukan  dahulunya ritual menjadi tontonan atau hiburan  serta keberlanjutannya
PSEUDO TRADISIONAL RITUAL MENUNTAUK DALAM TARI MANGKIK STAIH ANA ANITA ISMIARTI; ASMARYETTI ASMARYETTI; ERNIDA KADIR
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 6, No 2 (2020): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v6i2.1051

Abstract

 Hilman seorang seniman tari  dari  Kota Sungai Penuh membangkitkan kembali ritual menuntauk menjadi pseudo tradisional dan mewujudkanya kedalam bentuk tari berjudul Mangkik Staih. Ritual menuntauk adalah salah satu bentuk upacara (ritual) meminta ilmu (menuntauk) yang dilakukan oleh masyarakat tradisional dengan menghadirkan berberapa persyaratan berupa sesajen dan perlengkapan  yang dipersembahkan kepada arwah leluhur.Pseudo tradisional ini menjadi pembuka di setiap bagiannya.Dalam melakukan analisis pembahasan tentang pseudo tradisional dirujuk pendapat Soedarsono yang membicarakan mengenai kaidah-kaidah tradisi yang telah dihilangkan nilai-nilai tradisionalnya yang bersifat sakral. Analisis bentuk pseudo ritual dalam tari Mangkik Staih dilakukan dengan berpedoman kepada pendapat Sumandiyo Hadi yang menyangkut tentang elemen-elemen tari. 
TARI JERAMBAH PATAH SEBAGAI REFLEKSI KEINDAHAN MASYARAKAT RANTAU PANJANG KAB. MERANGIN, PROV. JAMBI Elsa Arina; Erlinda Erlinda; Asmaryetti Asmaryetti
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5, No 1 (2019): Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v5i1.774

Abstract

Penelitian ini memiliki tujuan utama yaitu mengetahui bentuk penyajian dan estetika pada tari Jerambah Patah. Tari Jerambah Patah menceritakan muda-mudi yang menjalin hubungan kasih dengan harapan tidak berakhir dan berlanjut hingga ke pernikahan. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai ajang mengingatkan kembali tradisi yang ada pada masyarakat Rantau Panjang yakni batandang dan magih tando ditampilkan dalam acara adat memantai. Teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori tentang estetika oleh A.A.M Djelantik dan teori bentuk oleh Alma M.Hawkins.
TARI RENTAK BULIAN SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA DAN REFLEKSI KEINDAHAN MASYARAKAT INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU Erlinda Erlinda; Asmaryetti Asmaryetti; Syaiful Erman
Garak Jo Garik : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 1, No 2 (2023): Garak Jo Garik : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Garak Jo Garik : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/gjg.v1i2.3743

Abstract

Studies on the dance Rentak Bulian in Riau Community are kinds of discussions aboutfield empirical reality with the problems of dance as a cultural expression among its community. In addition to describing the existence of the dance, this study also analyses the reflection of its beauty by investigating its aspects of movement, musics, costumes, properties, supports, and presentation. Analysis is done descriptively, qualitative, and interpretatively. The dance of Rentak Bulian constitutes a cultural expression of the Malay community of Petalanganan Talang Mamak, Indragiri Hulu, Rengat. Although the ritual of Bulian has transformed into a performance arts, seeing from either its form, function, and meaning, the ritual's magic component must still be staged in order to fulfil its performance demand. Among the rituals are: there must be seven virgin female dancers; the dancers are in their clean period (not in menstruation), there must be a strong male dancer, the dancers are not related in blood, all dancers must acquire consents from the village elders, they must be blessed with sandalwood smoke, musical instruments must be casted, the young bunch of areka nut must be selected, and the fireplace must not be casted any spell.
BERBAGAI VARIAN TARIPADA ACARA PESTA PERKAWINAN Merianti Sabriana; Ernida Kadir; Asmaryetti Asmaryetti
Garak Jo Garik : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 1, No 2 (2023): Garak Jo Garik : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Garak Jo Garik : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/gjg.v1i2.3774

Abstract

This paper discusses the low appreciation of dancers for the designation of dance at weddings. Under these conditions, the bride and groom are similar to the one-day King and Queen, who deserve to be respected. Ignoring the direction of facing in dance performance as an indication of the form of joyful respect for the bride and groom becomes a problem. This neglect can be seen in the dancer's position when the show always faces the audience and turn sits back to the bride and groom as the main character in the wedding ceremony. Such behavioris called discord in Minangkabau terminology. That is, behavior that does not conform to custom. The discordant performance by the dancers and the absence of evaluation from various parties became the fulcrum of the analysis of this study was carried out. Thus, this question explains phenomena and describes reality through qualitative research, using descriptive methods, and then analyzes through various related theories, namely normative ethics theory, structural theory, and performing arts theory.