Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Bandung Conference Series: Urban

Identifikasi Tata Kelola Desa Wisata Bantaragung Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka Yolla Yuanditra; Astri Mutia Ekasari
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 1 No. 1 (2021): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.881 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v1i1.59

Abstract

Abstract. Bantaragung Tourism Village is tourism with high potential to be developed. Management activities must be carried out properly so that the Bantaragung Tourism Village becomes a thriving and sustainable tourism. . Bantaragung Village has 5 tourism objects, including Curug Cipeuteuy, Awilega Campground, Batu Semar Hill, Asahan Rock and Ciboer Pass Rice Terraces and has one tourist attraction which is still under construction, namely Puncak Pasir Cariu. Each tourist attraction has its own uniqueness and its nature is still untouched. No wonder Bantaragung Village was dubbed the 'Most Popular Hidden Paradise' at the 2017 Anugerah Pesona Indonesia (API) event. The purpose of this study was to identify the governance of Bantaragung Tourism Village which was carried out by the stakeholder analysis method, namely grouping and describing the relationships of existing stakeholders. in Bantaragung Tourism Village. The data collection method in this study was carried out by collecting primary data, namely interviews and observations and secondary data collection techniques. Based on the results of this study, it shows that management activities are carried out by 5 stakeholders, namely the Village Government, the TNGC Tourism Partnership, Pokdarwis, the Community and the Youth Organization. The five stakeholders in Bantaragung Tourism Village have not fully collaborated, but until now there have been efforts so that all existing stakeholders can be involved in the integrated management of Bantaragung Tourism Village. Abstrak. Desa Wisata Bantaragung merupakan pariwisata yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Kegiatan tata kelolanya harus dilakukan dengan baik agar Desa Wisata Bantaragung ini menjadi pariwisata yang berkembang dan berkelanjutan. . Desa Bantaragung ini mempunyai 5 obyek wisata, diantaranya Curug Cipeuteuy, Bumi Perkemahan Awilega, Bukit Batu Semar, Batu Asahan dan Terasering sawah Ciboer Pass serta memiliki satu obyek wisata yang masih dalam tahap pembangunan yaitu Puncak Pasir Cariu. Setiap objek wisata memiliki keunikan sendiri dan alamnya terbilang masih belum terjamah. Tak heran Desa Bantaragung pernah dijuluki ‘Surga Tersembunyi Terpopuler’ di ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tata kelola Desa Wisata Bantaragung yang dilakukan dengan metode analisis pemangku kepentingan yaitu mengelompokkan dan menggambarkan hubungan para pemangku kepentingan yang ada di Desa Wisata Bantaragung. Metode pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer yaitu wawancara dan observasi dan teknik pengambilan data sekunder. Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan pengelolaan dilakukan oleh 5 pemangku kepentingan, yaitu Pemerintah Desa, Kemitraan Pariwisata TNGC, Pokdarwis, Masyarakat dan Karang Taruna. Kelima para pemangku kepentingan yang ada di Desa Wisata Bantaragung memang belum sepenuhnya bekerjasama namun sampai saat ini sudah adanya upaya agar semua pemangku kepentingan yang ada dapat terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata Bantaragung secara terpadu.
Penentuan Kawasan Potensial Terbangun Berbasis Pemetaan Multi Risiko Bencana Reza Achmad Fahlevi; Astri Mutia Ekasari
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1064.957 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.3221

Abstract

Abstract. Lembang District is an area with medium to high disasters, due to the threat of three natural disasters, namely the threat of volcanoes, earthquakes, and landslides. The high potential for earthquakes will have a major impact on other disasters if the Lembang fault is active at any time. Thus, the risk areas for each disaster can be estimated. In the 2009-2029 Regional Regulation on RTRW, Lembang District is directed as PKLp and the designation of settlements and tourism. The purpose of this research is to determine the potential area to be built based on multi-disaster risk mapping. The study approach used in this research is to use a multi-disaster risk approach which refers to the Regulation of the Head of BNPB No. 2 of 2012. Then it is overlaid with the results of the DDPm calculation by looking at the DDPm class and the multi-disaster risk class. The results of this study found that Pagerwangi Village is a potential area to be built based on multiple disaster risks with an area of ​​321,928 Ha, so that the area meets the criteria for utilization as a potential residential or built area. Abstrak. Kecamatan Lembang merupakan wilayah dengan bencana menengah sampai tinggi, dikarenakan adanya ancaman tiga bencana alam yaitu ancaman gunung api, gempa, dan longsor. Potensi gempa yang tinggi akan berdampak besar pada bencana lain apabila sewaktu-waktu patahan Lembang aktif. Maka dapat diperkirakan wilayah berisiko pada masing-masing bencananya. Dalam Perda RTRW tahun 2009-2029 Kecamatan Lembang diarahkan sebagai PKLp dan perentukan permukiman dan pariwisata. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan kawasan potensial terbangun berbasis pemetaan multi risiko bencana. Pendekatan studi yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu menggunakan pendekatan multi risiko bencana yang mengacu pada Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012. Kemudian di overlay dengan hasil perhitungan DDPm dengan melihat kelas DDPm dan kelas multi risiko bencana. Hasil dari penelitian ini didapatkan Desa Pagerwangi merupakan kawasan potensial terbangun berbasis multi risiko bencana dengan luas wilayah 321,928 Ha, sehingga wilayah tersebut memenuhi kriteria untuk pemanfaatan sebagai kawasan potensial permukiman atau terbangun.
Penetapan Jalur Evakuasi Berdasarkan Multi-Risiko Bencana di Kecamatan Lembang Fadiah Kamila; Astri Mutia Ekasari
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.321 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.3454

Abstract

Abstract. Lembang District is one of the sub-districts in West Bandung Regency which is prone to three main disasters, namely landslides, volcanoes, and earthquakes. Lembang District has the potential for earthquakes that have a major impact on other disasters. If the Lembang Fault is active, it is expected to cause a large earthquake. Lembang Subdistrict is also prone to landslides with high rainfall intensity, geographically close to Mount Tangkuban Parahu which means that the sub-district of Lembang will be affected by the eruption if Tangkuban Parahu volcano erupts. This multi-disaster risk study will be used as a guide to determine evacuation routes in Lembang District. The identification of multiple disaster risks and the identification of evacuation routes in Lembang District are the main objectives of this study. The method used is a mixed method through multi-risk analysis, capacity analysis, and network analysis. The results obtained are that the multi-disaster risk in Lembang District is high, based on district-level decision making and evacuation route analysis produces 8 evacuation routes which consist of evacuation routes, evacuation directions, temporary evacuation sites, and final evacuation sites. Abstxrak. Kecamatan Lembang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang rawan akan tiga bencana utama yaitu longsor, gunung api, dan gempa. Kecamatan Lembang memiliki potensi gempa yang berdampak besar pada bencana lainnya. Apabila sesar lembang aktif diperkirakan akan mengakibatkan gempa besar. Kecamatan Lembang juga rawan longsor dengan intensitas hujan yang tinggi, letak geografis yang berdekatan dengan Gunung Tangkuban Parahu sehingga Kecamatan Lembang pun terkena dampak erupsinya. Penelitian multi risiko bencana di Kecamatan Lembang ini akan dijadikan pedoman untuk penentuan jalur evakuasi. Teridentifikasinya multi risiko bencana dan teridentifikasinya jalur evakuasi di Kecamatan Lembang merupakan tujuan utama dari penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode yang bersifat campuran melalui metode analisis multi risiko, analisis daya tampung dan analisis jaringan. Hasil yang diperoleh yaitu multi risiko bencana di Kecamatan Lembang adalah tinggi berdasarkan pengambilan keputusan tingkat kecamatan dan analisis jalur evakuasi menghasilkan 8 rute evakuasi yang didalamnya terdiri dari jalur evakuasi, arah evakuasi, tempat evakuasi sementara, dan tempat evakuasi akhir.
Identifikasi Kapasitas Masyarakat Pemulung dalam Menghadapi Bencana Longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Raisya Mutiara Insani; Astri Mutia Ekasari
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.095 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.3505

Abstract

Abstract. The Sarimukti Final Disposal Site (TPA) has two landslide disasters, namely garbage, and soil landslides, garbage landslide disasters occur due to waste that has exceeded capacity, while landslide disasters occur because the landfill location is on a steep slope and is on high ground motion conditions. Landslides can endanger the safety and disrupt the activities of people living in the Sarimukti TPA area. The people who are the object of research are people who live in the Sarimukti TPA area. The community is dominated by scavengers. In the scavenger community living in the TPA, there are vulnerable age groups, namely the elderly, seniors, toddlers, and women. The purpose of this study was to identify the condition of the capacity of the scavenger community at TPA Sarimukti. The methodology used is quantitative by conducting capacity analysis. The capacity assessment was obtained from the results of the interview recapitulation and based on the existing conditions of the Sarimukti TPA area. The results of the analysis obtained are the capacity of the Sarimukti TPA community in dealing with disasters, the condition of the low capacity of the scavenger community causes the scavenger community to experience difficulties in preventing, preparing, overcoming, and repairing the impact of the disaster. Abstrak. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti tedapat dua bencana longsor yaitu longsor sampah dan tanah, bencana longsor sampah terjadi akibat tumpukan sampah yang sudah melebihi kapasitas, sedangkan bencana longsor tanah terjadi karena lokasi TPA yang berada pada kemiringan lereng curam dan kondisi gerakan tanah tinggi. Bencana longsor dapat membahayakan keselamatan dan menganggu aktivitas masyarakat yang tinggal di kawasan TPA Sarimukti. Masyarakat yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di kawasan TPA Sarimukti. Masyarakat tersebut didominasi oleh pemulung. Dalam masyarakat pemulung yang tinggal di TPA terdapat kelompok usia rentan yaitu lansia, manula, balita dan wanita. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kondisi kapasitas masyarakat pemulung di TPA Sarimukti. Metodelogi yang digunakan yaitu kuantitatif dengan melakukan analisis kapasitas. Penilaian kapasitas diperoleh dari hasil rekapitulasi wawancara dan berdasarkan kondisi eksisting kawasan TPA Sarimukti. Hasil analisis yang diperoleh yaitu kapasitas masyarakat TPA Sarimukti dalam menghadapi bencana rendah, kondisi kapasitas masyarakat pemulung yang rendah menyebabkan masyarakat pemulung menjadi mengalami kesulitan dalam mencegah, mempersiapkan, mengatasi dan memperbaiki dampak dari bencana.
Minat Masyarakat terhadap Keraton Cirebon di Era Globalisasi Alamsyah Al Ghani; Astri Mutia Ekasari
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.719 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.3595

Abstract

Abstract. The tourism sector is claimed to be one way to improve the economy for the community. The palace is a form of historical heritage and also a cultural heritage. Until now, the palace and its derivatives can still be found in the city of Cirebon even though it is influenced by the currents of globalization. The current flow of globalization has had an influence on the cultural development of the Indonesian nation. In the era of globalization, there are many other tourist destinations that are considered more attractive. This is what makes this research conducted with the aim of knowing the public's interest in the Cirebon Palace and its derivatives in the era of globalization. This study uses a descriptive method using a quantitative approach. The sampling technique used is Cluster Random Sampling and the number of research samples obtained is 117 respondents. Selected respondents in this study are people who live in Cirebon City, Cirebon Regency, Bandung City. The results of the analysis show that from the 8 questions, the majority of respondents answered agree, which means that people are still interested in the Cirebon Palace cultural tourism despite the strong current of globalization. This can be used as a reference by the palace manager to develop cultural tourism in the three palaces both in terms of development and marketing. Abstrak. Sektor Pariwisata diklaim sebagai salah satu jalan untuk meningkatkan perekonomian bagi masyarakat. Keraton merupakan salah satu bentuk peninggalan sejarah dan juga cagar budaya. Sampai saat ini keraton beserta turunannya masih dapat dijumpai di Kota Cirebon walaupun dipengaruhi oleh adanya arus globalisasi. Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia. Di era globalisasi pun banyak muncul destinasi wisata lainnya yang dianggap lebih menarik. Hal inilah yang membuat penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui minat masyarakat terhadap Keraton Cirebon beserta turunannya di era globalisasi. Penelitian ini memakai metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Cluster Random Sampling dan diperoleh jumlah sampel penelitian sebanyak 117 responden. Responden terpilih dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon Kota Bandung. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari ke-8 pertanyaan didapat bahwa mayoritas responden menjawab setuju yang berarti bahwa masyarakat masih berminat terhadap wisata budaya Keraton Cirebon walaupun adanya arus globalisasi yang kuat. Hal ini dapat dijadikan acuan oleh pengelola keraton untuk mengembangkan wisata budaya pada ketiga keraton baik dari segi pembangunan maupun pemasaran.
Identifikasi Atraksi Wisata Budaya Keraton Cirebon Beserta Turunannya Dinda Erina Utami; Astri Mutia Ekasari
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.064 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.3607

Abstract

Abstract. Cirebon City is famous for the existence of the Kasepuhan Palace, Kanoman Palace, and Kacirebonan Palace as the potential to become the main cultural and historical tourism destinations in this city. The palace also has its own cultural charm, such as dance, food, architecture, and traditional ceremonies. The three palaces are part of the culture of the community's capital that can be developed into a tourism attraction. The purpose of writing this article is to identify the cultural tourism attractions of the Cirebon palace and their derivatives. The method used is an exploratory method to explore and study more deeply about the cultural tourism attractions of the palace in Cirebon and its derivatives. The results of field observations and documentation show that there are very diverse historical and cultural relics of the Cirebon palaces including dances (Mask Dance, Sintren Dance), traditional ceremonies (Panjang Jimat, Grebeg Syawal), culinary (Nasi Bogana), and building architecture. The conclusion of this study found various kinds of cultural tourism attractions of the palace that hold meaning and history for Cirebon’s people Abstrak. Kota Cirebon terkenal dengan adanya Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan sebagai potensi untuk menjadi destinasi utama wisata budaya dan sejarah di kota ini. Keraton juga memiliki pesona budayanya tersendiri, seperti seni tari, makanan, arsitektur, upacara adat. Ketiga keraton menjadi salah satu bagian kebudayaan dari modal masyarakat yang bisa dikembangkan menjadi atraksi pariwisata. Tujuan penulisan artikel ini mencoba untuk mengidentifikasi atraksi wisata budaya keraton Cirebon beserta turunannya. Metode yang digunakan adalah metode metode eksploratif untuk menggali dan mengkaji lebih dalam mengenai atraksi wisata budaya keraton di Cirebon beserta turunannya. Hasil observasi dan dokumentasi lapangan menunjukkan adanya peninggalan sejarah dan budaya keraton-keraton Cirebon yang sangat beragam diantaranya tarian (Tari Topeng, Tari Sintren), upacara adat (Panjang Jimat, Grebeg Syawal), kuliner (Nasi Bogana), dan arsitektur bangunan. Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan berbagai macam atraksi wisata budaya keraton hingga saat ini yang menyimpan makna serta sejarah bagi masyarakat Kota Cirebon.
Prediksi Volume Genangan Berdasarkan Rencana Penggunaan Lahan RTRW Kota Sukabumi Tahun 2022-2042 Muhammad Alif Haidar; Astri Mutia Ekasari
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.8639

Abstract

Abstract. Changes in land use in an area will cause pressure on space and environment because there are many land conversions from non-built-up land to built-up land so as to make the water catchment area smaller which will lead to greater water runoff the surface of the surface which then causes problems such as puddle and also flooding. This research was conducted to know amount of water runoff and inundation plans in Sukabumi City. The methodology used is descriptive quantitative while the analytical method is Hydrological Analysis precisely through the Pearson III Log Method and the Soil Conservation Service (SCS) method. Based on the analysis that has been carried out, the value of the planned rainfall with a 5 year return period is 113,710 mm, the surface runoff is 66,73 mm and the inundation volume with a 5 year return period is 3.221,288,88 m³. Abstrak. Perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah akan menyebabkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan karena banyak terjadi alih fungsi lahan. dari lahan non-terbangun ke lahan terbangun sehingga membuat semakin kecilnya daerah resapan air yang akan menyebabkan semakin besarnya limpasan air di permukaan yang kemudian menimbulkan permasalahan seperti genangan air dan juga banjir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah limpasan air dan genangan rencana di Kota Sukabumi. Metodologi yang digunakan yakni kuantitatif deskriptif sedangkan metode analisis yaitu Analisis Hidrologi tepatnya melalui Metode Log Pearson III dan metode Soil Conservation Service (SCS). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, didapat nilai curah hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun sebesar 113,710 mm, limpasan permukaan sebesar 66,73 mm dan volume genangan rencana periode ulang 5 tahun sebesar 3.221.228,88 m³.
Evaluasi Penyediaan Fasilitas Wisata Museum Geologi Menuju Museum Ramah Disabilitas Nuzul Putri Deliani; Astri Mutia Ekasari
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.8640

Abstract

Abstract. Persons with disabilities must have easy access, treatment and adequate accommodation to meet their needs as tourists as well as equality and opportunity to carry out tourism activities. The Geology Museum is the first museum in the city of Bandung to declare it friendly for visitors with disabilities in 2019. In creating a friendly museum for visitors with disabilities, the provision of tourist facilities at the Geology Museum needs to be a concern. The purpose of this research is to identify the achievements of the Geology Museum in providing tourism facilities to disability-friendly museums. This type of research was carried out qualitatively, with a formal evaluation approach method through collecting data from literature studies and observations which were processed by comparative analysis. The evaluation instrument refers to Permen PU No. 30 of 2006, Bandung City Regional Regulation No. 15 of 2019, and City of Toronto Accessibility Design Guidelines (2004). The results of this study note that only 58% of the facilities available at the Geology Museum are said to be sufficient to go to a disability-friendly museum. Abstrak. Penyandang disabilitas harus memiliki akses yang memudahkan, mendapatkan perlakuan, dan akomodasi yang layak untuk memenuhi kebutuhan mereka sebagai wisatawan serta kesetaraan dan kesempatan untuk melakukan kegiatan wisata. Museum Geologi menjadi museum pertama di Kota Bandung yang mencanangkan ramah bagi pengunjung disabilitas pada tahun 2019. Dalam mewujudkan museum ramah bagi pengunjung disabilitas, penyediaan fasilitas wisata di Museum Geologi perlu menjadi perhatian. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi capaian Museum Geologi dalam penyediaan fasilitas wisata menuju museum ramah disabilitas. Jenis penelitian dilakukan secara kualitatif, dengan metode pendekatan evaluasi formal melalui pengumpulan data studi literatur dan observasi yang diolah dengan analisis komparatif. Intrumen evaluasi mengacu pada Permen PU No.30 Tahun 2006, Perda Kota Bandung No.15 Tahun 2019, dan City of Toronto Accessibility Design Guidelines (2004). Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa hanya 58% fasilitas yang tersedia di Museum Geologi dikatakan cukup untuk menuju museum ramah disabilitas.