Infeksi Virus Dengue (IVD) dibedakan menjadi infeksi primer dan sekunder berdasarkan respons antibodi yang dihasilkan. Infeksisekunder perlu dibedakan dari infeksi primer karena umumnya menimbulkan manifestasi klinis yang berat. Uji hemaglutinasi inhibisisebagai baku emas untuk menentukan infeksi primer atau sekunder dirasa tidak praktis karena membutuhkan sepasang sera denganselang waktu waktu yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan mengetahui cut-off rasio IgG/IgM anti dengue untuk infeksi denguesekunder dewasa di Surabaya. Subjek adalah pasien IVD dengan hasil NS1 dan/atau PCR dengue positif. Rasio IgG/IgM anti-denguediperoleh dari pembagian nilai indeks IgG dan IgM metode ELISA. Nilai cut-off rasio ditentukan berdasarkan kurva ROC. Berdasarkanpola reaktivitas IgM dan IgG ELISA, 19 (31,1%) pasien dikelompokkan sebagai infeksi primer dan 42 (68,9%) infeksi sekunder. HasilPCR didominasi DEN-3. Nilai cut-off optimal rasio IgG/IgM ≥0,927 sebagai peramal infeksi sekunder memiliki kepekaan 66,7% dankekhasan 63,2%. Dianalisis pula nilai cut-off optimal IgM dan IgG anti dengue, yaitu IgM ≥1,515 dan IgG ≥2,034 sebagai peramalinfeksi sekunder memiliki kepekaan dan kekhasans masing-masing 85,7% dan 84,2%; 100% dan 100%. Disimpulkan bahwa rasioIgG/IgM ≥0,927 tidak dapat digunakan sebagai tolok ukur tunggal peramal infeksi sekunder sedangkan cut-off IgG ≥2,034 dapatdipertimbangkan sebagai peramal infeksi sekunder.
Copyrights © 2017