Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

EVALUASI RUTE DAN HALTE BUS DI KOTA BANDUNG Ekasari, Astri Mutia
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 15, No 1 (2015): Transportasi dan Infrastruktur
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1003.227 KB) | DOI: 10.29313/jpwk.v15i1.2623

Abstract

Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia khususnya transportasi darat. Transportasi darat merupakan moda yang paling dominan digunakan dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Berdasarkan Kebijakan pemerintah mengenai Bus sekolah gratis ini ternyata tidak memenuhi demand transportasi yang tinggi dari segi pendidikan. Jumlah pelajar yang menggunakan angkutan bus sekolah sebanyak 114.000 pelajar dari Januari 2014 hingga Maret 2014, jumlah pelajar ini tergolong sedikit tidak sesuai dengan jumlah demand yang ada. (Dishub Kota Bandung, 2014).Analisis evaluasi rute yang digunakan adalah analisis untuk penilain kinerja pelayanan rute angkutan yang diperoleh berdasarkan literature dan standart yang ada dalam penilai rute angkutan Bis Sekolah.Hasil Evaluasi menyimpulkan bahwa terdapat kinerja – kinerja rute yang tidak sesuai dengan satandart yang ada. Terdapat kesimpulan-kesimpulan penting dari penelitian ini. Untuk lebih jelasnya lihat dibawah ini : Jaringan Trayek yang ada tidak melayani kantung kantung perumahan, lokasi sekolah secara menyeluruh, Tidak adanya Halte khusus bus sekolah menyebabkan kebingungan calon penumpang untuk menaiki Bus Sekolah Tersebut, Jauhnya Akses Halte Menurut Penumpang dan 68% Pelajar  jarang  menggunakan  layanan  bus sekolah
EVALUASI RUTE DAN HALTE BUS DI KOTA BANDUNG Ekasari, Astri Mutia
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 15 No. 1 (2015)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1003.227 KB)

Abstract

Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia khususnya transportasi darat. Transportasi darat merupakan moda yang paling dominan digunakan dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Berdasarkan Kebijakan pemerintah mengenai Bus sekolah gratis ini ternyata tidak memenuhi demand transportasi yang tinggi dari segi pendidikan. Jumlah pelajar yang menggunakan angkutan bus sekolah sebanyak 114.000 pelajar dari Januari 2014 hingga Maret 2014, jumlah pelajar ini tergolong sedikit tidak sesuai dengan jumlah demand yang ada. (Dishub Kota Bandung, 2014). Analisis evaluasi rute yang digunakan adalah analisis untuk penilain kinerja pelayanan rute angkutan yang diperoleh berdasarkan literature dan standart yang ada dalam penilai rute angkutan Bis Sekolah. Hasil Evaluasi menyimpulkan bahwa terdapat kinerja – kinerja rute yang tidak sesuai dengan satandart yang ada. Terdapat kesimpulan-kesimpulan penting dari penelitian ini. Untuk lebih jelasnya lihat dibawah ini : Jaringan Trayek yang ada tidak melayani kantung kantung perumahan, lokasi sekolah secara menyeluruh, Tidak adanya Halte khusus bus sekolah menyebabkan kebingungan calon penumpang untuk menaiki Bus Sekolah Tersebut, Jauhnya Akses Halte Menurut Penumpang dan 68% Pelajar jarang menggunakan layanan bus sekolah
Disaster Resilient Women’s Forum’s Strategic Plan for Local Mitigation Community Ina Helena Agustina; Astri Mutia Ekasari; Riswandha Risang Aji; Atie Rachmiatie
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 37, No. 2, Year 2021 [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019]
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.808 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v37i2.8457

Abstract

Greater Bandung Basin has a fault that has disaster risk which is an earthquake. That fault named Lembang Fault is located on the northern side of Bandung. One of the villages in Lembang Fault is Cikole village which is not only known for its tourism but also known to have a very large disaster risk; it is not only threatening local residents but also threatening tourists. The existence of the Disaster Resilient Women’s Forum as a Village-level Disaster Risk Management Forum/Forum Penanggulangan Resiko Bencana (FPRB) is very strategic. The strategic plan becomes a framework that can assist the Cikole Village Disaster Resilient Women Forum in identifying, prioritizing, and implementing actions to reduce the risk of lurking disaster hazards. This research aims to describe the strategic plan of the Disaster Resilient Women’s Forum. The method used is PRA (Participatory Rural Appraisal) involving multi-stakeholders, especially PKK women who are the administrators of the Disaster Resilient Women’s Forum, in the process of identifying actual conditions and formulating strategic plans so that this forum can operate according to its function. Results of this research are strategic plans that can be a tool in order to make a resilient community. There are 4 (four) main programs in the strategic plan, namely planning and regulation, administrative and technical, funding, and capacity building.
Menilai Kelayakan Pengembangan Situ-Situ Di Kabupaten Bekasi sebagai Obyek Destinasi Wisata Astri Mutia Ekasari
ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian) Vol 7 No.2 (Juni, 2019) Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Sains & Teknologi
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ethos.v7i2.4572

Abstract

Abstract. Bekasi Regency directs one of the accelerating development policies in the tourism sector by utilizing the natural lake in its administrative area. At present this lake is used to draining irrigation networks and controling floods. This research analyzes the feasibility of lake areas to develop tourist destination objects. The feasibility analysis is based on two criteria indicators, namely the criteria for physical conditions and criteria for assessing tourism potential. Based on the results of the analysis it founds that Situ Cibeureum, Situ Ceper, Situ Binong, Situ Cipalahar, and Situ Tegal Abidin could potentially be developed as a tourist attraction. Development goals must be prioritized on maintaining the environment and improving economic and social standards of local communities, towards sustainable tourism.Abstrak. Kabupaten Bekasi mengarahkan salah satu kebijakan percepatan pembangunan pada sektor pariwisata dengan memanfaatkan situ-situ alami yang terdapat di wilayah administrasinya. Saat ini situ-situ tersebut difungsikan untuk mengaliri jaringan irigasi dan sebagai pengendali banjir. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis kelayakan dari kawasan situ-situ guna pengembangan obyek destinasi wisata. Analisis kelayakan dilakukan berdasarkan dua indikator kriteria, yaitu kriteria kondisi fisik situ dan kriteria penilaian potensi pariwisata. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa Situ Cibeureum, Situ Ceper, Situ Binong, Situ Cipalahar, dan Situ Tegal Abidin berpotensi dikembangkan menjadi objek wisata. Tujuan pembangunan situ harus diprioritaskan pada pemeliharaan lingkungan situ serta meningkatkan standar ekonomi dan sosial masyarakat lokal, menuju pariwisata berkelanjutan.
SISTEM RUANG KERATON KANOMAN DAN KERATON KACIREBONAN Ina Helena Agustina; Astri Mutia Ekasari; Irland Fardani
ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian) Vol 6 No.1 (Januari, 2018) Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian (Sains & Teknologi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ethos.v6i1.3543

Abstract

Keraton Kanoman and Kacirebonan  have a history of the entry of Islam in West Java. Currently both keraton still have the building intact. In addition, there are also descendants who continue the tradition of the palace. The spatial system of the palace still follows the pattern of the past space. Similarly, the structure of the building. The purpose of writing this paper is to examine the phenomenon of contemporary space in Kanoman palace and Kacirebonan palace. This scientific paper is a research product using Husserl Phenomenology method. The results show the phenomenon of space pattern equation in the palace of Cirebon is the king's residence is the highest peak. Besides the palace in Cirebon facing north. In the North there is the Tomb of Sunan Gunung Djati located on Mount Sembung. This shows the parallel between the worldly life and the end. This phenomenon shows that space and place has something that is intangible, this is evidenced by the phenomenon of layout and the composition of the palace Kanoman and Keraton Kacirebonan.
Gender dan Mitigasi Bencana di Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Ina Helena Agustina; Atie Rachmiatie; Astri Mutia Ekasari; Verry Damayanti; Riswandha Risang Aji
ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian) Vol 8 No.2 (Juni, 2020) Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Sains & Teknologi
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ethos.v8i2.6326

Abstract

Abstract Cikole Village, Lembang Sub-district, West Bandung District is a distaster-prone area, since it is located on Lembang fault, an active tectonic. The village has population density around 879 people/ sq. km and the majority of them are vegetable growers, therefore most of their time is spent in agriculture land. National Disaster Management Authority (BNPB) through Government Regulation (PP) number 2 year 2018 regarding Minimum service standards for disaster management requirements, issued indicators for assessing disaster resilient villages. Due to the potential of disaster, then it is necessary to describe the community's knowledge of their preparedness to become a disaster resilient village. The aim of this study is to describe the phenomenon of disaster preparedness indicators based on gender. The method used qualitative study with rationalistic approach from  the grand concept of resilient village published by BNPB. Data were collected from questionnaire distribution and were analyzed with descriptive statistics. The result shows there is a different readiness between men and women in Cikole village, therefore it is necessary to establish a local community forum as a pillar of the Disaster Resilient Village.Keywords: Cikole Lembang, Disaster Resillient Village, GenderAbstrak.  Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah rawan bencana,karena masuk dalam sesar lembang yang merupakan tektonik aktif.Desa dengan kepadatan penduduk 879 jiwa/km2,mayoritas penduduknya adalah petani sayur maka sebagian besar waktunya digunakan di ladang pertanian.Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui PP No 2 Tahun 2018 tentang Standar pelayanan minimal untuk kebutuhan penanggulangan bencana menerbitkan indikator penilaian desa tangguh bencana.Berdasarkan pada potensi kebencanaantersebut maka perlu mendeskripsikan pengetahuan masyarakat terhadap kesiap siagaan mereka untuk menjadi desa tangguh bencana. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan fenomena indikator kesiap siagaan bencana berdasarkan gender.Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan rasionalistik dari grand concept desa tangguh bencana yang diterbitkan oleh BNPB.Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan menganalisis dengan statistik deskriptif. Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan kesiap siagaan antara lelaki dan perempuan di Desa Cikole, maka perlu adanya suatu forum komunitas lokal yang dibentuk untuk menjadi pilar Desa Tangguh Bencana.Kata Kunci :  Gender, Desa Tangguh Bencana, Cikole Kecamatan Lembang
Kajian Evaluasi Manfaat Pembangunan Taman Kiara Artha Terhadap Pengunjung dan Pelaku Usaha Bayu Kusumo Wardani; Astri Mutia Ekasari
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 17 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v17i1.593

Abstract

Pentingnya peranan ruang terbuka bagi kehidupan masyarakat menjadi menjadi salah satu alasan yang mendasari Pemerintah Kota Bandung mekakukan pembangunan taman kota. Hal itu dilakukan untuk menarik masyarakat agar dapat memanfaatkan taman kota sebagai ruang publik dan juga untuk mengurangan pemanfaatan taman kota yang cenderung menyimpang dari fungsinya. Dengan hadirnya Taman Asia Afrika yang merupakan salah satu taman kota yang dapat dijadikan sebagai ruang terbuka publik yang dimanfaatkan masyarakat sebagai ruang untuk melakukan berbagai aktifitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manfaat pembangunan Taman Asia Afrika untuk mempertahankan fungsi taman yaitu sebagai ruang publik yang memiliki peranan utama dalam menyelaraskan pola kehidupan manusia dari segi sosial maupun ekonomi terhadap pengunjung dan pelaku usaha di sekitar taman. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor manfaat sosial ekonomi adalah faktor paling penting dengan bobot mencapai 44,8%, faktor kedua terpenting adalah terevaluasinya fungsi taman dengan bobot mencapai 40,1%, dan terakhir faktor teridentifikasinya karakteristik eksisting taman 15,1%. Lalu dilihat dari output hasil pengolahan data dengan Expert Choice 11 yang disebut pada tampilan dinamis yang berisian antara kriteria atau Dynamic Sensitivity. Subkriteria mencapai bobot paling tinggi adalah sarana rekreasi 13,6% diikuti dengan sarana bermain anak 10,1% yang merupakan kriteria manfaat sosial. Sedangkan subkriteria mencapat bobot tinggi dari kriteria manfaat ekonomi adalah peningkatan tenaga kerja 3,3% serta mendorong kegiatan usaha 2,9%.
Analisis Kualitas Sub DAS Citarum Hulu Astri Mutia Ekasari; Hani Burhanudin; Irland Fardani
Media Komunikasi Geografi Vol. 23 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v23i1.40612

Abstract

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu memegang peranan penting dalam proses pembangunan. Prioritas masalah yang dihadapi adalah konflik kepentingan antara upaya pelestarian lingkungan sebagai fungsi resapan, dan upaya memaksimalkan pemanfaatan lahan terbangun dimana Kawasan Metropolitan Bandung berada di atasnya. Seiring dengan dinamika perkembangan lahan terbangun menyebabkan penurunan muka air tanah, banjir/genangan air permukaan pada musim hujan, dan sungai kering pada musim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas Sub DAS Citarum Hulu berdasarkan analisis tingkat fluktuasi aliran permukaan dan sensitivitas erosi tanah. Pengetahuan tentang kualitas DAS dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pembangunan dan penggunaan lahan di Sub DAS Citarum Hulu. Metode analisis yang dilakukan mencakup Analisa fluktuasi debit aliran dan tingkat erosi tanah menggunakan pendekatan kuantitatif, kemudian hasil dari kedua analisa tersebut menjadi dasar dalam menentukan tipologi kualitas sub-DAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sub DAS Citarum Hulu terbagi menjadi tiga tipologi yaitu sub DAS Kopo, Ciwidey, Cibeureum, dan Nanjung Hilir dengan tipologi kualitas rendah. Lima sub DAS dengan tipologi kualitas tinggi, yaitu Citarum, Cikeruh, Cicadas, Cimahi dan Dayeuhkolot Hilir. Sub DAS lainnya memiliki kualitas yang relatif sedang. Intensitas penggunaan lahan di sub DAS Citarum Hulu harus menerapkan prinsip-prinsip konservasi, ramah lingkungan, dan berkelanjutan agar tercapai perbaikan kualitas sub-DAS menjadi tipologi tinggi serta kualitas sub DAS dapat terjaga hingga puluhan tahun yang akan datang.
CIREBON PALACES IN THE DIGITAL ERA Ina Helena Agustina; Astri Mutia Ekasari; Irland Fardani; Hilwati Hindersah
SAMPURASUN Vol 5 No 2 (2019): Sampurasun Vol. 5 No. 2 - 2019
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.3 KB) | DOI: 10.23969/sampurasun.v5i2.1737

Abstract

Keraton is a result of the creation from the past. In order to compete in the digital era, Keraton has to make an advancement which is inline to the development of the digital era. The aim of this paper is to describe the existentialism concept of Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, and Keraton Kacirebonan, which are located in the city of Cirebon, in the digital era. The method used in this research is the qualitative-descriptive approach of the phenomena which appear in the field. The results are then matched with the theory to form the conclusion of the existentialism concept of the Keraton in this digital era. The obtained concept can be utilized as an example for other Keraton in Indonesia to retain their existence especially for the generation of millennials.
Identifikasi Tata Kelola Desa Wisata Bantaragung Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka Yolla Yuanditra; Astri Mutia Ekasari
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 1 No. 1 (2021): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.881 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v1i1.59

Abstract

Abstract. Bantaragung Tourism Village is tourism with high potential to be developed. Management activities must be carried out properly so that the Bantaragung Tourism Village becomes a thriving and sustainable tourism. . Bantaragung Village has 5 tourism objects, including Curug Cipeuteuy, Awilega Campground, Batu Semar Hill, Asahan Rock and Ciboer Pass Rice Terraces and has one tourist attraction which is still under construction, namely Puncak Pasir Cariu. Each tourist attraction has its own uniqueness and its nature is still untouched. No wonder Bantaragung Village was dubbed the 'Most Popular Hidden Paradise' at the 2017 Anugerah Pesona Indonesia (API) event. The purpose of this study was to identify the governance of Bantaragung Tourism Village which was carried out by the stakeholder analysis method, namely grouping and describing the relationships of existing stakeholders. in Bantaragung Tourism Village. The data collection method in this study was carried out by collecting primary data, namely interviews and observations and secondary data collection techniques. Based on the results of this study, it shows that management activities are carried out by 5 stakeholders, namely the Village Government, the TNGC Tourism Partnership, Pokdarwis, the Community and the Youth Organization. The five stakeholders in Bantaragung Tourism Village have not fully collaborated, but until now there have been efforts so that all existing stakeholders can be involved in the integrated management of Bantaragung Tourism Village. Abstrak. Desa Wisata Bantaragung merupakan pariwisata yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Kegiatan tata kelolanya harus dilakukan dengan baik agar Desa Wisata Bantaragung ini menjadi pariwisata yang berkembang dan berkelanjutan. . Desa Bantaragung ini mempunyai 5 obyek wisata, diantaranya Curug Cipeuteuy, Bumi Perkemahan Awilega, Bukit Batu Semar, Batu Asahan dan Terasering sawah Ciboer Pass serta memiliki satu obyek wisata yang masih dalam tahap pembangunan yaitu Puncak Pasir Cariu. Setiap objek wisata memiliki keunikan sendiri dan alamnya terbilang masih belum terjamah. Tak heran Desa Bantaragung pernah dijuluki ‘Surga Tersembunyi Terpopuler’ di ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tata kelola Desa Wisata Bantaragung yang dilakukan dengan metode analisis pemangku kepentingan yaitu mengelompokkan dan menggambarkan hubungan para pemangku kepentingan yang ada di Desa Wisata Bantaragung. Metode pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer yaitu wawancara dan observasi dan teknik pengambilan data sekunder. Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan pengelolaan dilakukan oleh 5 pemangku kepentingan, yaitu Pemerintah Desa, Kemitraan Pariwisata TNGC, Pokdarwis, Masyarakat dan Karang Taruna. Kelima para pemangku kepentingan yang ada di Desa Wisata Bantaragung memang belum sepenuhnya bekerjasama namun sampai saat ini sudah adanya upaya agar semua pemangku kepentingan yang ada dapat terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata Bantaragung secara terpadu.