Surasno .
Balai Besar Bahan dan Barang Teknik-Kementerian Perindustrian RI Jl. Sangkuriang No.14, Bandung 40135

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PEMBUATAN ELEKTRODA SHIELDED METAL ARC WELDING (SMAW) UNTUK PENGELASAN BAWAH AIR DARI MINERAL RUTILE ., Surasno; Suhardjo, Kuntari Adi
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (995.27 KB)

Abstract

Elektroda untuk pengelasan bawah air membutuhkan sifat khusus, yaitu: harus mampu menimbulkan semburan nayala busur, terak yang tumbuh di permukaan deposit logam cair mampu melindungi deposit las dari pengaruh oksida dan kelarutan hidrogen yang rendah. Elektroda tersebut harus memenuhi syarat spesikfikasi underwater welding AWS D3.6M:1999. Adapun percobaan yang telah dilakukan adalah pembuatan elektroda pengelasan bawah air dengan proses awal penentuan jenis kawat, seleksi visual, pelurusan, pemotongan dan pembersihan. Selanjutnya persiapan bahan baku pembungkus yaitu persiapan zat kimia, pengadukan, dicetak bentuk tabung. Adapun variasi formula yang dilakukan adalah sebagai berikut: Formula A yaitu Rutile 75%, Kalsium Karbonat 10%, Serbuk Silika 2,5%, Ferro mangan 15%, binder natrium silikat 4 liter ditambahkan air 300 ml. Formula B yaitu Rutile 57%, ferro mangaan 15%, hematite 25%, ferro 4%, binder potsium silicate 3 liter ditambahkan sodium silikat 1 liter dan Formula C yaitu Rutile 70%, Kaolin 30%, binder potassium silikat 3 liter ditambah sodium silikat 1 liter, kemudian dilakukan pelapisan dengan bees wax. Penggunaan elektroda untuk pengelasan bawah air diuji karakteristiknya yaitu: penyalaan busur, kestabilan busur, uji visual, uji makro dan mikro struktur, serta kekerasan. Kondisi optimal dicapai pada pengelasan mempergunakan elektroda formula C dengan hasil uji penyalaan busur baik 62,9%, kestabilan baik, visual rigi-rigi las cukup, makroskopik baik, mikroskopik tidak terdapat retakan, kekerasan las 267 Hv 0,2 Haz 253 Hv0,2, mudah diproduksi dengan kualitas baik.Kata kunci: elektroda las SMAW, las bawah air, mineral rutile dan AWS 3.6M: 1999. 
MODIFIKASI KARET ALAM MENJADI BAHAN ELASTOMER TERMOPLASTIK Suhardjo, Kuntari Adi; Basuki, Ariyadi; ., Surasno; Randy, Ahmad; Sondari, Dewi
Jurnal Riset Industri Vol 5, No 3 (2011): Peningkatan Nilai Tambah dan Produktivitas Industri
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6742.063 KB)

Abstract

Karet alam  bersifat elastomer dan termoseting, sehingga sulit  untuk dibentuk dan tidak dapat didaur ulang., Modifikasi karet alam menjadi bahan elastomer termoplastik dimaksudkan untuk memperoleh bahan yang mudah dicetak  menjadi  produk  jadi   dan  dapat  dapat  didaur  ulang  sehingga  tidak  merusak  lingkungan.   Untuk mendapatkan teknologi pembuatan elastomer termoplastik dari karet alam  telah dilakukan percobaan  dengan metoda pencangkokan (grafting)   secara polimerisasi emulsi antara karet alam lateks dengan monomer stirena dan metil metakrilat. Polimerisasi emulsi dilakukan pada suhu 65°C selama 6 jam. Perbandingan komposisi karet alam lateks dan monomer di variasi:  80:20; 70:30; 60:40; 50:50 (% berat) dengan komposisi monomer stirena dan metil metakrilat   1:1, menggunakan dua jenis inisiator yaitu potassium persulfat 2 % berat atau ammonium peroksodisulfat divariasi 2, 2,5, 5 % berat serta emulsifier sodium dodesil sulfat divariasi: 0, 1, 1,5,  2, 5 % berat. Dari hasil analisa 1 H NMR dan FTIR terlihat bahwa proses cangkok monomer stirena dan metil metakrilat telah terjadi pada tulang punggung karet alam. Puncak pada frekuensi 833 cm -1 menunjukkan pita RzC=CHR, frekuensi 1743 dan 1519 cm-1menunjukkan pita C=O (gugus karbonil dari metil metakrilat) dan pita C=C (cincin benzena dari stirena). Efisiensi cangkok maksimum sebesar 97,60% diperoleh  pada komposisi 70% karet alam lateks dan 30% monomer dimana komposisi monomer antara stirena dan metil metakrilat adalah 1: 1 menggunakan inisiator potasium persulfat 2% dan emulsifier sodium dodesil sulfat 1%.Kata  kunci: Elastomer termoplastik, kopolimer cangkok, karet alam lateks, stirena, metilmetakrilat.
DESAIN ADSORBER MENGGUNAKAN BAHAN ISIAN RESIN PENUKAR ANION BASA KUAT UNTUK PEMURNIAN BIOGAS Muntari, Anies; ., Wiratni; Mindaryani, Aswati; ., Surasno
Jurnal Riset Industri Vol 7, No 2 (2013): Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Mendukung Ketahanan Energi Nasional
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9103.775 KB)

Abstract

Biogas sebagai sumber energi terbarukan mempunyai kandungan metana (CH4)  sekitar 50-75% sebagai bahan bakar utama. Untuk dapat menggunakan biogas sebagai sumber energi yang lebih luas perlu dilakukan proses pemurnian biogas dari  pengotornya seperti CO2.   Perancangan alat pemurnian biogas skala pilot plant telah dilakukan berdasarkan data-data percobaan laboratorium. Oesain alat yang dirancang beroperasi pada tekanan atmosferis dan suhu lingkungan dengan kapasitas 75 Liter resin dan laju alir gas 0,8 L/menit.   Bahan isian adsorber yang digunakan adalah resin berjenis penukar anion basa kuat dan air dengan perbandigan 3: 1. Oimensi alat adsorber yang dirancang yaitu, tinggi 1350 mm dan diameter  254 mm. Hasil unjuk kerja alat skala pilot plant yang telah dilakukan menunjukkan bahwa C02 mampu utuk dihilangkan hingga 100% dalam waktu 15 menit. Setelah 15 menit resin harus diregenarasi menggunakan larutan NaCI 2% untuk mengembalikan unjuk kerja resin seperti sedia kala. Hasil analisa ekonomi terhadap keberlangsungan proses tersebut memberikan hasil ROI 24,91%,  POT 2,86 tahun, OCFRR 31,12%, BEP 42,29% dan SOP 26,50%.  Hasil analisis parameter­ parameter ekonomi tersebut menunjukkan bahwa proses ini layak untuk dijalankan.
PEMBUATAN ELEKTRODA SHIELDED METAL ARC WELDING (SMAW) UNTUK PENGELASAN BAWAH AIR DARI MINERAL RUTILE ., Surasno; Suhardjo, Kuntari Adi
Jurnal Riset Industri Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (995.27 KB)

Abstract

Elektroda untuk pengelasan bawah air membutuhkan sifat khusus, yaitu: harus mampu menimbulkan semburan nayala busur, terak yang tumbuh di permukaan deposit logam cair mampu melindungi deposit las dari pengaruh oksida dan kelarutan hidrogen yang rendah. Elektroda tersebut harus memenuhi syarat spesikfikasi underwater welding AWS D3.6M:1999. Adapun percobaan yang telah dilakukan adalah pembuatan elektroda pengelasan bawah air dengan proses awal penentuan jenis kawat, seleksi visual, pelurusan, pemotongan dan pembersihan. Selanjutnya persiapan bahan baku pembungkus yaitu persiapan zat kimia, pengadukan, dicetak bentuk tabung. Adapun variasi formula yang dilakukan adalah sebagai berikut: Formula A yaitu Rutile 75%, Kalsium Karbonat 10%, Serbuk Silika 2,5%, Ferro mangan 15%, binder natrium silikat 4 liter ditambahkan air 300 ml. Formula B yaitu Rutile 57%, ferro mangaan 15%, hematite 25%, ferro 4%, binder potsium silicate 3 liter ditambahkan sodium silikat 1 liter dan Formula C yaitu Rutile 70%, Kaolin 30%, binder potassium silikat 3 liter ditambah sodium silikat 1 liter, kemudian dilakukan pelapisan dengan bees wax. Penggunaan elektroda untuk pengelasan bawah air diuji karakteristiknya yaitu: penyalaan busur, kestabilan busur, uji visual, uji makro dan mikro struktur, serta kekerasan. Kondisi optimal dicapai pada pengelasan mempergunakan elektroda formula C dengan hasil uji penyalaan busur baik 62,9%, kestabilan baik, visual rigi-rigi las cukup, makroskopik baik, mikroskopik tidak terdapat retakan, kekerasan las 267 Hv 0,2 Haz 253 Hv0,2, mudah diproduksi dengan kualitas baik.Kata kunci: elektroda las SMAW, las bawah air, mineral rutile dan AWS 3.6M: 1999. 
MODIFIKASI KARET ALAM MENJADI BAHAN ELASTOMER TERMOPLASTIK Suhardjo, Kuntari Adi; Basuki, Ariyadi; ., Surasno; Randy, Ahmad; Sondari, Dewi
Jurnal Riset Industri Vol 5, No 3 (2011): Peningkatan Nilai Tambah dan Produktivitas Industri
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6742.063 KB)

Abstract

Karet alam  bersifat elastomer dan termoseting, sehingga sulit  untuk dibentuk dan tidak dapat didaur ulang., Modifikasi karet alam menjadi bahan elastomer termoplastik dimaksudkan untuk memperoleh bahan yang mudah dicetak  menjadi  produk  jadi   dan  dapat  dapat  didaur  ulang  sehingga  tidak  merusak  lingkungan.   Untuk mendapatkan teknologi pembuatan elastomer termoplastik dari karet alam  telah dilakukan percobaan  dengan metoda pencangkokan (grafting)   secara polimerisasi emulsi antara karet alam lateks dengan monomer stirena dan metil metakrilat. Polimerisasi emulsi dilakukan pada suhu 65°C selama 6 jam. Perbandingan komposisi karet alam lateks dan monomer di variasi:  80:20; 70:30; 60:40; 50:50 (% berat) dengan komposisi monomer stirena dan metil metakrilat   1:1, menggunakan dua jenis inisiator yaitu potassium persulfat 2 % berat atau ammonium peroksodisulfat divariasi 2, 2,5, 5 % berat serta emulsifier sodium dodesil sulfat divariasi: 0, 1, 1,5,  2, 5 % berat. Dari hasil analisa 1 H NMR dan FTIR terlihat bahwa proses cangkok monomer stirena dan metil metakrilat telah terjadi pada tulang punggung karet alam. Puncak pada frekuensi 833 cm -1 menunjukkan pita RzC=CHR, frekuensi 1743 dan 1519 cm-1menunjukkan pita C=O (gugus karbonil dari metil metakrilat) dan pita C=C (cincin benzena dari stirena). Efisiensi cangkok maksimum sebesar 97,60% diperoleh  pada komposisi 70% karet alam lateks dan 30% monomer dimana komposisi monomer antara stirena dan metil metakrilat adalah 1: 1 menggunakan inisiator potasium persulfat 2% dan emulsifier sodium dodesil sulfat 1%.Kata  kunci: Elastomer termoplastik, kopolimer cangkok, karet alam lateks, stirena, metilmetakrilat.
DESAIN ADSORBER MENGGUNAKAN BAHAN ISIAN RESIN PENUKAR ANION BASA KUAT UNTUK PEMURNIAN BIOGAS Muntari, Anies; ., Wiratni; Mindaryani, Aswati; ., Surasno
Jurnal Riset Industri Vol 7, No 2 (2013): Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Mendukung Ketahanan Energi Nasional
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9103.775 KB)

Abstract

Biogas sebagai sumber energi terbarukan mempunyai kandungan metana (CH4)  sekitar 50-75% sebagai bahan bakar utama. Untuk dapat menggunakan biogas sebagai sumber energi yang lebih luas perlu dilakukan proses pemurnian biogas dari  pengotornya seperti CO2.   Perancangan alat pemurnian biogas skala pilot plant telah dilakukan berdasarkan data-data percobaan laboratorium. Oesain alat yang dirancang beroperasi pada tekanan atmosferis dan suhu lingkungan dengan kapasitas 75 Liter resin dan laju alir gas 0,8 L/menit.   Bahan isian adsorber yang digunakan adalah resin berjenis penukar anion basa kuat dan air dengan perbandigan 3: 1. Oimensi alat adsorber yang dirancang yaitu, tinggi 1350 mm dan diameter  254 mm. Hasil unjuk kerja alat skala pilot plant yang telah dilakukan menunjukkan bahwa C02 mampu utuk dihilangkan hingga 100% dalam waktu 15 menit. Setelah 15 menit resin harus diregenarasi menggunakan larutan NaCI 2% untuk mengembalikan unjuk kerja resin seperti sedia kala. Hasil analisa ekonomi terhadap keberlangsungan proses tersebut memberikan hasil ROI 24,91%,  POT 2,86 tahun, OCFRR 31,12%, BEP 42,29% dan SOP 26,50%.  Hasil analisis parameter­ parameter ekonomi tersebut menunjukkan bahwa proses ini layak untuk dijalankan.