Karet alam bersifat elastomer dan termoseting, sehingga sulit  untuk dibentuk dan tidak dapat didaur ulang., Modifikasi karet alam menjadi bahan elastomer termoplastik dimaksudkan untuk memperoleh bahan yang mudah dicetak  menjadi  produk  jadi  dan  dapat  dapat  didaur  ulang  sehingga  tidak  merusak  lingkungan.  Untuk mendapatkan teknologi pembuatan elastomer termoplastik dari karet alam  telah dilakukan percobaan  dengan metoda pencangkokan (grafting)  secara polimerisasi emulsi antara karet alam lateks dengan monomer stirena dan metil metakrilat. Polimerisasi emulsi dilakukan pada suhu 65°C selama 6 jam. Perbandingan komposisi karet alam lateks dan monomer di variasi:  80:20; 70:30; 60:40; 50:50 (% berat) dengan komposisi monomer stirena dan metil metakrilat  1:1, menggunakan dua jenis inisiator yaitu potassium persulfat 2 % berat atau ammonium peroksodisulfat divariasi 2, 2,5, 5 % berat serta emulsifier sodium dodesil sulfat divariasi: 0, 1, 1,5,  2, 5 % berat. Dari hasil analisa 1 H NMR dan FTIR terlihat bahwa proses cangkok monomer stirena dan metil metakrilat telah terjadi pada tulang punggung karet alam. Puncak pada frekuensi 833 cm -1 menunjukkan pita RzC=CHR, frekuensi 1743 dan 1519 cm-1menunjukkan pita C=O (gugus karbonil dari metil metakrilat) dan pita C=C (cincin benzena dari stirena). Efisiensi cangkok maksimum sebesar 97,60% diperoleh  pada komposisi 70% karet alam lateks dan 30% monomer dimana komposisi monomer antara stirena dan metil metakrilat adalah 1: 1 menggunakan inisiator potasium persulfat 2% dan emulsifier sodium dodesil sulfat 1%.Kata  kunci: Elastomer termoplastik, kopolimer cangkok, karet alam lateks, stirena, metilmetakrilat.
Copyrights © 2011